Sabtu, 14 Mei 2016

FF GOTHAM LULLABY SPECIAL BONUS | | Straight FF of CHEN and EXO members | Very Pain





“CHANYEOL!” panggil Xiumin, “Jangan berhenti menembak!!”


Bull memiliki kesempatan emas untuk memenuhi hasrat kelaparannya. Dia memiliki celah di kubu Chanyeol yang berkurang satu penyanggahnya.


Ketika Chanyeol mengganti tembaknya, Bull sudah mendekat dengan kemampuannya yang super hebat. Berlari tanpa suara dan tanpa di duga dalam sekejap mata.


“SERSAN!!”


Tentara di kubu Chanyeol yang tinggal satu-satunya itu melompat menghalangi Chanyeol yang terlalu fokus mengganti tembak. Chanyeol tersungkur kebelakang sementara si tentara malah menjemput Bull yang sudah mendekat kearahnya. Chanyeol terperangah. Dia berusaha lari untuk membawa kembali tentaranya. Tapi apalah daya tembaknya juga belum siap. Alhasil, dalam sekejap si tentara telah berada di genggaman Bull.


“Selamatkan diri Sersan Park...”


kata terakhir si tentara membuat Chanyeol semakin terpukul dan tersesal dalam. Terlebih mengerang dengan teriakan yang cukup kencang. Tak lama setelah itu, Bull pergi  membawa tentaranya ke dalam kegelapan lorong di ujung sana. Terdengar dari suaranya, Bull sibuk mencabik-cabik dan mengunyah tentara itu dengan lahapnya.


Chanyeol dan Xiumin berserta tentaranya yang tersisa itu dapat bernafas lega sejenak. Mereka saling memandang, juga menyampaikan telepati turut berduka cita.


“Apa kau tidak punya ide lain untuknya?” tanya Xiumin sambil mengisi tembaknya dengan peluru yang berbeda dari yang tadi.


Chanyeol menggeleng.


“Aku tidak bisa mengatur strategi dengan pintar. Kau lah yang ahli. Aku hanya ahli dalam hal menembak dan lainnya yang terbilang sepele.” ungkap Xiumin memandang penuh Chanyeol.


“Tidak hyung.”


Xiumin mendekat ke Chanyeol. “Aku mungkin akan mengandalkan penuh tembak apimu yang menolong Komandan saat insiden anjing puddle itu.”


Chanyeol mengaduh. “Sial!”Chanyeol berpikir. “Aku meninggalkannya di dekat Baekhyun. Ku kira itu tidak seberapa berguna karena kita ada di laboraturium W ke-7”


Bull tiba-tiba sudah muncul di depan mata mereka lagi. Xiumin dan Chanyeol saling menoleh. Mereka berdua mengangguk dan terus menembak. Awalnya terlihat berhasil, mungkin efek dari Xiumin yang telah mengganti pelurunya yang lebih kuat dari sebelum Chanyeol kehabisan tentaranya. Itu membuat Xiumin tersenyum puas dan kemenangan.


Namun, ternyata Bull perlahan semakin mendekat dengan gagah. Terpaksa Chanyeol dan Xiumin beserta kubunya mundur teratur sambil terus mempercepat gerakannya menarik pelatuk pistol mereka. Bull tiba-tiba berhenti. Bukan berhenti karena terlalu banyak peluru yang menyentuh kulitnya. Dia berhenti seakan mengambil ancang-ancang.


“Aku senang berpartner dengan mu hyung...”


Xiumin menatapnya dengan heran sambil tersirat sebuah kalimat dimatanya : disaat-saat seperti ini sempatnya kau berani berkata itu.


Tapi, semua berhenti dengan seketika seakan-akan seluruh apa yang dapat bergerak juga berhenti. Sebuah bunyi tuas saklar ditarik untuk memadamkan lampu berbunyi keras memenuhi ruangan, bahkan terkesan seluruh laboraturium juga merasakan hal yang sama. Telinga Chanyeol juga tidak bohong bahwa samar-samar dia juga tidak mendengar keributan yang dibuat Hong Feng untuk terus mendobrak pintu Proteksi Bahaya.

Bull ternyata juga ikut berhenti, bahkan gerakannya menyerupai pahatan es yang terpatung diposisinya juga. Mata Bull juga tidak menunjukkan tanda-tanda reaksi kehidupan. Chanyeol ragu untuk menurunkan senjata. Tapi karena dia juga melihat Xiumin perlahan memasukkan senjatanya ke saku.


“Apa kita berhasil.”ujar Xiumin tak percaya.


“Kurasa iya.” balas Chanyeol juga terheran menatap Bull.


Xiumin tak dapat membendung kegembiraan sekaligus kelegaan di hatinya. Dia pun memeluk Chanyeol kemenangan. “Kita menang! Yohoooo~”seru Xiumin saat merangkul punggung Chanyeol, dia merasakan ada yang aneh.


“Chanyeol, ada apa dengan punggungmu?”tanya Xiumin.


“Yang mana?”Chanyeol berusaha menengok ke jangkauan punggungnya yang dimaksud Xiumin.


Xiumin menunjuk tepat di kulit antara lengan ketiak, bahu dan area yang bisa dibilang termasuk bagian punggung. “Ini. Lihat, bajumu sampai terbuka dan kulitmu benar-benar tergores dengan keras.”Xiumin menggeleng. “Itu menurut mataku, Chanyeol. Apa tidak terasa sakit?”


“Tidak.”jawab Chanyeol. “Justru biasa, tidak merasakan apa-apa.”


“Sersan.”ucap kedua tentara yang tersisa dengan suara serentak.


Xiumin dan Chanyeol menghadap ke Bull. Bull terlihat menggerak-gerakan tubuhnya yang ingin memberontak. Posisi mereka yang tidak kurang dari 4 meter dengan Bull hanya terpaku ditempat dan terlihat memasrahkan karena tidak ada strategi lain untuk menghindari bahaya sedekat ini.




Daun telinga Young Ara bergerak seperti telinga kucing yang memiliki pendengaran tajam. Dia mempercepat langkahnya berlari.

“Ada pergerakan baru.”katanya seorang diri sambil terus berlari menyusuri lorong-lorong itu dengan kencang.

Dan langkahnya sampai pada sumber pergerakan baru yang dia dengar lewat telinga tajamnya. Dia melihat Bull bergerak. Tampak jelas dimatanya bahwa ‘sejenisnya’ itu sedang memberontak dari sesuatu yang dirasa membekukan dan membelenggu geraknya menangkap si mangsa yang kaya akan darah.

Melihat medan yang tidak mendukungnya, jika dia melakukan maka dia akan membabibuta juga sampai tidak sadar atau kurang perhitungan malah mengenai pasukan itu. Maka dia sejenak berpikir dan kemudian menemukan jalan keluar.

Young Ara melempar lempengan logam yang berbentuk seperti bola dan memiliki empat duri bergerigi kearah kiri dan kanan dinding di dekat Bull. Lempengan itu melekat ke dinding dan perlahan merambat setinggi separuh tinggi badan Bull.

Setelah melekat kuat disana. Young Ara mengeluarkan sebuah remote kecil dengan dua tombol dari saku di lutut kakinya. Dia menekan salah satu tombolnya yang berada di sisi kirinya. Tak lama kemudian, lempengan itu berubah mengeluarkan sinar hijau dan berbunyi beep sebanyak 3 kali. Lalu meledakkan sebuah percikan api dan suara yang nyaring di telinga Bull.

Bull bergidik dan  langsung berbalik menghadap kearah Young Ara. Dari  matanya, Young Ara sudah tahu bahwa Bull sangat marah pada dirinya tapi kelihatannya Bull tidak tahu harus berlaku seperti apa akan sikapnya.

“Bull!”panggil Young Ara sambil mengeluarkan pisau belati dari saku di paha kaki kanannya.

“Aku punya sesuatu yang dapat membuatmu semakin mengejarku...”kata Young Ara dengan percaya diri.

Chanyeol berseru. “Catwomen! Jangan main-main dengan nyawamu.”

Young Ara tersenyum licik kepada Bull. “Aku tidak takut sama sekali padanya, Sersan. Dia, bukanlah apa-apa bagiku.”

Bull mengerti apa yang telah dikatakannya. Bull menggeram dengan keras. Tampak matanya sedang berapi-api terfokus pada Young Ara.

Belati yang dipegangnya itu diarahkan ke pergelangan tangan kirinya. Sejenak, dia menjeda rencana yang akan diwujudkannya itu. Young Ara menatap Bull penuh ejekan.

SRET

Young Ara menggores belati itu ke pergelangan tangan kirinya. Darah pun perlahan merembes dari luka goresan itu. Bull mencium dan melihat ruangan hampa yang menarik perhatiannya akan bau yang mencurigakan itu.

Bull membabibuta berlari secepat kilat kearah Young Ara.

Young Ara juga berlari kearah Bull sambil mengeluarkan belati lain untuk satu tangannya yang tidak bersenjata.

Saat Young Ara menabrakkan diri ke Bull, Chanyeol terlihat berlari sambil disertai dengan kemarahan. Namun, saat Chanyeol dapat melihat bahwa Young Ara ternyata pemenangnya, karena Bull saat ini sudah bersimbah darah dibagian perut dan kedua kakinya telah dipisau olehnya sampai putus. Belati itu benar-benar tajam.


“WOW! Ku kira kau perlu bantuan.”kata Chanyeol berjalan mendekat ke Young Ara.


Young Ara mendengar apa kata Chanyeol sambil sibuk mengelap darah Bull di kedua Belatinya. “Kalianlah yang perlu bantuan.”Young Ara memasukkan Belati itu ke tempatnya semula.


“Yang ku ingat, Chanyeol atau kami belum memanggilmu,kan?”tanya Xiumin juga menghampiri mereka.


Young Ara tersenyum menatap Xiumin yang mengajaknya bicara. “Memang. Tapi sesuai izinmu.” Young Ara mengarahkan matanya ke Chanyeol. “Yang akan memperbolehkanku membantu sekaligus mengikuti kalian saat dalam bahaya saja.”


“Ya, hyung. Dia benar. Kau ingat kan waktu sebelum kita masuk ‘kesini’aku hanya mengizinkannya disaat-saat itu saja.”kata Chanyeol menunggu respon Xiumin.


Xiumin mengangguk.


“Disana ada bahaya lain. Sebaiknya kalian bergerak cepat.”ungkap Young Ara pada mereka, terutama pandangannya mengarah ke Chanyeol, lalu ke Xiumin.


Young Ara berbalik lalu berjalan. “Tinggal panggil aku saja, aku tidak akan memaksa kalian.”lanjutnya.


“Young Ara!”panggil Chanyeol sambil mengejar Young Ara yang beda tiga langkah darinya.


Young Ara berbalik. Menyanggahkan tangannya ke pinggang.


“Ada lagi, ya?”


Chanyeol tersenyum tipis, “Bukan apa-apa. Aku hanya ingin kau berikan ini pada Komandanku.”


Chanyeol memberikan sebuah benda kecil di dalam tangannya.


Saat Young Ara melihat dan menerima benda kecil itu di telapak tangannya, dia bertanya. “Apa ini GPS?”


Chanyeol mengangguk. “Iya.”


Chanyeol memegang salah satu bahu Young Ara. “Berikan ini karena tentara terakhir yang gugur karena melindung nyawaku dari kecerobohanku sendiri. Dia pantas ditempatkan di posisi terbaik di mata Komandan.”


“Aku mengerti.”


Xiumin memegang bahu Chanyeol. “Chanyeol.”


Chanyeol menengok ke Xiumin. Mereka saling bertatapan sampai Chanyeol mengerti akan arti tatapan Xiumin padanya.


“Aku mengerti.”kata Chanyeol sambil menghembuskan nafas panjang. “Young Ara, aku menghormati atas kegigihanmu apalagi kau seorang perempuan yang bersedia dan berhasil dalam percobaan serum di Lab Master Wu.”


“Kau bisa ikut kami dan kembali ke W ke-8 bersama kami juga.”lanjut Chanyeol.


Xiumin berganti mendekat ke Young Ara dan memegang bahunya sebelum sempat memberikan waktu untuk Young Ara merespon kebahagiaannya atas perkataan Chanyeol padanya.


“Kami juga bisa mengantarkanmu ke tangga menuju daratan pusat Seoul. Mungkin disana ada anggota keluarga yang kau cari.”kata Xiumin.


“Aku senang.”Young Ara tersenyum. “Aku ikut.”


“Kalau begitu ayo kita berlari, aku khawatir Hong Feng memecahkan pintu itu dan mengejar kita seperti Bull.”kata Chanyeol pada semua.


Mereka pun berlari bersama, yang sampai duluan di pintu Blok 18 adalah Chanyeol dan Xiumin. Yang terakhir sampai justru Young Ara, karena dia menggunakan kekuatan manusia biasanya. Tergolong payah, maklum, dulu dia bukanlah juara lari.


Disana, Chanyeol dan Xiumin terlihat bingung memecahkan kode password di pintu itu ruangan Blok 18. Melihat kedua pasukan yang tersisa malah bergerombol di belakang kedua sersannya tanpa dapat berbuat hal yang cukup membantu. Young Ara muncul menyela mereka.


“Apa professor dan master atau komandan kalian tidak memberitahukan bahwa ini di password?”tanya Young Ara membuat Chanyeol menatapnya sengit.


“Aku hanya berkata santai, bukan menyindir, Chanyeol.”lanjut Young Ara lagi.


Xiumin sibuk membobol paswordnya. “Tidak ada yang memberitahu kami sedetik pun. Semua sudah di bobol oleh professor Chen dari Lab W ke-8. Itu baru mungkin.”


Young Ara menghadap ke Xiumin, “boleh ku coba?”


Xiumin mundur mempersilahkannya mencoba password pintu itu.


“Bukannya aku menyepelekanmu Young Ara, kau baru sekali kesini dan kami sudah berkali-kali belajar mata pelajaran seluk beluk tentang kedua lab ini. Aku juga terbilang lulus dengan angka 8,7 dari 10.”ungkap Chanyeol.


“Uhum.”tambah Xiumin.


Young Ara menekan tombol touchscreen itu dengan cepat sampai tidak terbaca oleh Chanyeol yang ada di dekat bahunya. Beberapa detik kemudian, lampu sensor di mesin proteksi pintu mengluarkan cahaya hijau. Artinya pintu itu sekarang dapat dibuka.


Chanyeol berkedip tak percaya. “Bagaimana kau melakukannya??”


Young Ara menatapnya datar. “Asal tebak. Mungkin, ini kelebihan dari efek serum yang mengalir di darahku.”


“WOW!”seru Chanyeol. “Aku jadi berminat untuk mencoba kehebatan serum itu, tapi itu tidak merubah prinsipku untuk tidak mencobanya.”


Young Ara membuka pegangan pintu itu dan berdiri disana membiarkan pintu itu tidak tertutup lagi. Sekaligus mencegah agar tidak terkunci secara otomatis jika kemungkinan ada kesalahan teknis proteksi sebuah pintu di Lab ini.


“Sudah, cari saja antivirusnya. Ambil semuanya satu koper. Waktu kalian hanya sebentar karena aku tidak yakin Hong Feng betah berada di pintu atau tidak.”kata Young Ara.


“Ck.”decak Chanyeol. “Dasar judes.”


Xiumin menemukan apa yang dicarinya dan berseru. “DAPAT!”dia memotret koper itu dan mengirimkannya ke Ipad Komandan beserta Professor Chen.


“Sersan.”panggil salah satu pasukan dari dua pasukan di ruangan itu.


Xiumin yang menoleh duluan sebelum akhirnya Chanyeol juga. “Ada apa?”


“Yang ini juga serupa dengan koper itu.”pasukan itu melirik ke koper yang dibawa Xiumin. “Apa kita harus membawa yang ini juga?”


“Tidak usah.”sahut Chanyeol. “Ambil yang seperlunya saja. Kembalikan ke tempatnya semula.”perintah Chanyeol.


Young Ara menengok penasaran, tapi ia tidak sampai meninggalkan pintu. Masih dalam posisi bersandar di daun pintu.


“Jangan, biar ku periksa dulu.”kata Young Ara membuat Chanyeol menatap heran. “Apa?”


Pasukan itu membawa koper yang sama itu ke Young Ara. Setelah membaca beberapa tulisan digital yang terus berjalan dengan kecepatan nyaris tidak normal, tidak dapat terbaca dengan bagus.


“Bawa ini juga. Sepertinya kita juga perlu ini.”


Chanyeol membelalak. “Sepertinya? Aku tidak yakin. Bagaimana nanti kalau otak W ke-7 malah memberikan kita hukuman. Misalnya melepaskan beberapa jebakan lagi karena kita tidak mengambil yang seperlunya? Yang seperlunya kan hanya antivirus serum itu saja. Bukan lainnya.”


“Chanyeol.”ujar Xiumin.


Chanyeol menahan marah. “Okay, baiklah!”


Saat Chanyeol melihat agak kearah bawah Young Ara. Ternyata darah di lengan wanita itu masih mengucur. Seketika Chanyeol merubah ekspresinya menjadi simpati.


“Kenapa darahnya masih mengalir?”tanya Chanyeol sambil mengeluarkan perban di dalam saku pinggangnya. “Aku pakaikan.”


Young Ara menjauhkan tangannya yang ia gores dengan belatinya beberapa waktu yang lalu itu. “Jangan. Ini ku sengaja untuk memancing Hong Feng agar tidak menyerang kalian.”


Young Ara tampak tipis meringis kesakitan di tangannya. Tapi dia memalingkan wajahnya sampai dari mereka tidak ada yang tahu bahwa dia juga merasakan sakit.


Chanyeol terpaku dengan pernyataan yang didengarnya baru saja. Begitu pula Xiumin juga terenyuh mendengarnya.


“Jalan saja, seperti cicak. Jangan terpaku saja disitu.”Young Ara mengangkat tangannya hingga luka itu terekspose jelas dalam dan segar dihadapannya dan dilanjut ke hadapan Chanyeol dan Xiumin dari jauh.“Darahku nanti kering, Hong Feng turun selera, haruskah aku menyayatnya lebih dalam lagi?”


“Eh? jangan!”peringat Xiumin mengkode Chanyeol dan pasukan yang tersisa untuk bergegas.


Mereka berempat keluar dari ruangan di blok 18. Sebelum mempersiapkan untuk ‘menjadi cicak’. Mereka berterima kasih dan mengucapkan beberapa kata variasi mereka sendiri ke Young Ara.


“Kami dan segenap keanggotaan tentara mengucapkan kami bangga padamu, terima kasih. Semoga kau tetap hidup aman selamanya.” Kata Xiumin.


“Semoga kau berhasil keluar dari lab ini, Young Ara.”kata tentara pertama.


Disambung lagi dengan tentara kedua berkata. “Aku juga, semoga kau berhasil melewati rintangan yang menghalangimu keluar.”


Chanyeol menjadi yang terakhir berucap. Seakan berat, tapi dia harus mengatakannya, seperti yang dilakukan oleh yang lain. “Kau adalah anggota keamanan yang paling berani dan berkarakter. Jika kau adalah partnerku bertempur, aku pasti selalu membanggakanmu meski aku sudah mati duluan. Tetaplah hidup, setelah kau keluar, tolong temui aku lagi tanpa ada luka menganga yang berdarah. Atau bekas luka yang terlihat. Aku menunggu akan saatnya itu.”


Young Ara tersenyum, “Kata-katamu jauh lebih romantis dari kekasihku sendiri. Terima kasih ya. Jaga dirimu. Bantu mereka keluar secepatnya jika mereka kesusahan. Semoga kau dan mereka yang masih hidup bisa hidup tenang di pusat Seoul, seperti anggota ilmuwan yang tersisa.”


“Iya, aku juga mengharapkan seperti itu. Rasanya rindu hidup tenang seperti manusia jaman kemarin.” balas Chanyeol.


“Ya sudah, sebaiknya kalian bergerak lebih cepat. Sisa waktu kalian tidak cukup banyak.”Young Ara mengingatkan kembali pada mereka.


Mereka pun pergi lalu merayap ke dinding lebih cepat lagi. Setelah mereka berhasil dengan selamat melewati pintu Hong Feng dan turun. Chanyeol yang menengok ke belakang membuat mereka juga ikut menengok ke belakang.


Disana, Mata Chanyeol berbinar sedih ke Young Ara.


“Cepat lari. Aku akan segera berdiri di depan pintu Hong Feng.”kata Young Ara sambil berjalan perlahan menuju pintu tersebut.


Chanyeol pergi yang paling terakhir dengan perasaan terdalam yang tertinggal.


Dalam hatinya,


Dalam langkahnya,


Dia terus berharap dan berdoa.


Semoga dia dan wanita itu dipertemukan kembali.


〆〆〆



Aku mendengar suara penutup sumur itu terbuka. Mungkinkah itu para tim yang berhasil atau pulang dengan tangan kosong setelah misi di blok 18 W ke-7? Semoga saja mereka pulang dengan ada hasil dan jumlah mereka tetap seperti saat mereka berangkat.


Seluruh orang berdiri di dekat tangga, menunggu kedatangan orang yang paling digantungkan harapannya bagi mereka. Komandan Suho terlihat berdiri di paling ujung tangga itu. Aku juga berdiri di posisi yang seperti dia. Hanya saja dia tepat di seberangku. Disana, dia tampak sangat khawatir dan antusias menyambut tim yang dibanggakannya untuk saat ini.


Sementara Sersan berambut ungu dan hyung berdiri di sampingku. Hyung terlihat datar, tidak ada raut wajah menunggu dengan tidak sabaran seperti yang dilakukan Komandan. Apa mungkin baginya, antivirus itu tidak terlalu penting. Kita lihat saja nanti setelah tim itu muncul.


Kemudian Sersan berambut ungu, dia terlihat lebih pantas disebut khawatir. Mungkin dia sangat mencemaskan teman akrabnya yang seingatku adalah Sersan Chanyeol.


Derap langkah kaki sepatu yang berat itu semakin dekat. Perlahan-lahan mulai terlihat ujung sepatu mereka, kaki, barulah badan mereka dari bawah sini. Dua dari mereka membawa dua buah koper. Aku tidak ingat itu koper apa saja yang ada di ruangan Blok 18.


Tunggu, ada yang salah. Jumlah mereka ada empat saja? Oh tidak, haruskah resiko itu kembali terulang. Aku mulai merasa berdosa sendiri padahal bukan aku yang memerintahkan mereka untuk kesana. Bagaimana ceritanya mereka bisa tinggal empat. Aku berencana mau menyerbu mereka dengan pertanyaanku.


Tapi rasanya, itu tidak etis. Terlebih mereka terlihat lelah dan sedih.


Kedua sersan yang hebat itu menghadap ke Komandan dan hyung. Mereka terlihat sedang berkabung. Ada apa? Aku benar-benar merasakan hal yang tidak baik disini.


“Ini, Master, kami sudah membawa sekoper antivirusnya. Sesuai dengan petunjuk dari Young Ara...” kata Sersan Chanyeol dengan nada terkesan sedih di telingaku.


Young Ara, dia kesana membantu mereka juga.


Sementara Hyung tidak bergeming, wajahnya tersirat keraguan.


“Lalu apa yang dibawa Sersan Xiumin?”tanya Komandan Suho.


Sersan Xiu mengangkat koper itu dengan kedua tangannya. “Ini, atas saran Young Ara juga. Dia mengatakan pada kami ini mungkin juga perlu. Jadi, kami bawa juga.”


“Kenapa?”sahut hyung setengah marah.


Sersan Chanyeol tampak mengeraskan rahangnya. “Beberapa dari kami menemukan koper itu sama dengan koper yang kami foto lalu fotonya kami kirim ke Komandan. Young Ara juga sudah banyak menolong kami. Jadi tidak mungkin sarannya akan berdampak seburuk-buruknya.”tegas Chanyeol juga tak kalah setengah marah. Tapi mulutnya tidak terlalu terbuka seperti sahutan hyung.


Sersan Xiumin itu menepis Sersan Chanyeol, dia berdiri di depan sersan Chanyeol. “Maaf Master, maksud kami mungkin Young Ara punya pikiran kalau koper yang di tanganku ini akan diperlukan. Baru akan. Maka dari itu, kami putuskan untuk membawanya. Kami tidak berniat untuk mencurinya sedikit pun, Master. Master bisa pegang perkataan kami.”


“Sebenarnya apa isi koper di tangan kedua sersanku ini sudah benar, Master. Jika kau tidak keberatan untuk menjelaskannya pada kami semua.”kata Komandan Suho menengahi.


Terlihat di seluruh wajah orang-orang disekitar ini, termasuk aku juga menunggu jawaban pasti dari hyung.


Hyung membuka mulut. “Yang dibawa sersan Xiumin adalah bahan baku dari semua antivirus berbagai macam serum yang aku buat. Bagiku, tidak terlalu penting untuk dibawa dan juga belum terlalu dibutuhkan. Jadi jangan salah anggapan kalau aku sedikit marah saat kalian membawa koper itu. Chen saja belum ku beritahu akan koper itu.”


Hyung berjongkok dan menunjuk pada tulisan digital yang berjalan dengan kecepatan tidak normal. “Hanya orang berintelegent dan ber-IQ tinggi penuh konsentrasi yang bisa mengetahui apa isi tulisan ini.”


Dia berdiri, “Young Ara membuktikan bahwa dia percobaanku yang paling hebat melebihi kehebatanku.”


“Kami sudah membawa koper antivirus yang Master perintahkan pada kami. Sekarang bisakah kita terapkan sebelum semuanya berubah menjadi zombie?”celetuk Chanyeol sambil berjinjit menengok ke belakang orang-orang.


Seluruh wajah pasukan-pasukan kecil itu menghindari tatapan sersannya.


“Ada apa dengan kalian? Apa kalian sudah membuatku marah?”tanya Chanyeol sekali lagi dan kini berjalan menelisik mereka.


“Mana perempuan itu? Apa dia kabur?” sersan Chanyeol menepuk keningnya sambil mengarahkan matanya melihatku. “Gawat ini, Professor Chen. Dia akan membunuh kita semua.”


Dia berjalan kearahku dan menyerahkan koper padaku. “Buka ini, biar aku saja yang memberikan kepadanya. Aku sudah kesal melihatnya.”


Aku menerima kopernya, aku meletakkan perlahan di dekat kakiku. Lalu aku berlagak merapatkan jasku ini. “Choi Ha Na sudah kami buang ke padang. Dia sudah benar-benar mati. Berdasarkan kegunaan yang jauh lebih bermanfaat kata pandang Master, kami memutuskan untuk tidak menggunakan antivirus itu padanya. Tapi untuk yang lain yang jauh lebih membutuhkannya.”


“APA?!”Sersan Chanyeol terbelalak dan langsung berdiri di hadapan hyung dengan marah dan bersiap menonjok Kris hyung. Komandan dan Sersan lain serta pasukan menahan badan Chanyeol yang ingin menyerbu hyung.


“Kami mengorbankan banyak nyawa. Dari kami berangkat berenam, sekarang hanya tersisa empat! Kau tega sekali Master menjadikan kami tikus-tikusmu. Kami juga ingin hidup normal seperti dulu sebelum proyekmu berdiri di tengah-tengah kami! Kau tidak berpikir betapa susahnya mengambilnya? Jika saja tidak ada Young Ara, kami takkan pernah bisa selamat kembali kesini dengan koper itu!!”


wajah Hyung terkesan pucat sekarang. Aku mendekat. “Hyung, kau baik-baik saja. Biar aku yang menjelaskan.”


Hyung menahanku. “Ini sudah kewenanganku, Chen. Tak apa.”katanya padaku terdengar menyerah.


“Sersan, aku sudah merancang agar lebih bermanfaat. Antivirus itu akan ku suntukkan pada kalian. Aku mengerti ini kelalaian diluar dugaan atas proyekku. Tapi aku sangat berharap jika kau dan semuanya berjuang menyelamatkan yang tersia dan melindunginya bersama-sama.”


Hyung meraih koper di dekat kakiku, dia berjongkok dan menekan tombol tersembunyi yang tidak tampak dari luar. Keluarlah sebuah kaca yang transparan sebesar tangan hyung. Dia menggambar sebuah pola dengan ujung jarinya dan beberapa gerakan yang aku ketahui. Itu gerakan campuran dari hangul, kode gambar yang mirip dengan hieroglif, dan alphabet latin. Terakhir dia menghapus dengan sapuan kelima jarinya.

Koper itu terbuka, disana terdapat 40 botol sepanjang ukuran dua kapsul obat. Ujungnya ditutup dengan tutup logam yang sangat terjaga dari kontominasi dari apapun. Di tutup koper tersedia suntikan kecil yang berjumlah 20 dengan jarum berjajar seratus.


“Kau yang pertama, Chanyeol. Kita tidak punya cukup banyak waktu untuk berdebat lagi.”


Seketika Chanyeol luluh dan berwajah menyesal. Dia mendekat lalu berjongkok di depan hyung. hyung mengarahkan suntikan pertama ke leher Chanyeol.


“Satu botol bisa cukup untuk empat orang. Dua orang jika sangat penting karena sudah terinfeksi. Ini sangat ampuh, bekerja meskipun puluhan kali terkena gigitan dan cakaran. Untungnya, koper ini dirancang tahan dari segala kerusakan apapun dan hanya mampu dibuka oleh tanganku dan Chen.”jelas Hyung sambil menyuntikkan serum antivirus itu ke Chanyeol.


“Selanjutnya, kalian-kalian yang terhebat. Komandan, Sersan-sersan, pasukan terpilih, aku dan Chen. Sisanya akan ku simpan.”hyung menjeda. “Dengan begini, akan memudahkan kita pergi ke tempat yang jauh dari bahaya percobaanku yang gagal.”


Ku dengar, tiba-tiba speaker bergemerisik tidak jelas tapi suaranya terdengar cukup keras. Seperti radio yang mencari jaringan stereonya. Beberapa detik kemudian, suara perempuan berdehem menggemakan seluruh koridor tempat kami berada.



(“Aku Young Ara melaporkan untuk kalian yang mendengarkanku. Saat ini aku sedang bersandar di pintu Hong Feng menggedor-gedornya berkali-kali dan menggeram. Jika kalian mendengarkannya dengan seksama, dia benar-benar kelaparan...”)



suara itu menjeda, aku benar-benar merasa senang sekarang. Dia masih hidup.



(“Cara lain yang lebih efektif selain menunggu pintu ini kehilangan proteksinya adalah aku yang membukanya. Sebenarnya lebih menyenangkan kalau menunggu durasi proteksinya. Tapi, ada hal lain yang dapat mengancam kalian sebentar lagi.”)



(“Seseorang telah membuka sumur mayat terbuang di dekat landasan pintu masuk W ke-7. Entah tangan siapa yang berbuat kekacauan, sekarang mayat-mayat itu sedang menyerbu di pintu kaca. Jumlahnya ratusan orang. Untung, gerbang berduri itu juga sudah terkunci dan aliran listriknya bekerja. Tapi, kalau aliran listriknya berhenti, itu sama saja akan menyulitkanku untuk langsung menghadapi dua bahaya. Itu juga akan mengancam kalian.”)



(“Aku mohon, bergeraklah lebih cepat. Bagi kalian yang terjebak di dalam, segera berlari ke tangga pusat Seoul. Tidak ada cara lain yang lebih cepat. Untuk sesaat, berlindunglah disana. Setelah semua yang terjebak di dalam Lab berhasil naik. Tolong gembok, rantai, lelehkan besinya, hingga pintu itu benar-benar tidak dapat terbuka dengan tenaga manusia terkuat sekali pun. Semoga berhasil.”)


“Chagi-ah! Tunggu, jangan hentikan salurannya.!”raung ku ke speaker.



(“Aku mendengar suara kekasihku diujung dekat tangga sumur penghubung padang gersang dan W ke-8. Jangan khawatirkan aku, untuk kalian yang jadi partnerku. Selamatkan yang tersisa hingga habis. Aku__”)


suara itu bergemerisik lagi, sangat tidak jelas. Apakah dia dihalangi. Atau menemukan kendala komunikasi. Apa sebenarnya yang terjadi? Ya tuhan, aku ketakutan.



(“Aku menaruh harapan besar pada kalian, juga kau. Sersan Chanyeol.”)


END

Rabu, 07 Oktober 2015

FF GOTHAM LULLABY | | Straight FF of CHEN and EXO members | Very Pain




Cast :
Chen/Kim Jong Dae
Young Ara as target (OC)
Kris/Wu Yi Fan
Chanyeol/Park Chan Yeol
Baekhyun/Byun Baek Hyun
Xiumin/Kim Min Seok
Suho/Kim Jong Myun
Genre :
Fantasy
Action
Romance
Thriller
Rate :
PG17
Warning is Dangerous! Cerita ini mengandung unsure sadis, pertumpahan darah, dan tindakan criminal yang tidak patut dicontoh dalam kehidupan moral sehari-hari. Semua dibawah kreatifitas imajinasi penulis. Jika ada tokoh,latar,alur yang sama itu hanya unsur kebetulan semata yang tidak memiliki maksud untuk menjiplak karya pihak lain.
Semua ini author terinspirasi dari FILM BERSERI yang menjadi favorit author sejak kecil berjudul RESIDENT EVIL. Namun, semua konsep cerita dan pendukung lainnya tetap berasal dari ide kreatifitas imajinasi author. Tidak ada yang menjiplak sisi mana pun.
Happy reading…





“Tidak, selamanya aku tidak akan mengertikan dirimu. Kau biadab.”


Kepala Sekolah menghela nafasnya. “Aku tidak bisa meloloskan kehendakmu. Aku banyak dihujat oleh semua sekolah dan institute yang diberi ijin untuk instansi perekrutan itu. Mereka menghujat karena adanya kau. Kau bagi mereka, bagaikan hama yang mereka takuti akan menggagalkan segala impian mereka di Lab itu. Bahkan, aku ditawari milyaran juta won hanya untuk sekedar mencegahmu ikut, ada juga membunuhmu bagaimana pun caranya yang penting kau tidak ikut perekrutan itu.”


“Katakan itu bohong, Pak. Aku kenal dirimu selalu tidak serius jika berbicara dengan orang yang lebih muda dari dirimu.”


“Tidak, Chanyeol. Kali ini aku serius.”Kepala Sekolah menatapnya penuh ketegasan. Chanyeol bisa membaca kalau orang itu kali ini sedang tidak berbohong.


Chanyeol mendekat ke Kepala Sekolah, mengirimkan tatapan frustasi pada orang itu.“Lalu apa gunanya mimpi dan kepintaran yang sudah ku kumpulkan sampai hari ini? Untuk apa? Jelaskan padaku, Pak!”



Itu juga akan berguna, Chanyeol. Kau bisa tetap menggunakannya, nanti...kalau kau mau untuk mencari jawaban itu lewat jalan lain. Sementara ini, tatalah hatimu untuk meredam api didalam hatimu. Sementara ini juga, cobalah untuk menerima dan mengalah sebentar.


Katakan padaku!! Aku sunggguh tidak mengerti, Pak!Chanyeol menggebrak tembok di belakang punggungnya.


Aku...tidak sanggup mengatakan motif sesunggunya.Kepala Sekolah mencengkram dadanya sendiri. Berjalan perlahan dan duduk lagi dikursi kerjanya. Lalu menangkup kepalanya diantara kedua tangannya.


Kau boleh membenciku selamanya. Aku siap dibunuh olehmu atau disuruh mati. Kalau iya, secepatnya aku akan bunuh diri, didepan matamu akan kulakukan.


Kau menghancurkan mimpiku! menyembunyikan apa yang menjadi penghalangku. Kau mengenalku lebih dari aku mengenalmu, jadi kau tau pasti apa mimpiku sejak dulu. Ku tekankan lagi, aku bercita-cita menjadi ilmuwan terhebat di dunia. Kalau sejak awal kau berniat seperti ini. Harusnya kau tidak menyuruhku masuk ke sekolahmu sendiri. Buang aku...Chanyeol berjalan kearah pintu, dia sudah memegang gagang pintunya.


Atau buang saja dirimu sendiri. Kurasa, kau lebih mementingkan ocehan mereka dari pada sepatah kata dari anggota keluargamu sendiri.


Chanyeol keluar. Ia tidak langsung pergi, tapi bersandar tepat di depan pintu ruang kepala sekolah. Di depan, sudah terlihat banyak guru dan mahasiswa yang berdiri memandang prihatin padanya. Mungkin dibenak mereka. Mereka merasa iba dengannya, iba juga dengan hubungan yang kurang erat antara anak lelaki dan ayahnya. Eits, itu salah. Tapi ayah tirinya.


Chanyeol, kau baik-baik saja?tanya Baekhyun, di belakang lelaki itu juga ada teman mahasiswa dan mahasiswi lainnya.


Ya.singkat Chanyeol memijat kasar dahinya.


DOOR


Semua terkejut. Suara tembakan berasal dari ruang kepala sekolah menggemparkan seluruhnya. Chanyeol segera masuk bersama orang-orang di kampusnya itu. Tak lama kemudian, seorang keamanan dan beberapa banyak orang-orang berjas putih layaknya professor dan ilmuwan. Mereka berbondong-bondong masuk. Dari seragamnya dan tag words di jas itu, Chanyeol membaca sebuah logo persegi 6 dengan lambang W ke-7. Chanyeol terpaku memandang mereka dan jasad ayah tirinya.


Biar kami yang mengurusnya. Kalian semua keluar dan tenanglah. Ini bagian dari tugas kami, menjalankan pesan terakhirnya.ujar salah seorang yang berjas putih dengan kacamatanya yang terkesan bukan kacamata baca,tapi lambang sekedar gaya-gayaan. orang itu terlihat seumuran seperti ayah tirinya.


Chanyeol, ayo kita keluar. Menenangkan dirimu.tawar Baekhyun menggamit lengan Chanyeol. Chanyeol menepisnya dengan kasar hingga tangan Baekhyun terbentur ke tembok. Masih terpaku dalam pandangannya. Tapi Baekhyun tidak menyerah dan tetap menggamit lengan Chanyeol keluar ruangan. Akhirnya dia berhasil membawa pergi Chanyeol tanpa perlawanan lagi.

AKU LELAH! AARRRGGGHHHH. . . .!racau Chanyeol menggaruk kasar rambutnya.


Tenang Chanyeol, tenang.kata Baekhyun lagi.


Seorang bagian keamanan yang membantu eksekusi ayah tirinya tiba-tiba menghampiri mereka. Mana yang bernama Park Chanyeol disini?tanya orang berseragam lengkap ala snipper handal.


Ini, dia yang sedang frustasi. Itu Chanyeol.kata Baekhyun menunjukkan Chanyeol pada orang itu.


Atas janji yang dibuat antara ibu kandung dan ayah tirimu, aku harus mengajakmu ke pelatihan militer. Mereka sudah menyiapkan administrasi sebesar milyaran juta won hanya untuk memasukkan dirimu dan belajar yang sangat handal pada agent kami. Apa kau mau ikut kami?


Chanyeol beranjak dari sandaran duduknya. Apa? Jadi agent militer seperti itu? tanya Chanyeol menelisik.


Benar. Kami agent militer dan keamanan rahasia. Kau harus mau kalau benar kau sayang pada salah satu dari orang tuamu itu.


Ambil saja, Chanyeol. Bukankah semasa TK ke SD, kau pernah bercerita tentang cita-citamu yang menjadi anggota militer angkatan laut. Ingat yang itu kan?bisik Baekhyun pada Chanyeol.


Chanyeol mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya. Aish...tau begitu aku tarik omonganku.Chanyeol menghela nafas. Baiklah aku mau.


Oh Pak militer, bisa bawa aku juga? Aku akan belajar dengan keras dan membayar iurannya dengan teratur.rajuk Baekhyun yang ikut tertarik.


Orang itu tampak menimbang-nimbang rajukan Baekhyun dengan keras. Akhirnya, dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Chanyeol dan Baekhyun bergantian. Selamat. Kalian berdua bergabung dalam tim kami. Namaku, Sersan Suho.


***

Beberapa bulan setelah ia dan Baekhyun bergabung dengan agent militer dan keamanan rahasia ini. Hampir lebih dari setengah tahun banyak perubahan yang dirasakannya. Yang lebih menyiksanya adalah kehampaan yang sangat menguasai hatinya disela-sela kegiatan dengan pelatihan keras yang ada di agent ini.


Chanyeol dengan malas kali ini menerima jatah makan di nampan yang dibawanya. Terlebih lagi, Baekhyun tidak ada menemaninya karna anak itu sedang berlatih keras akibat tertinggal jauh dalam menyelesaikan misi yang diberikan komandan teratasnya. Chanyeol duduk sendirian di satu bangku. di bangku seberangnya terdapat dua orang laki-laki yang sibuk mengobrol sambil bersantap, terlihat seperti sepasang teman akrab sejak lama.


Hey, Taejon. Kau sudah dengar belum kalau operator otak W ke-7 adalah orang terdekat Master yang menciptakan Lab terbesar didunia itu?


lelaki yang awal dipanggil Taejon itu menghentikan suapan dimulutnya. Aku tau yang itu, Liam. Hanya saja aku masih penasaran operator otak W ke-7 itu laki-laki atau perempuan. Kalau kabar lain, aku belum update. Belakangan ini aku sibuk menyelesaikan misi dengan anak baru bermarga Byun.


Apa yang mereka maksud,Baekhyun?__pikir Chanyeol terus makan.


Begini Taejon, aku dengar dari senior sersan diluar sana. Lab itu baru saja menculik remaja SMA untuk dijadikan percobaan 10 tahun yang akan datang. Ku dengar namanya Park Hae Na.


Jadi, gadis itu disandra dulu?


Tepat sekali. Dari namanya, Park Hae Na. Kurasa dia sangat cantik seperti Taeyoon SNSD.


Chanyeol langsung beranjak dan menodong Liam. Siapa katamu?Ulangi namanya siapa?!



Liam tergagap ketakutan. Park—Hae—Na. Ya, itu namanya, Chanyeol. Ke-kenapa?


KENAPA KATAMU?! DIA ITU ADIKKU SATU-SATUNYA DI DUNIA INI!! ITU PASTI DIA!Taejon menahan bahunya agar tidak menonjok Liam, Taejon menyuruhnya untuk duduk.


“Apa kau punya fotonya? Akan ku yakinkan itu adikmu atau bukan, Chanyeol.”kata Taejon tenang. Lalu Chanyeol dengan cepat menyodorkan foto adiknya. Taejon meraihnya dan menanyakan pada Liam. “Liam, apa seperti dia, Park Hae Na sandra yang kau maksud?”


Liam dengan takut pun mengangguk. Chanyeol menonjok meja makan bangku Taejon dan Liam. Chanyeol menangis tapi tetap menahannya meski tak terbendung.


Kami turut prihatin dan sedih atas adikmu, Chanyeol. Ku harap tegarlah. Kalau kau ingin kami menggali informasi tentang Park Hae Na. Kami siap melakukannya untukmu asal kau tetap tegar dan menyelesaikan pendidikan militermu ini.


Ia mengangguk lemas dan tertunduk dalam diamnya. Berhari-hari kemudian, Chanyeol menemukan titik terang baru. Taejon dan Liam memberikan banyak informasi yang bermanfaat untuk dirinya sendiri. Dimulai dari info mengenai Park Hae Na yang masih baik-baik saja di Lab, tapi artinya suatu saat dia bisa tidak baik-baik saja. Lalu siapa saja nama tentara atau pengawal yang terlibat soal Hae Na, salah satunya ada teman satu SMAnya, yang cukup dekat dikenalnya. Dan mengingat namanya itu, membuat Chanyeol sedikit sakit.


Mirisnya...

Nama Choi Ha Na


Chanyeol mendengus kesal. Mencoba lagi menenangkan dirinya sendiri yang terbalut emosi. Tapi ada satu info lagi yang ditegaskan oleh Taejon padanya. Temannya itu berkata bahwa ada seorang mayat laki-laki yang sedang diawetkan di Lab itu. Katanya lagi, itu mayat laki-laki paruh baya yang meninggal karena bunuh diri di sebuah sekolah terkenal di kalangan atas.


Chanyeol sempat bertanya pada Taejon lebih jelas itu sekolah mana dan siapa namanya. Tapi kata Liam, Taejon saat itu terlihat kesal karena Chanyeol terus bertanya dan bertanya padanya. Maka Liamlah yang maju menawarkan mencarikan informasi lebih lanjut meski situasi di tempat regunya bertugas lebih genting daripada tempat regunya Taejon.


Sampai pada akhir dimana ia berhasil dilantik menjadi sersan di regunya sendiri. Chanyeol tidak mendapat jawabannya yang ia cari kesekian tahunnya. Ia pernah mendatangi Taejon maupun Liam, tapi selalu terganggu karena seniornya lagi seniornya lagi. Hingga dititik terakhir ia geram dengan ulah senior yang selalu mendadak melimpahkan tugas melatih praja pada dirinya. Chanyeol menduga bahwa seniornya memang sengaja mencegahnya bertemu dengan dua orang itu. Sampai, telinga Chanyeol mendengar berita bahwa Taejon dan Liam meninggal dunia akibat perang yang entah Chanyeol kurang paham maksud misi yang membuat mereka mati dan dimana entah tempatnya itu.


Chanyeol saking sibuknya, terlena, dan terlalu berdedikasi pada agent militer dan keamanan rahasia yang menaunginya selama ini. Chanyeol sampai tidak tahu sendiri bahwa ia telah bekerja untuk perusahaan yang dibencinya.


dibencinya karena yang telah menyandra Park Hae Na, adik satu-satunya...


dibencinya karena yang telah membuatnya geram ingin membalas dendam...


balas dendam soal yang ternyata dalang dibalik gagalnya dirinya diizinkan ikut dalam perekrutan ilmuwan di W ke-7 adalah operator otak W ke-7...


apalagi, ternyata (mayat) Ayah tirinya yang sengaja diawetkan untuk kepentingan laboraturium sendiri...


sungguh, ia sangat berkobar dalam kebenciannya saat ini...



Xiumin menggeleng-geleng. Ternyata ia tidak tahu  bahwa rekan kerjanya ini ternyata memiliki kebencian yang sedemikian rupa pada perusahaan laboraturium seperti ini.


Sedetik kemudian, Ipad berlogo symbol W ke-7 itu bergetar. Menandakan sesuatu tidak beres sedang disampaikan lewat pesan di Ipad itu. Chanyeol, sebentar lagi kita dapat pesan. Atau perintah.


Chanyeol hanya menoleh sedikit tidak suka. Apa lagi? gumamnya.


Xiumin membuka pengunci layar di Ipad itu. Ini komandan.kata Xiumin memberitahu. Pesan suara.


Ya komandan?tanya Xiumin ke layar Ipad.


(Xiumin, apa yang kalian lakukan di posisi yang sama? Disini aku khawatir kalian seperti dalam kesusahan saja. Apa ada kendala hebat disana?)


(...ya, apa sebuah zombi atau penemuan genesis lain?) sahut suara Baekhyun menambahi.


Tidak ada, Komandan, Sersan Baekhyun. Kami aman. Hanya saja kami sedang berdiskusi sambil terus berjalan.


(Cepatlah, Sersan Xiu. Waktu terus berjalan. Berhati-hatilah dengan Mutasi Hong Feng.)


Mengerti! Komandan!


(Tapi tunggu, Sersan Xiu. Ada yang janggal diradar GPS yang aku lihat disini.)


Xiumin mengerutkan dahi, Chanyeol pun juga. Beserta empat pasukan lainnya yang menyertai mereka berdua juga melakukan hal yang sama karena Xiumin memperbesar volume pesan suara itu agar terdengar oleh orang selain dirinya.


Maksud, Komandan?



(Jika Chanyeol dan yang lain juga mengecek radar GPS masing-masing. Kau akan tahu hal yang sama yang aku persoalkan.)


Hening sesaat suara Komandan Suho terdengar teredam oleh suara riuh dari pendingin ruangan diseisi Laboraturium.


(Aku ingat kalau disana hanya ada enam orang. Tapi, di radarku kalian ada tujuh orang. Disamping itu, aku sudah mengecek semua pasukanku dan sersan disini masih lengkap. Itu artinya tidak ada yang mengikuti kalian lagi. Jadi...siapa radar GPS ketujuh yang ada di antara kalian?)


DEG!

Mendadak, Xiumin merasa seperti sedang dalam bahaya dan ancaman besar. Tapi kemudian ia melihat ke belakang dan teringat satu makhluk yang ikut bersamanya, Bull.


Komandan, mungkin GPS itu milik Bull. Aku tidak tahu persis itu benar atau tidak. Tapi anggotaku memang sekarang ada tujuh  makhluk hidup.


(Oh...Baiklah. Berhati-hatilah dan selalu siaga. Bergegaslah meski dalam bahaya besar. Ingatlah selalu slogan yang aku tanamkan.)


Awasi sekitar sebelum bahaya muncul. ujar Xiumin langsung. Terima kasih, Komandan. Kami harus bergegas sekarang.


(Iya)


Ayo, Chanyeol. Kita hampir sampai di  blok 18.kata Xiumin pada Chanyeol yang mewakili semuanya.

Suasana mengerikan pun memenuhi koridor itu. Koridor yang sangat panjang dan terang tapi suara hening pun teredam jelas karena kesibukan Hong Feng yang berusaha mendobrak pintu terus-menerus.

tanpa di komando oleh sersan yang paling tua atau paling muda diantara mereka. Mereka semua memakai sarung tangan dan sarung kaki cicak dalam konsentrasi dan ambisi kuat untuk berhasil dengan selamat.

Yang pertama kali menempelkan diri ke dinding koridor itu ialah Chanyeol. Dia menengok sejenak ke Xiumin dan ketiga tentaranya. Dia memperoleh anggukan dari Xiumin, membuatnya akhirnya duluan untuk berjalan menempel di dinding koridor itu.

Chanyeol berhasil. Dilanjut dengan dua tentara pertama dan Xiumin. Mereka juga berhasil. Kemudian barulah dua tentara terakhir tepat berada di belakang Xiumin. Mereka berjalan merayap dengan tenang dan konsentrasi tinggi. Sementara Bull tampaknya diam untuk mengambil ancang-ancang terbaik melewati pintu darurat proteksi bahaya Mutasi Hong Feng.

Chanyeol merayap dengan penuh rasa hati-hati sekaligus takut. Sejenak, dia berhenti dan membuat Xiumin berkerut bingung ada apa dengan dirinya. Chanyeol memberi petunjuk dengan gerakan jari-jari tangannya bahwa dia takut. Xiumin membalas dengan tepisan tangan menunjuk Chanyeol agar tetap terus merayap.

Detik berikutnya, Chanyeol benar-benar tak menyangka bahwa dia mampu merayap melewati pintu darurat bahaya Mutasi Hong Feng itu. Chanyeol berseru dalam hati. Xiumin juga menyusul gembira karena dirinya juga berhasil merayap melewati dengan tenang hingga Hong Feng terlihat diam—tenang dan tidak mendobrak-dobrak pintu itu.

Xiumin berbisik, “Sekarang kita hanya perlu menunggu dua teman kita.”

Chanyeol mengedap-edipkan matanya. “Jarang sekali kau bicara soal hal sepele seperti barusan.”

Xiumin mendekatkan mulutnya ke daun telinga Chanyeol dan menutupi dengan salah satu tangannya agar gerakan mulutnya tidak mudah terbaca. “Aku tidak mau mengakuinya, tapi ini serius. Aku sedikit mengkhawatirkan tentara pilihanmu itu.”

Chanyeol mengibaskan tangan lalu tertawa“Tidak mungkin, hyung. Aku tidak pernah salah pilih selama—“

“Ini berbeda.” sela Xiumin. “Kita bukan di dunia kita. Laboraturium ini sebenarnya bagaikan dunia game fantasi. Tidak akan pernah selamat, apalagi keluar jika kita tidak menang duluan.”

Chanyeol menghela nafas berat, “Terserah padamu hyung.”

Mereka berdua berharap baik dalam hati. Berdoa dalam diam dan terus mengamati pergerakan yang dilakukan oleh tentara terakhir yang posisinya masih merayap. Tentara tersebut merayap dengan sangat lambat. Membuat Chanyeol terkadang malas mengikuti Xiumin menatap terus orang tersebut.

Barulah dia dapat melewati pintu berbahaya itu. Tentara itu mendarat dengan tatapan bingung karena Xiumin terus memandangnya intens.

“Sersan?”

Xiumin menggeleng cepat dan tidak menjelaskan apa alasan tatapannya. Sementara Chanyeol mengarahkan pandangannya untuk segera melanjutkan perjalanan.

Beberapa diantara mereka berjalan sambil melepaskan kaos kaki dan sarung tangan cicak mereka. Yang tidak melakukannya hanyalah Chanyeol dan Xiumin serta satu tentara tepat di belakang Chanyeol.

Mereka berjalan dengan serius dan melirik dengan waspada. Hanya dua tentara paling belakang yang tidak memiliki rasa sungkan untuk berdialog. Bahkan keduanya sedikit melakukan guyonan.

“Aku tidak percaya yang tadi itu sangat mengacu adrenalin.”kata tentara pertama.

“Benar, aku juga.”tentara kedua membalas sambil menggosok-gosok hidungnya.

“Jujur saja ya, aku ingin pensiun sebenarnya. Makanya aku ingin cepat-cepat keluar dari agensi ini.”

Tentara kedua tidak menjawab. Dia lebih asyik menggosok-gosok hidungnya yang terlihat gatal.

“Kwon, jangan keras-keras. Hidungmu sudah memerah lho. . .”

Tentara yang dipanggil Kwon itu tetap saja menggosok-gosok hidungnya. Bahkan lebih kasar.

“Kwon.”

Kwon berdecak kesal. “Ini gatal sekali. Aku tak main-main.”

Xiumin sudah merasakan sebentar lagi ada bahaya, dia pun menggenggam erat senapan panjangnya. Lalu memberi isyarat ke Chanyeol dengan mencoleknya menggunakan senapannya tersebut. Tapi saat Chanyeol menoleh, ternyata dia tidak paham apa maksudnya.

Xiumin pun harus terpaksa berhenti sendirian. Dia melirik ke Bull. Terlihat hewan itu nampaknya berubah sikap. Bull menjadi gemetaran seolah-olah tidak mampu menghalau nafsu bertahun-tahunnya selama ini.

Bull menggeram. Tentara pertama di depan Kwon merasakan ada yang mulai tidak beres. Dia pun berkata. “Kwon, Bull...”

Namun percuma, Kwon tetap menggosok hidungnya yang kini mulai mengeluarkan sedikit darah yang membekas di salah satu jari tangannya.

Kwon malah berhenti dan sibuk memfokuskan diri menggaruk hidungnya. Semua tentara dan kedua sersan menghadap  ke Kwon. Mereka mulai mengangkat sengaja dan mengarah ke Bull yang berada di belakang Kwon.

Tanpa terduga sedetik pun, kesiapan mereka berlima tidak berarti. Tiba-tiba Bull menerkam Kwon dengan sekejap tanpa suara gemuruh untuk bearancang-ancang membuat teriakan Kwon pun teredam dengan cepat.

Bull memakan Kwon dengan lahapnya. Mencabik-cabik setiap anggota tubuhnya hingga yang tersisa hanyalah bagian kaki dan kain yang melekat di tubuhnya. Kini, Bull yang kelaparan terlihat jauh lebih ganas dan menyeramkan sedang mengadah kearah lima orang di depannya.

Chanyeol berjalan paling maju diantara kelima orang tersebut. Matanya melotot dengan penuh kemarahan. Sesaat dia menatap CCTV yang ada di dekat kepalanya.

“OPERATOR W KE-7!”Seru Chanyeol penuh amarah. “KAU KEPARAT!!”

〆〆〆

Aku duduk di dekat tangga.

Saat aku melirik kearah Komandan beserta satu sersan dan para tentaranya yang berjaga di sekitar Kris Hyung. Aku melihat Komandan tiba-tiba tercengang sambil menatap Ipad berlogo W ke-7 di kedua tangannya.

Aku yang benar-benar penasaran langsung menghampiri Komandan. Aku berjongkok di depannya karena dia duduk bersandar dan mendekap Ipadnya seolah-olah itu dapat menepis sebuah kesedihan.

“Komandan Suho, bisa kita bicara sebentar?”tanyaku membuatnya menyembunyikan Ipad di balik punggungnya.

Aku punya inisiatif lain karena kelihatannya dia cukup shock dengan apa yang ada di Ipad-nya. “Kita bisa bicara di tangga tempatku tadi Komandan jika Komandan keberatan.”

Dia terlihat menyetujuiku. Dia beranjak dan berjalan mendahuluiku ke tangga. Dia telah menaiki lima anak tangga dan duduk di anak tangga ke tujuh. Aku duduk di tangga ke enam agar terkesan aku juga menghormatinya sebagai orang penting disini. Aku menunggunya bicara.

“Aku—tercengang saja saat salah satu GPS pasukanku ada yang hilang. Dinyatakan disana bahwa GPS itu sudah meninggal. Aku tidak ingin berpikiran negatif dulu siapa orangnya. Aku juga tidak ingin menyebarkan berita ini sampai membuat pasukanku yang tersisa menjadi ketakutan dan pergi dari  misi.”ungkapnya terakhir dengan nada bersedih.

Aku menghela nafas, hanya itu yang bisa ku ungkapkan karena aku sendiri tidak ahli dalam menyeimbangkan keadaan saat genting dalam penjalanan sebuah misi perang.

“Menurutku memang lebih baik seperti itu. Jika dalam bahaya, lebih baik membuktikan dulu meski harus menunggu daripada salah mencerna informasi saat bersamaan kita emosi dahulu.”

Komandan mengangguk. “Cukup masuk akal.”

Tiba-tiba aku teringat dengan kekasihku Young Ara. “Kata Master, Young Ara ada dipihak kita. Jika terjadi sesuatu diarea laboraturium. Menurutku dia akan membantu pasukanmu yang ada di dalam bahaya sana. Serum itu justru membuat Young Ara menjadi lebih kuat dan dapat diandalkan. Berdoa saja semoga pasukanmu benar-benar selamat.”

Dia mengangguk dengan tidak semangat. “Ya. Aku akan menaruh harapan padanya.”

“Akan ku lihat GPS mereka di Ipadku.”kataku lalu mengeluarkan Ipad milikku di balik jas kebesaranku.

Aku menyalakan aplikasi pelacak GPS di area lorong W ke-7 blok 16, 17, dan 18. Aku membulatkan mata ketika GPS-GPS itu bergerak lebih cepat berputar-putar di area perbatasan blok 16 dan 17. Aku juga membaca pergerakan Mutasi Hong Feng semakin cepat. Terlihat sekali bahwa rasa haus darahnya semakin menggebu.

Aku tercengang. Aku pun menunjukkan pelacak GPSku ke Komandan. Dia pun juga sama tercengangnya denganku.

“Ini yang ku khawatirkan.”kata Komandan Suho.

“Apa yang di khawatirkan?” tanya Kris Hyung tiba-tiba menyahut dari samping anak tangga.

Aku dan komandan terkejut. Entah kenapa suasana hatiku seperti takut untuk memberitahukan hal buruk ini kepadanya. Aku merasa aka nada kalimatku yang dapat menyinggung hatinya.

“Chen, kenapa diam? Apa ada yang tidak beres?”tanya Kris hyung mulai terdengar sinis di telingaku.

“A-ani. Tidak ada ap, apa-apa hyung. Masih terlihat beres.” kataku dengan gelagapan lalu tertawa hambar. Aku turun dari anak tangga dan menghadap di depan Hyung.

Komandan tampak melempar pandangannya padaku. Sepertinya dia merasakan seperti yang ku rasakan. Mungkin, ada kesamaan pikiran di antara aku dan dia. Lebih baik tidak mengatakannya untuk beberapa waktu sebentar.

Aku pun menyembunyikan Ipadku dibalik saku blazer kebangganku meski dalam keadaan pelacak GPS yang masih menyala. Aku berharap tidak ada bunyi beep yang berarti yang dapat membuat hyung semakin curiga denganku.

“Katakan saja, Chen. Ada apa? Aku mulai curiga pada kesetiaanmu padaku.”katanya dingin sambil menatapku sedikit sengit di bagian kata kesetiaanmu.

Aku tak bisa menahan ini lebih lama. Seandainya jika hyung tidak membawa-bawa nama ‘kesetiaanku padanya’ mungkin aku akan beralasan dengan hal lainnya. Aku tidak tahan. Aku tersinggung saat dia memperdalam tatapan sinisnya pada saat kata kesetiaanmu itu padaku.

Kadang kala, aku bisa memahami sikapnya dan menghargai segala kemurahan hatinya padaku. Tapi kadang kala, aku mengutuk hyung dalam hati karena dia yang perhitungan dan membawa kata kesetiaanmu padaku. Lagi-lagi aku muak. Tapi aku terus berwajah datar saja selagi hatiku sangat muak padanya yang sekali lagi, maafkan aku, sekali lagi membawa kata kesetiaanmu padaku.

Aku memasukkan salah satu tanganku, tangan kiriku ke dalam saku jasku yang ada di pinggang. Disana aku menyembunyikan kepalan tanganku atas kemuakanku padanya. Aku serius. Aku benci saat dia perhitungan dan membawa kata kesetianmu padaku apalagi ditambahi dengan kata ‘mana’. Ini serius menyakitkan mengingat perjalananku sudah sejauh ini dengannya.

Begini hyung. Aku hanya melacak pergerakan GPS para pasukan Komandan Suho yang sudah tiba di perbatasan blok 16 dan 17.kataku hanya menyediakan bagian awalnya yang sebenarnya tidak penting untuk dikatakan, diluar topik aslinya jika presepsiku tidak salah.

Lebih jelasnya sudah bukan bagian itu lagi kan?balasnya mulai marah padaku, aku malah bersyukur. Itu pertanda dia akhirnya merasakan kekesalan, kemuakan, dan kemarahan yang ada di dalam sini akibat pengulangan katanya tadi, kesetiaanmu padaku.ckckckck.

Jelaskan Chen atau aku--!

Cukup.sela Komandan Suho mendahuluiku, sama seperti apa yang ingin dikatakan oleh mulutku.

Pasukanku terjebak. Entah bahaya apa yang menimpa pada mereka tapi aku sedang mengkhawatirkan mereka, Master Wu.  Radar GPS mereka bergerak berputar-putar di posisi yang sama, bahkan salah satu diantaranya sudah dinyatakan mati.jelas Komandan Suho dengan emosi kesedihannya.

Kau—serius sudah memeriksa sensor nafas dan detak nadi yang menempel di tubuhnya?tanya Kris Hyung seakan tercengang.

Sudah.Komandan menggeleng sedih. Semuanya berhenti.

Kris hyung terpaku dalam posisinya di hadapanku. Dia tampak mengolah pikiran dan ingatannya dalam sekaligus. Lalu tak lama setelah itu, dia bergerak dengan gerakan tiba-tiba dan kasar. Dia bergerak menuju telepon bebas di sisi penyanggah lorong.

OPERATOR OTAK W KE-7. CEPAT! CEPAT NON-AKTIFKAN DENYUT JANTUNG GENESIS BULL! CEPAT!!!!teriak Kris Hyung menggemparkan semua orang yang terjaga disekitarnya.

seketika, kami terkejut setelah mendengar suara keras bak sebuah tangan atau mesin menarik tuas saklar kuno pembangkit listrik untuk sebuah lampu. Terdengar keras. Jika kalian dapat mereview ingatan sekali lagi, ini tidak beda jauh kerasnya dengan suara pintu yang di dobrak saat aku dan para rombongan berada di lorong yang sebentar lagi menuju padang gersang untuk membuang kekasihku disana. Dan keadaan jelas berubah menjadi tegang dan men-ce-kam.

〆〆〆

DOR

DOR

DOOR

Tembakan sebesar pun tidak berarti. Itulah yang diyakini Chanyeol meskipun berulang kali dia mengatakan pada Xiumin tapi Xiumin tetap yakin masih ada tembakan lain yang mampu diandalkan.

“Hyung! Sampai kapan menembakinya?! Ku jamin tidak akan bisa berhasil.”kata Chanyeol.

Xiumin terus memfokuskan diri menembaki Bull meski dipihaknya sudah terbantu oleh 2 tentara yang masih bernyawa melindunginya.

“Masih ada jalan Chanyeol. Teruskan saja!”perintah Xiumin terus berkonsentrasi pada Bull.

Bull memang terdiam tapi langkah kakinya tidak berhenti bergerak untuk berusaha maju. Itu bukanlah angin segar bagi para penembak.

Chanyeol berdecak. “Ck.” dia berhenti menembak dan memukulkan pistolnya ke tangannya yang lain. “Jangan habis duluan. Ayolah!”marahnya pada pistol tersebut.

“CHANYEOL!”panggil Xiumin, “Jangan berhenti menembak!”

Terlambat. . .


END

SPECIAL BONUS ON NEXT PAGE
HAPPY READING
AND BEFORE THAN, I VERY THANKYOU SO MUCH FOR YOU.
FOR YOU ‘PEMBACA SETIA’

I’M VERY SPECHLESS ABOUT YOU