“CHANYEOL!” panggil Xiumin, “Jangan berhenti
menembak!!”
Bull memiliki kesempatan emas untuk memenuhi hasrat
kelaparannya. Dia memiliki celah di kubu Chanyeol yang berkurang satu
penyanggahnya.
Ketika Chanyeol mengganti tembaknya, Bull sudah mendekat
dengan kemampuannya yang super hebat. Berlari tanpa suara dan tanpa di duga
dalam sekejap mata.
“SERSAN!!”
Tentara di kubu Chanyeol yang tinggal satu-satunya
itu melompat menghalangi Chanyeol yang terlalu fokus mengganti tembak. Chanyeol
tersungkur kebelakang sementara si tentara malah menjemput Bull yang sudah
mendekat kearahnya. Chanyeol terperangah. Dia berusaha lari untuk membawa
kembali tentaranya. Tapi apalah daya tembaknya juga belum siap. Alhasil, dalam
sekejap si tentara telah berada di genggaman Bull.
“Selamatkan diri Sersan Park...”
kata terakhir si tentara membuat Chanyeol semakin
terpukul dan tersesal dalam. Terlebih mengerang dengan teriakan yang cukup
kencang. Tak lama setelah itu, Bull pergi
membawa tentaranya ke dalam kegelapan lorong di ujung sana. Terdengar
dari suaranya, Bull sibuk mencabik-cabik dan mengunyah tentara itu dengan
lahapnya.
Chanyeol dan Xiumin berserta tentaranya yang tersisa
itu dapat bernafas lega sejenak. Mereka saling memandang, juga menyampaikan telepati
turut berduka cita.
“Apa kau tidak punya ide lain untuknya?” tanya Xiumin
sambil mengisi tembaknya dengan peluru yang berbeda dari yang tadi.
Chanyeol menggeleng.
“Aku tidak bisa mengatur strategi dengan pintar. Kau
lah yang ahli. Aku hanya ahli dalam hal menembak dan lainnya yang terbilang
sepele.” ungkap Xiumin memandang penuh Chanyeol.
“Tidak hyung.”
Xiumin mendekat ke Chanyeol. “Aku mungkin akan
mengandalkan penuh tembak apimu yang menolong Komandan saat insiden anjing
puddle itu.”
Chanyeol mengaduh. “Sial!”Chanyeol berpikir. “Aku
meninggalkannya di dekat Baekhyun. Ku kira itu tidak seberapa berguna karena
kita ada di laboraturium W ke-7”
Bull tiba-tiba sudah muncul di depan mata mereka
lagi. Xiumin dan Chanyeol saling menoleh. Mereka berdua mengangguk dan terus
menembak. Awalnya terlihat berhasil, mungkin efek dari Xiumin yang telah
mengganti pelurunya yang lebih kuat dari sebelum Chanyeol kehabisan tentaranya.
Itu membuat Xiumin tersenyum puas dan kemenangan.
Namun, ternyata Bull perlahan semakin mendekat dengan
gagah. Terpaksa Chanyeol dan Xiumin beserta kubunya mundur teratur sambil terus
mempercepat gerakannya menarik pelatuk pistol mereka. Bull tiba-tiba berhenti.
Bukan berhenti karena terlalu banyak peluru yang menyentuh kulitnya. Dia
berhenti seakan mengambil ancang-ancang.
“Aku senang berpartner dengan mu hyung...”
Xiumin menatapnya dengan heran sambil tersirat sebuah
kalimat dimatanya : disaat-saat seperti ini sempatnya kau berani berkata itu.
Tapi, semua berhenti dengan seketika seakan-akan
seluruh apa yang dapat bergerak juga berhenti. Sebuah bunyi tuas saklar ditarik
untuk memadamkan lampu berbunyi keras memenuhi ruangan, bahkan terkesan seluruh
laboraturium juga merasakan hal yang sama. Telinga Chanyeol juga tidak bohong
bahwa samar-samar dia juga tidak mendengar keributan yang dibuat Hong Feng
untuk terus mendobrak pintu Proteksi Bahaya.
Bull ternyata juga ikut berhenti, bahkan gerakannya
menyerupai pahatan es yang terpatung diposisinya juga. Mata Bull juga tidak
menunjukkan tanda-tanda reaksi kehidupan. Chanyeol ragu untuk menurunkan
senjata. Tapi karena dia juga melihat Xiumin perlahan memasukkan senjatanya ke
saku.
“Apa kita berhasil.”ujar Xiumin tak percaya.
“Kurasa iya.” balas Chanyeol juga terheran menatap
Bull.
Xiumin tak dapat membendung kegembiraan sekaligus
kelegaan di hatinya. Dia pun memeluk Chanyeol kemenangan. “Kita menang!
Yohoooo~”seru Xiumin saat merangkul punggung Chanyeol, dia merasakan ada yang
aneh.
“Chanyeol, ada apa dengan punggungmu?”tanya Xiumin.
“Yang mana?”Chanyeol berusaha menengok ke jangkauan
punggungnya yang dimaksud Xiumin.
Xiumin menunjuk tepat di kulit antara lengan ketiak,
bahu dan area yang bisa dibilang termasuk bagian punggung. “Ini. Lihat, bajumu
sampai terbuka dan kulitmu benar-benar tergores dengan keras.”Xiumin
menggeleng. “Itu menurut mataku, Chanyeol. Apa tidak terasa sakit?”
“Tidak.”jawab Chanyeol. “Justru biasa, tidak
merasakan apa-apa.”
“Sersan.”ucap kedua tentara yang tersisa dengan suara
serentak.
Xiumin dan Chanyeol menghadap ke Bull. Bull terlihat
menggerak-gerakan tubuhnya yang ingin memberontak. Posisi mereka yang tidak
kurang dari 4 meter dengan Bull hanya terpaku ditempat dan terlihat memasrahkan
karena tidak ada strategi lain untuk menghindari bahaya sedekat ini.
Daun telinga Young Ara bergerak seperti telinga
kucing yang memiliki pendengaran tajam. Dia mempercepat langkahnya berlari.
“Ada pergerakan baru.”katanya seorang diri sambil
terus berlari menyusuri lorong-lorong itu dengan kencang.
Dan langkahnya sampai pada sumber pergerakan baru
yang dia dengar lewat telinga tajamnya. Dia melihat Bull bergerak. Tampak jelas
dimatanya bahwa ‘sejenisnya’ itu sedang memberontak dari sesuatu yang dirasa
membekukan dan membelenggu geraknya menangkap si mangsa yang kaya akan darah.
Melihat medan yang tidak mendukungnya, jika dia
melakukan maka dia akan membabibuta juga sampai tidak sadar atau kurang
perhitungan malah mengenai pasukan itu. Maka dia sejenak berpikir dan kemudian
menemukan jalan keluar.
Young Ara melempar lempengan logam yang berbentuk
seperti bola dan memiliki empat duri bergerigi kearah kiri dan kanan dinding di
dekat Bull. Lempengan itu melekat ke dinding dan perlahan merambat setinggi
separuh tinggi badan Bull.
Setelah melekat kuat disana. Young Ara mengeluarkan
sebuah remote kecil dengan dua tombol dari saku di lutut kakinya. Dia menekan
salah satu tombolnya yang berada di sisi kirinya. Tak lama kemudian, lempengan
itu berubah mengeluarkan sinar hijau dan berbunyi beep sebanyak 3 kali. Lalu
meledakkan sebuah percikan api dan suara yang nyaring di telinga Bull.
Bull bergidik dan
langsung berbalik menghadap kearah Young Ara. Dari matanya, Young Ara sudah tahu bahwa Bull
sangat marah pada dirinya tapi kelihatannya Bull tidak tahu harus berlaku
seperti apa akan sikapnya.
“Bull!”panggil Young Ara sambil mengeluarkan pisau
belati dari saku di paha kaki kanannya.
“Aku punya sesuatu yang dapat membuatmu semakin
mengejarku...”kata Young Ara dengan percaya diri.
Chanyeol berseru. “Catwomen! Jangan main-main dengan
nyawamu.”
Young Ara tersenyum licik kepada Bull. “Aku tidak
takut sama sekali padanya, Sersan. Dia, bukanlah apa-apa bagiku.”
Bull mengerti apa yang telah dikatakannya. Bull
menggeram dengan keras. Tampak matanya sedang berapi-api terfokus pada Young
Ara.
Belati yang dipegangnya itu diarahkan ke pergelangan
tangan kirinya. Sejenak, dia menjeda rencana yang akan diwujudkannya itu. Young
Ara menatap Bull penuh ejekan.
SRET
Young Ara menggores belati itu ke pergelangan tangan kirinya.
Darah pun perlahan merembes dari luka goresan itu. Bull mencium dan melihat
ruangan hampa yang menarik perhatiannya akan bau yang mencurigakan itu.
Bull membabibuta berlari secepat kilat kearah Young
Ara.
Young Ara juga berlari kearah Bull sambil
mengeluarkan belati lain untuk satu tangannya yang tidak bersenjata.
Saat Young Ara menabrakkan diri ke Bull, Chanyeol
terlihat berlari sambil disertai dengan kemarahan. Namun, saat Chanyeol dapat
melihat bahwa Young Ara ternyata pemenangnya, karena Bull saat ini sudah
bersimbah darah dibagian perut dan kedua kakinya telah dipisau olehnya sampai
putus. Belati itu benar-benar tajam.
“WOW! Ku kira kau perlu bantuan.”kata Chanyeol
berjalan mendekat ke Young Ara.
Young Ara mendengar apa kata Chanyeol sambil sibuk
mengelap darah Bull di kedua Belatinya. “Kalianlah yang perlu bantuan.”Young
Ara memasukkan Belati itu ke tempatnya semula.
“Yang ku ingat, Chanyeol atau kami belum
memanggilmu,kan?”tanya Xiumin juga menghampiri mereka.
Young Ara tersenyum menatap Xiumin yang mengajaknya
bicara. “Memang. Tapi sesuai izinmu.” Young Ara mengarahkan matanya ke
Chanyeol. “Yang akan memperbolehkanku membantu sekaligus mengikuti kalian saat
dalam bahaya saja.”
“Ya, hyung. Dia benar. Kau ingat kan waktu sebelum kita
masuk ‘kesini’aku hanya mengizinkannya disaat-saat itu saja.”kata Chanyeol
menunggu respon Xiumin.
Xiumin mengangguk.
“Disana ada bahaya lain. Sebaiknya kalian bergerak
cepat.”ungkap Young Ara pada mereka, terutama pandangannya mengarah ke
Chanyeol, lalu ke Xiumin.
Young Ara berbalik lalu berjalan. “Tinggal panggil
aku saja, aku tidak akan memaksa kalian.”lanjutnya.
“Young Ara!”panggil Chanyeol sambil mengejar Young
Ara yang beda tiga langkah darinya.
Young Ara berbalik. Menyanggahkan tangannya ke
pinggang.
“Ada lagi, ya?”
Chanyeol tersenyum tipis, “Bukan apa-apa. Aku hanya
ingin kau berikan ini pada Komandanku.”
Chanyeol memberikan sebuah benda kecil di dalam
tangannya.
Saat Young Ara melihat dan menerima benda kecil itu
di telapak tangannya, dia bertanya. “Apa ini GPS?”
Chanyeol mengangguk. “Iya.”
Chanyeol memegang salah satu bahu Young Ara. “Berikan
ini karena tentara terakhir yang gugur karena melindung nyawaku dari
kecerobohanku sendiri. Dia pantas ditempatkan di posisi terbaik di mata
Komandan.”
“Aku mengerti.”
Xiumin memegang bahu Chanyeol. “Chanyeol.”
Chanyeol menengok ke Xiumin. Mereka saling bertatapan
sampai Chanyeol mengerti akan arti tatapan Xiumin padanya.
“Aku mengerti.”kata Chanyeol sambil menghembuskan
nafas panjang. “Young Ara, aku menghormati atas kegigihanmu apalagi kau seorang
perempuan yang bersedia dan berhasil dalam percobaan serum di Lab Master Wu.”
“Kau bisa ikut kami dan kembali ke W ke-8 bersama
kami juga.”lanjut Chanyeol.
Xiumin berganti mendekat ke Young Ara dan memegang
bahunya sebelum sempat memberikan waktu untuk Young Ara merespon kebahagiaannya
atas perkataan Chanyeol padanya.
“Kami juga bisa mengantarkanmu ke tangga menuju
daratan pusat Seoul. Mungkin disana ada anggota keluarga yang kau cari.”kata
Xiumin.
“Aku senang.”Young Ara tersenyum. “Aku ikut.”
“Kalau begitu ayo kita berlari, aku khawatir Hong
Feng memecahkan pintu itu dan mengejar kita seperti Bull.”kata Chanyeol pada
semua.
Mereka pun berlari bersama, yang sampai duluan di
pintu Blok 18 adalah Chanyeol dan Xiumin. Yang terakhir sampai justru Young
Ara, karena dia menggunakan kekuatan manusia biasanya. Tergolong payah, maklum,
dulu dia bukanlah juara lari.
Disana, Chanyeol dan Xiumin terlihat bingung
memecahkan kode password di pintu itu ruangan Blok 18. Melihat kedua pasukan
yang tersisa malah bergerombol di belakang kedua sersannya tanpa dapat berbuat
hal yang cukup membantu. Young Ara muncul menyela mereka.
“Apa professor dan master atau komandan kalian tidak
memberitahukan bahwa ini di password?”tanya Young Ara membuat Chanyeol
menatapnya sengit.
“Aku hanya berkata santai, bukan menyindir,
Chanyeol.”lanjut Young Ara lagi.
Xiumin sibuk membobol paswordnya. “Tidak ada yang
memberitahu kami sedetik pun. Semua sudah di bobol oleh professor Chen dari Lab
W ke-8. Itu baru mungkin.”
Young Ara menghadap ke Xiumin, “boleh ku coba?”
Xiumin mundur mempersilahkannya mencoba password
pintu itu.
“Bukannya aku menyepelekanmu Young Ara, kau baru
sekali kesini dan kami sudah berkali-kali belajar mata pelajaran seluk beluk
tentang kedua lab ini. Aku juga terbilang lulus dengan angka 8,7 dari
10.”ungkap Chanyeol.
“Uhum.”tambah Xiumin.
Young Ara menekan tombol touchscreen itu dengan cepat
sampai tidak terbaca oleh Chanyeol yang ada di dekat bahunya. Beberapa detik
kemudian, lampu sensor di mesin proteksi pintu mengluarkan cahaya hijau.
Artinya pintu itu sekarang dapat dibuka.
Chanyeol berkedip tak percaya. “Bagaimana kau
melakukannya??”
Young Ara menatapnya datar. “Asal tebak. Mungkin, ini
kelebihan dari efek serum yang mengalir di darahku.”
“WOW!”seru Chanyeol. “Aku jadi berminat untuk mencoba
kehebatan serum itu, tapi itu tidak merubah prinsipku untuk tidak mencobanya.”
Young Ara membuka pegangan pintu itu dan berdiri
disana membiarkan pintu itu tidak tertutup lagi. Sekaligus mencegah agar tidak
terkunci secara otomatis jika kemungkinan ada kesalahan teknis proteksi sebuah
pintu di Lab ini.
“Sudah, cari saja antivirusnya. Ambil semuanya satu
koper. Waktu kalian hanya sebentar karena aku tidak yakin Hong Feng betah
berada di pintu atau tidak.”kata Young Ara.
“Ck.”decak Chanyeol. “Dasar judes.”
Xiumin menemukan apa yang dicarinya dan berseru.
“DAPAT!”dia memotret koper itu dan mengirimkannya ke Ipad Komandan beserta
Professor Chen.
“Sersan.”panggil salah satu pasukan dari dua pasukan
di ruangan itu.
Xiumin yang menoleh duluan sebelum akhirnya Chanyeol
juga. “Ada apa?”
“Yang ini juga serupa dengan koper itu.”pasukan itu
melirik ke koper yang dibawa Xiumin. “Apa kita harus membawa yang ini juga?”
“Tidak usah.”sahut Chanyeol. “Ambil yang seperlunya
saja. Kembalikan ke tempatnya semula.”perintah Chanyeol.
Young Ara menengok penasaran, tapi ia tidak sampai
meninggalkan pintu. Masih dalam posisi bersandar di daun pintu.
“Jangan, biar ku periksa dulu.”kata Young Ara membuat
Chanyeol menatap heran. “Apa?”
Pasukan itu membawa koper yang sama itu ke Young Ara.
Setelah membaca beberapa tulisan digital yang terus berjalan dengan kecepatan
nyaris tidak normal, tidak dapat terbaca dengan bagus.
“Bawa ini juga. Sepertinya kita juga perlu ini.”
Chanyeol membelalak. “Sepertinya? Aku tidak yakin.
Bagaimana nanti kalau otak W ke-7 malah memberikan kita hukuman. Misalnya
melepaskan beberapa jebakan lagi karena kita tidak mengambil yang seperlunya?
Yang seperlunya kan hanya antivirus serum itu saja. Bukan lainnya.”
“Chanyeol.”ujar Xiumin.
Chanyeol menahan marah. “Okay, baiklah!”
Saat Chanyeol melihat agak kearah bawah Young Ara.
Ternyata darah di lengan wanita itu masih mengucur. Seketika Chanyeol merubah
ekspresinya menjadi simpati.
“Kenapa darahnya masih mengalir?”tanya Chanyeol
sambil mengeluarkan perban di dalam saku pinggangnya. “Aku pakaikan.”
Young Ara menjauhkan tangannya yang ia gores dengan
belatinya beberapa waktu yang lalu itu. “Jangan. Ini ku sengaja untuk memancing
Hong Feng agar tidak menyerang kalian.”
Young Ara tampak tipis meringis kesakitan di
tangannya. Tapi dia memalingkan wajahnya sampai dari mereka tidak ada yang tahu
bahwa dia juga merasakan sakit.
Chanyeol terpaku dengan pernyataan yang didengarnya
baru saja. Begitu pula Xiumin juga terenyuh mendengarnya.
“Jalan saja, seperti cicak. Jangan terpaku saja
disitu.”Young Ara mengangkat tangannya hingga luka itu terekspose jelas dalam
dan segar dihadapannya dan dilanjut ke hadapan Chanyeol dan Xiumin dari jauh.“Darahku
nanti kering, Hong Feng turun selera, haruskah aku menyayatnya lebih dalam
lagi?”
“Eh? jangan!”peringat Xiumin mengkode Chanyeol dan
pasukan yang tersisa untuk bergegas.
Mereka berempat keluar dari ruangan di blok 18.
Sebelum mempersiapkan untuk ‘menjadi cicak’. Mereka berterima kasih dan
mengucapkan beberapa kata variasi mereka sendiri ke Young Ara.
“Kami dan segenap keanggotaan tentara mengucapkan
kami bangga padamu, terima kasih. Semoga kau tetap hidup aman selamanya.” Kata
Xiumin.
“Semoga kau berhasil keluar dari lab ini, Young
Ara.”kata tentara pertama.
Disambung lagi dengan tentara kedua berkata. “Aku
juga, semoga kau berhasil melewati rintangan yang menghalangimu keluar.”
Chanyeol menjadi yang terakhir berucap. Seakan berat,
tapi dia harus mengatakannya, seperti yang dilakukan oleh yang lain. “Kau
adalah anggota keamanan yang paling berani dan berkarakter. Jika kau adalah
partnerku bertempur, aku pasti selalu membanggakanmu meski aku sudah mati
duluan. Tetaplah hidup, setelah kau keluar, tolong temui aku lagi tanpa ada
luka menganga yang berdarah. Atau bekas luka yang terlihat. Aku menunggu akan
saatnya itu.”
Young Ara tersenyum, “Kata-katamu jauh lebih romantis
dari kekasihku sendiri. Terima kasih ya. Jaga dirimu. Bantu mereka keluar
secepatnya jika mereka kesusahan. Semoga kau dan mereka yang masih hidup bisa
hidup tenang di pusat Seoul, seperti anggota ilmuwan yang tersisa.”
“Iya, aku juga mengharapkan seperti itu. Rasanya
rindu hidup tenang seperti manusia jaman kemarin.” balas Chanyeol.
“Ya sudah, sebaiknya kalian bergerak lebih cepat.
Sisa waktu kalian tidak cukup banyak.”Young Ara mengingatkan kembali pada
mereka.
Mereka pun pergi lalu merayap ke dinding lebih cepat
lagi. Setelah mereka berhasil dengan selamat melewati pintu Hong Feng dan
turun. Chanyeol yang menengok ke belakang membuat mereka juga ikut menengok ke
belakang.
Disana, Mata Chanyeol berbinar sedih ke Young Ara.
“Cepat lari. Aku akan segera berdiri di depan pintu
Hong Feng.”kata Young Ara sambil berjalan perlahan menuju pintu tersebut.
Chanyeol pergi yang paling terakhir dengan perasaan
terdalam yang tertinggal.
Dalam hatinya,
Dalam langkahnya,
Dia terus berharap dan berdoa.
Semoga dia dan wanita itu dipertemukan kembali.
〆〆〆
Aku mendengar suara penutup sumur itu terbuka.
Mungkinkah itu para tim yang berhasil atau pulang dengan tangan kosong setelah
misi di blok 18 W ke-7? Semoga saja mereka pulang dengan ada hasil dan jumlah
mereka tetap seperti saat mereka berangkat.
Seluruh orang berdiri di dekat tangga, menunggu
kedatangan orang yang paling digantungkan harapannya bagi mereka. Komandan Suho
terlihat berdiri di paling ujung tangga itu. Aku juga berdiri di posisi yang
seperti dia. Hanya saja dia tepat di seberangku. Disana, dia tampak sangat
khawatir dan antusias menyambut tim yang dibanggakannya untuk saat ini.
Sementara Sersan berambut ungu dan hyung berdiri di
sampingku. Hyung terlihat datar, tidak ada raut wajah menunggu dengan tidak
sabaran seperti yang dilakukan Komandan. Apa mungkin baginya, antivirus itu
tidak terlalu penting. Kita lihat saja nanti setelah tim itu muncul.
Kemudian Sersan berambut ungu, dia terlihat lebih
pantas disebut khawatir. Mungkin dia sangat mencemaskan teman akrabnya yang
seingatku adalah Sersan Chanyeol.
Derap langkah kaki sepatu yang berat itu semakin
dekat. Perlahan-lahan mulai terlihat ujung sepatu mereka, kaki, barulah badan
mereka dari bawah sini. Dua dari mereka membawa dua buah koper. Aku tidak ingat
itu koper apa saja yang ada di ruangan Blok 18.
Tunggu, ada yang salah. Jumlah mereka ada empat saja?
Oh tidak, haruskah resiko itu kembali terulang. Aku mulai merasa berdosa
sendiri padahal bukan aku yang memerintahkan mereka untuk kesana. Bagaimana
ceritanya mereka bisa tinggal empat. Aku berencana mau menyerbu mereka dengan
pertanyaanku.
Tapi rasanya, itu tidak etis. Terlebih mereka terlihat lelah dan sedih.
Kedua sersan yang hebat itu menghadap ke Komandan dan
hyung. Mereka terlihat sedang berkabung. Ada apa? Aku benar-benar merasakan hal
yang tidak baik disini.
“Ini, Master, kami sudah membawa sekoper
antivirusnya. Sesuai dengan petunjuk dari Young Ara...” kata Sersan Chanyeol
dengan nada terkesan sedih di telingaku.
Young Ara, dia kesana membantu mereka juga.
Sementara Hyung tidak bergeming, wajahnya tersirat
keraguan.
“Lalu apa yang dibawa Sersan Xiumin?”tanya Komandan
Suho.
Sersan Xiu mengangkat koper itu dengan kedua
tangannya. “Ini, atas saran Young Ara juga. Dia mengatakan pada kami ini
mungkin juga perlu. Jadi, kami bawa juga.”
“Kenapa?”sahut hyung setengah marah.
Sersan Chanyeol tampak mengeraskan rahangnya. “Beberapa
dari kami menemukan koper itu sama dengan koper yang kami foto lalu fotonya
kami kirim ke Komandan. Young Ara juga sudah banyak menolong kami. Jadi tidak
mungkin sarannya akan berdampak seburuk-buruknya.”tegas Chanyeol juga tak kalah
setengah marah. Tapi mulutnya tidak terlalu terbuka seperti sahutan hyung.
Sersan Xiumin itu menepis Sersan Chanyeol, dia
berdiri di depan sersan Chanyeol. “Maaf Master, maksud kami mungkin Young Ara
punya pikiran kalau koper yang di tanganku ini akan diperlukan. Baru akan. Maka
dari itu, kami putuskan untuk membawanya. Kami tidak berniat untuk mencurinya
sedikit pun, Master. Master bisa pegang perkataan kami.”
“Sebenarnya apa isi koper di tangan kedua sersanku
ini sudah benar, Master. Jika kau tidak keberatan untuk menjelaskannya pada
kami semua.”kata Komandan Suho menengahi.
Terlihat di seluruh wajah orang-orang disekitar ini,
termasuk aku juga menunggu jawaban pasti dari hyung.
Hyung membuka mulut. “Yang dibawa sersan Xiumin
adalah bahan baku dari semua antivirus berbagai macam serum yang aku buat.
Bagiku, tidak terlalu penting untuk dibawa dan juga belum terlalu dibutuhkan.
Jadi jangan salah anggapan kalau aku sedikit marah saat kalian membawa koper
itu. Chen saja belum ku beritahu akan koper itu.”
Hyung berjongkok dan menunjuk pada tulisan digital
yang berjalan dengan kecepatan tidak normal. “Hanya orang berintelegent dan
ber-IQ tinggi penuh konsentrasi yang bisa mengetahui apa isi tulisan ini.”
Dia berdiri, “Young Ara membuktikan bahwa dia
percobaanku yang paling hebat melebihi kehebatanku.”
“Kami sudah membawa koper antivirus yang Master
perintahkan pada kami. Sekarang bisakah kita terapkan sebelum semuanya berubah
menjadi zombie?”celetuk Chanyeol sambil berjinjit menengok ke belakang
orang-orang.
Seluruh wajah pasukan-pasukan kecil itu menghindari
tatapan sersannya.
“Ada apa dengan kalian? Apa kalian sudah membuatku
marah?”tanya Chanyeol sekali lagi dan kini berjalan menelisik mereka.
“Mana perempuan itu? Apa dia kabur?” sersan Chanyeol
menepuk keningnya sambil mengarahkan matanya melihatku. “Gawat ini, Professor
Chen. Dia akan membunuh kita semua.”
Dia berjalan kearahku dan menyerahkan koper padaku.
“Buka ini, biar aku saja yang memberikan kepadanya. Aku sudah kesal
melihatnya.”
Aku menerima kopernya, aku meletakkan perlahan di
dekat kakiku. Lalu aku berlagak merapatkan jasku ini. “Choi Ha Na sudah kami
buang ke padang. Dia sudah benar-benar mati. Berdasarkan kegunaan yang jauh
lebih bermanfaat kata pandang Master, kami memutuskan untuk tidak menggunakan
antivirus itu padanya. Tapi untuk yang lain yang jauh lebih membutuhkannya.”
“APA?!”Sersan Chanyeol terbelalak dan langsung
berdiri di hadapan hyung dengan marah dan bersiap menonjok Kris hyung. Komandan
dan Sersan lain serta pasukan menahan badan Chanyeol yang ingin menyerbu hyung.
“Kami mengorbankan banyak nyawa. Dari kami berangkat
berenam, sekarang hanya tersisa empat! Kau tega sekali Master menjadikan kami
tikus-tikusmu. Kami juga ingin hidup normal seperti dulu sebelum proyekmu
berdiri di tengah-tengah kami! Kau tidak berpikir betapa susahnya mengambilnya?
Jika saja tidak ada Young Ara, kami takkan pernah bisa selamat kembali kesini
dengan koper itu!!”
wajah Hyung terkesan pucat sekarang. Aku mendekat.
“Hyung, kau baik-baik saja. Biar aku yang menjelaskan.”
Hyung menahanku. “Ini sudah kewenanganku, Chen. Tak
apa.”katanya padaku terdengar menyerah.
“Sersan, aku sudah merancang agar lebih bermanfaat.
Antivirus itu akan ku suntukkan pada kalian. Aku mengerti ini kelalaian diluar
dugaan atas proyekku. Tapi aku sangat berharap jika kau dan semuanya berjuang
menyelamatkan yang tersia dan melindunginya bersama-sama.”
Hyung meraih koper di dekat kakiku, dia berjongkok
dan menekan tombol tersembunyi yang tidak tampak dari luar. Keluarlah sebuah
kaca yang transparan sebesar tangan hyung. Dia menggambar sebuah pola dengan
ujung jarinya dan beberapa gerakan yang aku ketahui. Itu gerakan campuran dari
hangul, kode gambar yang mirip dengan hieroglif, dan alphabet latin. Terakhir
dia menghapus dengan sapuan kelima jarinya.
Koper itu terbuka, disana terdapat 40 botol sepanjang
ukuran dua kapsul obat. Ujungnya ditutup dengan tutup logam yang sangat terjaga
dari kontominasi dari apapun. Di tutup koper tersedia suntikan kecil yang
berjumlah 20 dengan jarum berjajar seratus.
“Kau yang pertama, Chanyeol. Kita tidak punya cukup
banyak waktu untuk berdebat lagi.”
Seketika Chanyeol luluh dan berwajah menyesal. Dia
mendekat lalu berjongkok di depan hyung. hyung mengarahkan suntikan pertama ke
leher Chanyeol.
“Satu botol bisa cukup untuk empat orang. Dua orang
jika sangat penting karena sudah terinfeksi. Ini sangat ampuh, bekerja meskipun
puluhan kali terkena gigitan dan cakaran. Untungnya, koper ini dirancang tahan
dari segala kerusakan apapun dan hanya mampu dibuka oleh tanganku dan
Chen.”jelas Hyung sambil menyuntikkan serum antivirus itu ke Chanyeol.
“Selanjutnya, kalian-kalian yang terhebat. Komandan,
Sersan-sersan, pasukan terpilih, aku dan Chen. Sisanya akan ku simpan.”hyung
menjeda. “Dengan begini, akan memudahkan kita pergi ke tempat yang jauh dari
bahaya percobaanku yang gagal.”
Ku dengar, tiba-tiba speaker bergemerisik tidak jelas
tapi suaranya terdengar cukup keras. Seperti radio yang mencari jaringan
stereonya. Beberapa detik kemudian, suara perempuan berdehem menggemakan
seluruh koridor tempat kami berada.
(“Aku Young Ara melaporkan untuk kalian yang
mendengarkanku. Saat ini aku sedang bersandar di pintu Hong Feng
menggedor-gedornya berkali-kali dan menggeram. Jika kalian mendengarkannya
dengan seksama, dia benar-benar kelaparan...”)
suara itu menjeda, aku benar-benar merasa senang
sekarang. Dia masih hidup.
(“Cara lain yang lebih efektif selain menunggu pintu
ini kehilangan proteksinya adalah aku yang membukanya. Sebenarnya lebih
menyenangkan kalau menunggu durasi proteksinya. Tapi, ada hal lain yang dapat mengancam
kalian sebentar lagi.”)
(“Seseorang telah membuka sumur mayat terbuang di
dekat landasan pintu masuk W ke-7. Entah tangan siapa yang berbuat kekacauan,
sekarang mayat-mayat itu sedang menyerbu di pintu kaca. Jumlahnya ratusan
orang. Untung, gerbang berduri itu juga sudah terkunci dan aliran listriknya
bekerja. Tapi, kalau aliran listriknya berhenti, itu sama saja akan
menyulitkanku untuk langsung menghadapi dua bahaya. Itu juga akan mengancam
kalian.”)
(“Aku mohon, bergeraklah lebih cepat. Bagi kalian
yang terjebak di dalam, segera berlari ke tangga pusat Seoul. Tidak ada cara
lain yang lebih cepat. Untuk sesaat, berlindunglah disana. Setelah semua yang
terjebak di dalam Lab berhasil naik. Tolong gembok, rantai, lelehkan besinya,
hingga pintu itu benar-benar tidak dapat terbuka dengan tenaga manusia terkuat
sekali pun. Semoga berhasil.”)
“Chagi-ah! Tunggu, jangan hentikan salurannya.!”raung
ku ke speaker.
(“Aku mendengar suara kekasihku diujung dekat tangga
sumur penghubung padang gersang dan W ke-8. Jangan khawatirkan aku, untuk
kalian yang jadi partnerku. Selamatkan yang tersisa hingga habis. Aku__”)
suara itu bergemerisik lagi, sangat tidak jelas.
Apakah dia dihalangi. Atau menemukan kendala komunikasi. Apa sebenarnya yang
terjadi? Ya tuhan, aku ketakutan.
(“Aku menaruh harapan besar pada kalian, juga kau.
Sersan Chanyeol.”)
END