Kamis, 20 Juni 2013

[FF] Breath Of The Dying || FF BaekYeol (Part 1)





Title  :  Breath Of The Dying {PART 1}
Main Cast  :  *Chanyeol and Park Chan Yeol
*Kai and Kim Jong In
*Baekhyun
*Sehun
*D.O
*Suho
*Tao
*Kris
*Chen
*Lay
*Luhan
*Xiumin
Support Cast  :
 find it by your self, salah satunya…
Young A Ra ;
Park Kang Lie be a sister’s Chanyeol ;
 Park Han Mar {all is tokoh imajinasi saya}
Author  :  Avisena Dinata a.k.a VieyRaaMoimoi
Genre  :  mistery, school life, horror, fantasy, romance, little humor, and whatever you say that or this ._.
Length  :  Sebagusnya saja..
Rating  :  T
Disclaimer  :  author terinspirasi dari beberapa scene film “One Missed Call” semua cerita author baik watak,plot,latar segala macem itu murni imajinasiku sendiri. kalau ada kesamaan atau apalah dengan Fanfic lainnya, author minta maaf. Tapi percayalah pada saya mungkin Tuhan membuat keadaan ini sebatas ketidaksengajaan saja J
Dilarang melakukan copas-share dengan niat EVIL. Kalau niat baik, pasti akan saya perbolehkan jika kalian memintanya.

Summary  :  “AKU AKAN MEMBALAS DENDAM SAMPAI HATIKU PUAS…
PUAS MELIHAT KALIAN KU SIKSA…”



BREATH  OF  THE  DYING
PART  1


(_Chanyeol POV_)
Sore begini kakak perempuanku belum pulang, aarrgghh. Apalagi ini sudah hampir hujan deras dan aku harus sendirian dirumah ini. Apa? Sendirian? Oh tidak, mereka berdua, orangtuaku, kenapa mereka tidak kuanggap? Ya,aku malas menghiraukan mereka sampai-sampai kehadiran mereka tak ku akui. Ya sebutlah aku anak durhaka juga tidak apa-apa...terserah. mereka berdua yang membuatku semakin muak. Dirumah ini, yang memperdulikanku hanya kakakku. Hanya kakak ku! Kakak ku! Mereka itu sibuk bertengkar debat segala macam tak mengenal dirumah ini sunyi atau ramai, ada aku atau tidak. Intinya, mereka mengacuhkanku! Huh >.<

“Lalu siapa yang menanggung biaya sekolah Chanyeol ha?” itu suara  eomma.

“Ya kita, memang apa yang salah dengannya? Masalah ya masalah kita, jangan mengikutkan anak-anak apalagi Chanyeol mma…” dan itu pasti suara appa karena hanya dia namja disini selain diriku.

“Kita? Kau saja! aku banyak urusan. Kau kan yang sayang dengannya, biayai saja dia sampai dia lulus kan beres!”

“Tapi itu juga anakmu mma! Berhentilah menyebut nama Chanyeol dimasalah ini! Apa kau tidak punya rasa kasihan jika dia mendengarnya mma?”

Sudahlah appa, aku sudah mendengarkannya sebelum kau melarang eomma. Ingatlah appa, suara kalian itu sama-sama besar, suara kalian itu sudah menggempakan seisi rumah…

“Kasihan? Bawa saja anak itu menjauh dariku, sekalian juga kakaknya itu. aku sudah tidak ingin terlibat dalam keluarga ini lagi! Arasso!”

Waw! Betapa teganya manusia yang melahirkanku itu bicara seperti itu. sebetulnya mereka itu kenapa sih? Aku masih bingung dengan sikap oemma yang egois seperti ini, dia seperti anak kecil, lebih kecil dari kedewasaanku #plak.

“EOMMAA!” iya, aku dengar itu bentakkan appa. “Keegoisanmu tidak bisa diampuni lagi. Aku akan bertindak dengan sikapmu ini. aku akan menghancurkanmu secara perlahan, merampas semua yang membuatmu egois selama ini. termasuk jabatan baru diperusahaanmu itu!” waa…appa tidak mau kalah ya bisa mengancam eomma.

“Coba saja sendiri! aku juga akan menghalangimu!” kulihat dari pintu, eomma jalan melewati kamarku. Aku bangkit dari tempat tidurku, kemudian aku berdiri dan bersandar dipintu kamarku. Sekedar menatapi eomma mau apa setelah kalimat terakhirnya tadi. Ooo, ternyata eomma mengambil beberapa barangnya dan dia masukkan ke tas kerjanya tadi. Eomma langsung pergi tanpa pamit... appa kelihatannya menyesal. Dia berdiri terpaku didepan kamarku.

“Eomma mau kemana lagi appa?” aku coba iseng bertanya daripada appa terpaku lalu kesurupan, aku sendiri yang akan kuwalahan kan(?)

“Dia ke apartementnya lagi.(appa menghela nafas).” Lho, aku baru tau jika eomma punya apartement. Kenapa selama ini dia tidak menceritakannya ya apalagi menunjukkannya padaku.

“Itu bukan apartementnya, tapi milik bosnya. Makanya dia tidak pernah menceritakan apalagi menunjukkannya..” lanjut appa lalu pergi tanpa izin padaku. Aku baru sadar ternyata appa bisa membaca pikiranku ya.

“Aku pulang...Yeollie…kakak bawa ramen kesukaanmu. Bersama tofunya juga….”

Wah! Itu kakakku. Yes! Kak Lie, aku datang!!! Aku berlari kegirangan menghampirinya. Tubuhnya langsung ku peluk begitu saja sampai-sampai kak Lie hampir saja terhempas jatuh karena saking hebatnya pelukanku. Hahaha...

“Tumben sekali Yeollieku ini keterlaluan merindukanku.” Lalu kak Lie tertawa.

Aku melepaskan pelukanku. “Apa salah ya? Presiden saja tidak melarang. Weekkk…” aku memeletkan lidahku. Rasakan kak, hehe.

“Ne jinja? Hahaha…ini untukmu. Cepat dimakan, nanti keburu dingin.”

“Siap! Gomawo  noona Lie-ah yang cantikk…”

“Aku akan bertindak jahat jika kau tidak menghabiskannya..”

“Hmm…siapa takut. Ancaman itu sudah kebal untukku kak. Weekkk…” aku berjalan ke ruag makan meninggalkan kakakku .

“Hiiiiiii…kalau begitu akan ku minta separuh mangkuk ramenmu Yeolliee!!!” kakakku berlari ke arahku, tangannya sudah bersiap menyambar mangkuk ramenku. Siaalll!!

“Yaaa takkan ku biarkan kau kaaaakkk!! Hiyaa…ku keluarkan jurus taekwondo ku yaa…” aku langsung menaruh sumpitku dan bersiap menghajarnya. Kedua tangan kakakku ini langsung menyilang didepan wajahnya. Dia begitu ketakutan melihat gerakanku ini. aku  hanya sekedar menggodanya, sedikit gertakan itu baik demi keutuhan ramenku -,-

“Ampun Yeollie ampun. Jangan kau taekwondo kakak tercantikmu ini Yeollie. Kau sayangi saja ya. Ampun Yeollie…”

“Hahaha…begini kan enak. Makanya jangan minta ramenku atau apapun itu. kalau mau minta, kak Lie beli sendiri sebelum membelikannya untukku. Ara.”

“Arasso, arasso Yeollie. Lihatlah, suatu saat ku balas dengan wushu...”

“Wushu pasti kalah dengan taekwondo, apalagi kau ini perempuan…”

Kak Lie langsung membuang muka dari hadapanku. Wajahnya cemberut mendengar kalimat yang meng’skak’nya. Hahaha... cukup Chanyeol, kau terlalu banyak tertawa, tertawamu ini termasuk sombong. Hmm…baiklah, untung batinku masih sadar dengan sendirinya.

~_Ħ Ħ Ħ_~

PLAK

Pukulan itu membuatku tercengang, aku mengintipnya disudut ruang santai. Baru kali ini appa kulihat ditampar eomma sekeras itu. dikaki appa juga banyak kertas-kertas nota, sepertinya itu motif eomma menampar appaku…

“Kau tau, aku tidak suka kau mengganggu hidupku! Aku muak! Aku membencimu Kyuseok!”

“Apa? Kau salah jika kuatur. Lihatlah, kau sudah berlebihan dengan hidupmu! Ingatlah aku ini suamimu…suamimu Hyoshin.”

“Jelas salah! Aku tidak suka perlakuanmu. Terlebih menyita paksa apartementku!”

“Salah? Kau pantas mendapatkannya! Aku sudah mengingatkanmu berkali-kali, jaga egoismu karena aku akan merampas semuanya.”

“Baik, aku juga akan merampas milikmu. Lihat saja nanti, aku yang akan menang.”

“Tidak akan Hyoshin, aku yang menang. Kau yang memulai semua ini.”

“Jaga mulutmu ck. Aku akan menuntutmu saat perceraian nanti. Aku akan merampas semua saham dan hartamu! Aku akan mengambil lagi apartementku!”

“Coba saja! telingaku pasti salah, apartementmu? Itu kan apartement tuan Kangjoon, selingkuhanmu, bosmu, benarkan?”

“Ck! brengsek. Terkutuklah kau Kyuseok! Terkutuk! Aku akan menceraikanmu!”

PLAK

“Arrggh!”

“Tidak semudah itu Hyoshin, tidak semudah itu kau menceraikanku! Kau tidak punya hati!

PLAK
Eomma menampar appa dipipi appa yang belum ditamparnya. Aku tak sanggup melihat semua ini. tak sanggup…

“Yeollie…Yeollie…bangunlah…bukankah ini hari pertamamu bersekolah?”

Ya ampun…aku masih ngantuk. Siapa yang mengganggu mimpiku. Aku ingin tau kelanjutan perkelahian mereka. Siapa tau aku bisa menengahi bahkan membaikkan mereka agar akur seperti setahun yang lalu…

“Yeollie…Yeollie…bangunlah…sekolah baru menantimu Yeollie. Jangan bermalas-malasan…”

BHUGGH

“Aigooo…! Benda apa itu! Siapa yang melemparkannya padaku….!” Sumpah…kakakku ini benar-benar rindu kuberi taekwondo ku. Tega-teganya dia memukulku dengan guling raksasa yang keras itu…padahal itu punyaku lho -,-

“Aigooo…!” kakak Lie menirukan sepenggal ucapanku. Awas kau ya…

“Apa? Jangan menirukanku..”

“Aigooo…Yeollie cepat mandi…! SMA Seunggyan akan membunyikan belnya…”

Aku langsung melotot tak percaya. “Hah? Pabo…aku sampai lupa soal SMA-ku ini…” beginilah aku, kadang pelupa. Sampai-sampai moment bersejarahku yang ku mulai di SMA impianku itu terlewat.

“Maka dari itu cepatlah… ku tunggu dimeja makan.”

Aku langsung mengambil handukku serta pakaianku dan berlari ke kamar mandi. “Hya Yeollie…kalau mau berlari jangan disini…dilapangan bola sana…!” jerit kakakku yang cantik itu.

Aku menertawakannya, “Mianhae…hahaha…” teriakku padanya. Langsung ku tutup pintu kamar mandinya, takutnya dia akan mengejarku dan memukulku lagi...

“Baik, aku juga akan merampas milikmu. Lihat saja nanti, aku yang akan menang.” Kenapa pagi-pagi begini aku sudah disambut suara yang menggelegar dari eomma ya. Walaupun aku ada dikamar mandi, tetap saja terdengar sampai telingaku.

“Tidak akan Hyoshin, aku yang menang. Kau yang memulai semua ini.” itu juga, suara menggelegar appa tidak mau kalah kerasnya. Aigo…aigo…tidak adakah ruang damai dirumahku ini. mereka seperti anak kecil, ributtt saja... disela-sela acara mandiku, ada perasaan yang mengganjal. Seperti ada yang terlupa.

“Jaga mulutmu ck. Aku akan menuntutmu saat perceraian nanti. Aku akan merampas semua saham dan hartamu! Aku akan mengambil lagi apartementku!” nah! Aku baru ingat, peristiwa ini…ada didalam mimpiku tadi, sangat persis.

“Coba saja! telingaku pasti salah, apartementmu? Itu kan apartement tuan Kangjoon, selingkuhanmu, bosmu, benarkan?”

“Ck! brengsek. Terkutuklah kau Kyuseok! Terkutuk! Aku akan menceraikanmu!” haaaaaa? Benarkah itu suara eommaku? Aku tak percaya dia menyebutkan nama appaku sekejam itu… aku mencoba tidak menghiraukan kegiatan pertengkaran appa dan eomma. Aku keluar dari kamar mandi

PLAK! Benar-benar adegan yang tidak patut ditiru, dilihat boleh saja asal tidak sengaja. Appa-ku menampar eomma-ku yang egois. Aku hanya menggeleng-geleng kepalaku melihat mereka. Kemudian aku langsung menghampiri meja makan untuk bertemu kakakku.

“Dasar, katanya ditunggu disini. Kenapa dia tidak ada…” rutukku langsung berlari ke ruang tamu. Dan benar kan, kakakku malah menungguku disana. Beruntung aku langsung memakai seragamku dikamar mandi.

“Arrggh!” oh, itu erangan eomma. Tumben sekali dia bisa mengerang ketika bertengkar dengan appa. Biasanya dia yang jago menantang sampai-sampai dia pantas ku usulkan menjadi seorang namja.

“Noona Lie…kenapa kau menunggu disini? Kau sendiri yang berkata menungguku dimeja makan?” kesalku apalagi kakakku ini asyik memainkan smartphonenya. Aakhhh~

“Maaf Yeollie, aku tidak tahan disana. Banyak anjing yang menggonggong, makanya aku pindah. Ayo kita berangkat.” Kakakku sudah berdiri dan membawa tas sekolahku.

“Tunggu sebentar…” kataku teringat sesuatu hal yang kurang sebelum aku berangkat sekolah.

“Mworago yeollie?” langkah kakakku terhenti menatapku dengan penuh kebingungan.

“Tidak semudah itu Hyoshin, tidak semudah itu kau menceraikanku! Kau tidak punya hati!” teriak appa terdengar sampai ruang tamu.

Sungguh sengit petengkaran mereka. Karena teriakan itu ku putuskan mengurungkan niatku untuk menghampiri mereka. Aku ingin berpamitan pada mereka agar mereka tau kalau aku akan keluar rumah untuk berangkat ke sekolah. Akhirnya aku kembali ke kak Lie dan…berangkat tanpa permisi. Aku memasuki mobil kak Lie dengan gontai. Aku duduk di depan bersebelahan dengan kakakku yang sudah menungguku dari tadi.

“Sebetulnya kau kenapa yeollie?” tanyanya.

Aku menghela nafas, inilah ungkapan kecewaku pada orangtuaku yang egois hingga aku tidak diberi kesempatan untuk sekedar berpamitan pada mereka.

“Aku…aku ingin berpamitan pada appa dan eomma tapi mereka sibuk__”

“Sebaiknya kau mengabaikan mereka dulu, biarkan mereka terjun sepuasnya dalam masalahnya.” Kemudian kak Lie mengelus-elus ujung kepalaku. “Jangan merasa sendiri, aku menemanimu selama mereka berdebat…”

Aku menyungging senyum paksa, “Ne…terima kasih untuk perhatianmu kak...” kak Lie hanya membalas anggukan penuh senyuman, kemudian ia menyalakan mobilnya dan mulai mengantarku ke SMA impianku.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Kami berhenti tepat diparkiran bebas SMA Seunggyan. Ku lihat kakakku nampak frustasi, seperti mengkhawatirkan sesuatu. Aku tak tega meninggalkannya dulu walaupun bel sekolahku sudah dibunyikan.

“Lie-ah, gwenchanayo?” dia masih menatap lurus ke depan, tanpa menolehku sama sekali. “Lie-ah, gwenchanayo?” ulangku lagi.

Barulah dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ng...Wae yeollie?”

“Astaga…apa kau baik-baik saja?” sembari menepuk keningku sendiri.

“Ya…hmm, iya. Aku baik-baik saja. keluarlah, carilah kelasmu ya.”

Ekspresiku berubah masam. “Kau mengusirku? Kau jahat…”

Dia tertawa, “Bukan begitu, sudahlah. Masuk ke sekolahmu. Selamat bertemu teman baru.”

Bagiku kalimat terakhirnya itu sebuah sindiran  -_-  “Aku tidak akan menemukannya…” balasku bernada dingin. Bisa juga disebut lesu.

Kak Lie meninju lenganku, “Jangan putus asa…kau ini tampan yeollie.”

“Ne..ne…terserah kau saja. aku keluar dulu. Sampai jumpa. Berhati-hatilah saat menyetir.” Aku langsung keluar  dari mobilnya tanpa memberi kesempatan kak Lie membalas ucapanku tadi.

Hatiku sangat senang, tapi yang kurasa saat ini adalah DEG-DEG debar hatiku begitu memasuki gerbang SMA Seunggyan. Ada banyak siswi yang melirikku senyum dan ehem..sepertinya ada yang terpesona padaku. Aku menyusuri koridor SMA ini, aku harus cepat menemukan ruang 9. Kurang 4 menit belnya akan berbunyi. Setelah ku menoleh kiri-kanan, meneliti sudut sekolah. Aku menemukan ruang 9.

Waaaaah…kelasnya bagus. Inilah SMA yang ku impikan sejak SD. Aku tampak gugup, minder memasuki kelas ini. ku dengar aku masuk di kelas yang patut di”hati-hati”kan. Begitu kata kak Lie saat menerima kertas nilaiku dan kecocokan kelasku. Cukup, aku harus mencari bangku dan tampaknya ini kesialanku. Kudapati semua bangku sudah ditempati. Sepertinya aku harus duduk disebelah siswi yang berkacamata itu.

KRRRIIIINNGGG

“Anyeong…cheoneun sonsaengnim Chang Nyun. Saya akan membagikan klipping latihan hari ini. Selesaikan dalam waktu 3 jam setelah itu silahkan dikumpulkan pada saya. Kemudian silahkan beristirahat dan mengerjakan klipping selanjutnya. Arraso?”

“Ne arrasso sonsaengnim Chang Nyun.” Jawabku bersama murid-murid lainnya.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Setelah aku selesai mengerjakan klipping latihan. Waktunya istirahat ada yang ku herankan, aku melihat semua murid dikelasku dengan iri. Mereka bisa bicara dengan teman barunya secara gamblang. Aku? Lihatlah teman disebelahku, depan belakangku, mengacuhkanku. Bahkan disaat aku menoleh padanya, mereka membuang muka dariku. Apa salahku? Apa aku menyeramkan seperti monster? Atau mata mereka yang buta melihat ketampananku. Molla…benar-benar tidak tahu. Maka aku tidak keluar kelas walaupun untuk membeli makanan atau mengintari sekolah ini.

Ku lihat Chang Nyun sonsaeng masih sibuk mengoreksi klipping, dia tidak keluar, sama seperti diriiku. Sesekali aku tak sengaja menyadari bahwa Chang sonsaeng melirikku dengan heran, heran apa kasihan ya? Ku jawab aku tidak tahu.

KRRRIIIINNGGG

Suara bel kali ini lebih keras dari yang pertama ku dengar. Sungguh hampir saja merusak telingaku. Semua murid bergegas masuk. Dan sonsaeng bersiap berdiri. Mungkin dia akan mengumumkan hasil semua murid.

“Saya akan mengumumkan top ten nilai terbaik kalian. Dengarkan baik-baik dan saya tidak akan mengulang lagi.” Kata namja itu. aku sampai menyeka rambutku kebelakang agar telingaku benar-benar terbuka bebas.

“Satu…(oh, bukan diriku) dua…(bukan diriku lagi) tiga…(bukan lagi) empat…(aku takkan mendengarkannya, aku frustasi) lima…(mungkin 6 sampai 10 aku akan mendengarnya) enam Hwangmin (aku tak mengenalnya, dia yang mana ya…) tujuh Young A Ra (namanya cukup bagus, pasti dia cantik) delapan Shin Yo Rien, sembilan Park Chanyeol (hah?aku! aku! Hebat…aku masuk top ten…) sepuluh Park Han Mar. disusul dibelakangnya ada Kim Jong In. apa diantara kalian ada yang protes?”

“Aniya sonsaengnim.” Serempak semua murid.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Bel sekolah baru saja terdengar di sore ini. Sonsaengnim sudah berdiri merapikan buku-bukunya.  Semua anak bersemangat merapikan bawaan mereka, sementara aku. Rasanya bosan dan menyedihkan. Aku muak dengan suasana kelas ini. jika saja orang tuaku tidak sibuk bertengkar, aku akan minta pindah dari SMA impianku ini. cih.

Silahkan pulang, jangan mampir kemana-mana karena ini masih hari pertama kalian. Maaf  bila saya banyak omong. Jangan lupa belajar lagi karena saya akan memberi kalian latihan lagi. Sampai jumpa besok pagi...

Arasseyo sonsaengnim.

Kami semua menunggu sonsaengnim keluar dulu. Setelah menunggu kurang lebih semenitan. Semua  berebut keluar kelas. Aku memilih keluar terakhir saja. moodku  benar dan sangat jelek, tidak seindah waktu hari pertama di sekolah SMPku.

Dan sialnya lagi...aku harus pulang dengan bis! Aku menunggu dihalte tepat diseberang sekolahku bersama murid-murid yang tidak pernah mengajakku berkenalan atau sekedar menanyakan namaku, berkata anyeong begitu. >,< Saking kesalnya aku pada orang-orang disekolah ini, aku alergi meliriki mereka. Huh......>_<

Mmm... anyeong. Apa kau sendirian naik bis?kali ini aku dengar ada suara seksi yeoja. Aku tidak berani menoleh padanya. Muka ku akan ku buang ke bawah jika yeoja itu ternyata tidak bicara padaku.

Anyeong... hey aku bicara denganmu.. yeoja itu melambai-lambaikan tangannya tepat didepan mukaku, berlagak seperti menyembuhkan orang yang kesurupan melamun. Apa kau sendirian naik bis? Bukankah kau yang mendapat urutan 9 di top ten tadi?ungkap yeoja berkacamata yang berkulit putih dengan rambut panjang hitam yang dihiasi bando berbunga teratai.

Mian. Ku kira kau tidak bicara denganku. Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. Ya, aku sendirian memangnya kenapa? Benar, itu aku. Kau memperhatikan anak-anak top ten tadi ya??
Dia tertawa, tawanya membuatku terasa merinding karena suaranya itu seksi tapi lirih nan lembut...

Baru kenal saja kau sudah terlalu percaya diri...dia menghela nafas singkat. Jika kita satu arah, bolehkah aku ikut bersamamu?

Hmm...boleh. arahku ke Gwandong barat. Kau?

Aku ke Gwangdong utara. Yaaah...kita beda arah...aku melihat ekspresinya sedikit kecewa walaupun dia menunjukkan senyum membalas ucapanku.

Maaf...kapan-kapan kau bisa ku antar walaupun arah kita beda tipis.

Lagi-lagi dia tersenyum, yang ini sempurna karena menunjukkan gigi putihnya. Ah... tidak peril. Kau hanya merepotkan diri sendiri. kemudian, ada bis arah Gwangdong utara berhenti. Apa dia akan pulang? L padahal aku ingin bicara banyak dengannya.

Umm...aku pulang dulu. Semog akau sampai rumah dengan cepat dan selamat.

Ne, gomawo. Kau juga!

Iya. Dia masuk ke bis. Bisa ku lihat sekarang dia duduk didekat kaca. Dia melambaikan selamat tinggal padaku. Aku membalasnya dan tersenyum semanis mungkin padanya.

Hufft...Tuhan masih baik mengirimkanku seseorang ketika hari pertamaku badmood tanpa teman. Tanpa ku sadari juga kenapa aku lupa menanyakan siapa namanya...aku pabo ya?? Beberapa detik itu, datanglah bis arah Gwangdong barat. Aku bergegas memasukinya, aku takut kemalaman.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Cklek---

Hai semua!!! Yeollie yang tampan sudah pulang... teriakku yang sudah biasa ku lakoni sejak SMP kelas 2. Lalu aku mendengar deheman seorang yeoja.

Se-La-Lu ujar yeoja yang tidak lain adalah Kang Lie dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rumahnya sepi? Mana suara anjing-anjing menggonggong itu? aku menaruh tasku ke sembarang tempat di ruang tamu.

Ooo...mereka dipanggil oleh kedua keluarga besar mereka. Bagaimana hari pertamamu?

Wajahku memasamMenyedihkan... tidak seperti yang ku pikirkan walau pun aku mendapat top ten latihan pertamaku.

Yeollie...yeollie. Oh ya, keluarga besar membawakanmu banyak makanan, terutama ramen. Karena mereka mengkhawatirkan perasaanmu.

Aku menguap dan melangkah lambat menjauhinya, Simpanlah atau makanlah juga tidak apa-apa. Aku mau mandi, belajar, dan tidur.

Kau tidak makan? Apa di bis kau sudah makan?

Tidak,

Lalu? Kau sudah kenyang begitu?

Ya.

Habis makan apa memangnya oeh?

MAKAN ANGIN... teriakku karena aku sudah jauh meninggalkan noona.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Aku bergegas diri karena kulihat jam tanganku akan menandakan 30 menit lagi akan masuk sekolah. Aku berlari menuju pintu depan.

Yeollie...mau kemana?cegah noona Lie.

Jelas ke sekolah, kau tidak tau ya seragam yang ku pakai ini?

Maksudku, apa kau tidak makan dulu? Ramenmu, makananmu dari mereka itu bagaimana?

Habiskan saja...aku buru-buru.

Dia berdecak, Lalu kau naik apa? Belnya kan masih setengah jam lagi.

Naik bis. Iya memangnya kenapa? Kalau kau khawatir dengan makananku. Habiskan saja! aku bisa beli sendiri.

Apa? Kau ku antar. Makan ramenmu dimobil.

Mwo? Aigo...aish. aku ingin berangkat sekarang. Makannya bisa ditunda kan...

Ku antar! Makan ramenmu dimobil.

Hassshh...menyebalkan. tanggung jawab jika aku tidak dapat bangku.

Iya iya! lalu dia memberikanku semangkuk plastic ramen padaku. Ramen ini tidak yakin bisa ku habiskan, masalahnya porsinya besar. Apalagi karena moodku yang buru-buru ini. aish....

~_Ħ Ħ Ħ_~

Ini! puas sudah habis kan. Tolong sekalian buangkan.dengan kasar tanganku memberikan mangkuk ramenku pada noona saat mobil ini sudah didepan sekolah.

Dia mengangkat kedua alisnya. Pintar  yeollie...lalu ia berganti ekspresi seramnya. ...kenapa harus aku oeh? Disana kan  ada tempat sampah.

Pokoknya sekalian buangkan. Oh ya,  tanggung jawab kalau sampai aku masuk kelas nanti tidak ada bangku untukku.

Iya iya, sudah ku bilang berapa kali ha! Kau tinggal menelponku bereskan.

Baiklah noona. Anyeong..

Aku menutup pintu mobil noonaku. Aku berlari memasuki koridor sekolahku. Ketika ku lihat jam tanganku lagi, untung masih 20 menit lagi. Begitu aku masuk ke kelasku. Wah...masih sepi. Lalu aku berjalan menuju bangku ku yang kemarin. Teman sebangkuku tidak ada! Tepat dimejaku, ada selembar pesan

Jangan duduk disini. Kau pindahlah ke tempat Kim  Jong In.

Aku bingung, apa salahku dan salah orang yang bernama Kim Jong In yah? Kenapa posisiku dipindah. Whatever, lalu aku mengedarkan mataku ke semua bangku. Telah ku temukan meja yang diatasnya ada selembar kertas

Ini bangku Kim Jong In. Kau bebaslah duduk disini.

Aku meletakkan tas ku dibangku ini. aku masih heran, apakah manusia yang menulis pesan ini mengenalku? Kenapa dia menyuruhku duduk dibangkunya orang. Aku masih belum berani duduk disini. Lalu aku berdiri menatap semua penjuru kelas. Hanya ada aku, 6 yeoja dan 5 namja. Totalnya 12 orang termasuk aku. Aku mencoba menghampiri yeoja berambut hitam kemerahan yang ada duduk dibelakang bangkuku.

Anyeong, maaf. Apa kau yang datang pertama dikelas ini?

Nado...oh, bukan aku. Tapi kalau tidak salah ya dia. Ia menunjuk ke seorang yeoja berambut pendek bergaya seorang namja.

Oh, gomawo.

Ne.

Tapi apa kau tau namanya?

Mianhae, aku belum berkenalan dengannya.

Oh, baiklah...

Aku berjalan menghampiri namja itu, ah! Maksudku dia itu yeoja. Sungguh, ku akui jika aku berjejer dengannya. Mungkin dia adalah orang yang menandingi ketampananku. Lihatlah penampilannya, menurutku namja-namja yang datang lebih awal tidak memiliki penampilan cool sepertinya. Yeoja itu membaca komik dan sedang memainkan permen karet dimulutnya.

Anyeong...maaf aku boleh bertanya sebentar.

Hmm. Dia menjawab tanpa menoleh padaku. Hawanya bisa kurasakan bahwa ini hawa judes seorang namja, bukan yeoja....sekali kutekankan, bukan yeojaa...

Apa kau yang datang pertama dikelas ini?

Shin Young Rien imnida. Iya, aku datang pertama setelah dia. Dagunya menunjukkan ke yeoja berambut cokelat panjang dengan pita yang ditengah-tengahnya ada bunga teratai. Hay, sepertinya aku pernah bertemu sebelumnya. Ah tidak! Mungkin aku salah lihat kali ya...sebentar! aku akan menatapnya teliti lagi.

Kenapa? Apa kau ada perlu dengannya? ku dengar dia menghela nafas. BRAK. Dia memukul mejanya sampai mengagetkanku. Oeh namja!  Jangan menatapnya lama-lama. Nanti kau jatuh cinta padanya.

ah, mian-mian. Maaf, aku Chanyeol imnida.  Apa kau mengenal dia?

Dia kan yang kemarin ku lihat bicara denganmu dihalte Chanyeol-shii... Dia Young A Ra, couple-anku.

Dengan ekspresiku yang lumayan shock. Jinja? nadaku sedikit meninggi. Aku menarik nafas Maaf, kalau begitu apa kau tau siapa yang memindahkan bangkuku.

Itu aku! Kau tidak suka?nadanya seperti memarahiku ._.

Bukan begitu ah...maksudku_

Aku harus mengabulkan permintaan coupleku. Jangan membuatnya kecewa.

Aduh...aku tidak tahan dengan yeoja ini. emosinya tinggi sekali menghadapiku. Jika aku terus meladeninya, bisa saja aku yang pingsan dicekiknya. Aku pergi tidak menanggapinya apa-apa lagi. Aku berpindah menuju bangku yeoja Young A Ra, dia sedang memainkan tablet booknya.

Apa aku mengganggumu? ucap sedikit gugup, dia menghentikan kegiatannya.

Tidak sama sekali. Dia menyungging senyum padaku. Mengulurkan tangannya padaku. Young A Ra imnida. Maaf kemarin aku lupa memperkenalkan diri. Maaf juga ya atas kelakuan Young Rien padamu.ketika aku menjabat tangannya, ada sensasi aneh.

Chanyeol imnida. Gwenchanayo, jangan dipikirkan lagi. Aku mengucapkan terima kasih karena kau sudah mengajakku bercanda dihalte dan...memindahkan bangkuku.aku hendak melepaskan tanganku, tapi dia masih menggenggamku. Dia menarikku seperti menyuruhku duduk disebelahnya.

Cheonma Chanyeol-shii. Apa kau keberatan jika kupindah bangkumu?

Tidak sama sekali. Mmm...bisa kau sebutkan alasannya?

Ia terkekeh geli. Mudah saja, aku sedang bertengkar dengan Kim Jong In. selain itu, ku lihat kau kurang nyaman dengan teman sebangkumu kemarin.

Aku juga tertawa, alasan yang ada-ada saja. hehe, aku tertawa lagi. Dia juga tertawa.

Biar saja, yang penting hatiku puas. Oh ya, aku lupa. Nanti kau duduk bersama Hwangmin, tenang saja. dia baik dan mudah berinteraksi dengan siapa saja.

Termasuk dengan siput?aku coba menggodanya.

Dia terkekeh dengan manisnya. Chanyeol-shii, kau menghinanya. Dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Siapkan peralatan tulis kalian. Kita akan memulai mengerjakan lagi. Suara berat dari sonsaengnim menghentikan guyonan kami.

Tak kusangka ternyata sudah masuk.kataku akan berdiri.

Iya, kita terlalu asyik sampai bel berbunyi pun. Dia terkekeh geli, anak ini murah senyum dan mudah gembira. Entah kenapa, dia sangat...manis, terutama suaranya begitu indah.

~_Ħ Ħ Ħ_~

A Ra. Kenapa kau mendekatinya lagi ha?

Terserah aku.

Lalu kenapa kau memindahkan bangkuku? Apa kau ingin berdekatan dengannya?

Diamlah Jong In! bukan urusanmu. Andai saja waktu itu kau tidak memulai pertengkarannya, mungkin tidak akan terjadi kupindah paksa!

Devil May Care! Hanya alasan! Aku akan menjauhkanmu darinya, Young A Ra...

Ck, pergilah sana...

Young A Ra bertengkar, sama namja yang bernama Jong In... yang dia maksud apa aku ya... tak sengaja itu aku mendengar perdebatan mereka didekat jendela luar kelas. Tiba-tiba ada yang memegang pundak kananku. Aku jelas agak kaget.

Sedang apa kau disini?

Aku segera membalikkan badan. Eh, tidak ada... aku harus mengalihkan kecurigaannya Young Rien. ...apa kau tau kamar mandi pria? Bisa kau antar aku kesana.

Dia melipat kedua tangannya didada. Tau. ayolah.aku berjajar mengikutinya, Apa kau belum pernah berkeliling seisi sekolah?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

Ah kau ini... sepulang sekolah nanti, ku temani kau berkeliling. Langkah kami terhenti. Nah, itu kamar mandinya. Ku tunggu disini, aku khawatir jika kau tersesat.padahal aku mau menjawab tidak perlu menungguiku tapi...menurut saja daripada aku dihajarnya. Aku pura-pura lama dikamar mandi, kebetulan juga semua kamar mandi itu sepi.

Young A Ra, kau kenapa sayang?itu pasti suara Young Rien, ya tuhan betapa berat kerasnya suara anak itu sampai kedengaran didalam kamar mandi ini.

Jong In. dia...menyakitiku. dia mengancam aku dan Chanyeol.

Sial! Anak itu beraninya membuat coupleku menangis. Hah? Menangis? Ya tuhan, jangan biarkan yeoja manis itu menangis. Batinku didalam sini.

Lalu dia memaksaku, mau menjauhi Chanyeol atau melihat Chanyeol dikerjainya. Aku harus bagaimana...

Biar dia yang ku urus. Tenang saja ya A Ra sayang...sekarang pergilah dulu dan duduklah ditempatku sementara.

Ne.sepertinya ku dengar Young A Ra sudah pergi.

CHANYEOL-SHII...CEPATLAH...bentak Young Rien dari luar. Baiklah, aku keluar.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Sudah waktunya pulang sekolah, aku hanya menunggu Young Rien menemaniku berkeliling sekolah ini. saat ku lihat bangkunya, dia berkumpul dengan 2 yeoja. Satunya tidak ku kenal, satunya lagi itu...Young A Ra. Aku segera membalikkan badan, pura-pura tidak mengintip mereka.

Kajja. Tangan Young Rien sudah memegang mesra tangan Young A Ra. Ya tuhan, bahkan mereka lebih mesra dibanding sepasang kekasih. Oh ya, kenalkan, ini teman baru kita. Tangan Young Rien memperkenalkan yeoja berambut pendek cokelat  yang tak ku kenal itu.

Bangapda, Park Han Mar  imnida...ia memberi senyum indah itu padaku. Dia cantik, menyerupai Young A Ra. Jangan-jangan dia titisannya lagi (?)

Aku juga memberi senyum termanisku,Nado bangapda, Chanyeol-shii.

Nah, kau jalan dengannya. Kau bercouple dengan Han Mar. aku harus dengan Young A Ra.

Dasar, padahal aku ingin berjalan dengan Young A Ra. Baiklah, sekali lagi aku pasrah setiap berurusan dengan Young Rien ini. huft...aku harus lihat sisi positifnya. Paling tidak aku sudah mendapatkan teman yang super baik dihari awal sekolahku seperti mereka. Ditambah juga, biarlah walau aku tidak bergandeng dengan Young A Ra, setidaknya sudah dapat yang mirip seperti Han Mar ini. hihihi~

~_Ħ Ħ Ħ_~

Hai semua!!! Yeollie yang tampan sudah pulang...aku langsung berjalan menuju kamarku. Hari ini begitu letih apalagi mengelilingi sekolah yang sebesar tadi. Kakiku nyaris saja patah.

Habis dari mana kau? sambut eomma yang tidak patut diucapkan saat penyambutan diriku sepulang sekolah seperti ini. Apa kau bermain dengan yeoja? Atau berpesta di clubbing?aku tak menanggapinya. Kenapa tidak kemarin-marin saja dia memperhatikanku seperti ini ha?

Oemma, biarkan dia istirahat dulu. Appa yakin dia tidak berbuat yang tidak-tidak.

Sudah! Biarkan aku yang bertanya. Aku gemas melihatnya pulang jam segini! Terlambat satu jam lamanya. Yayaya...terserah kau omong apa tentang diriku. Aku tak menanggapimu. Chanyeol! Jawab eomma, kau habis darimana? Kenapa baru pulang jam segini? Kau pasti lama bermain. Bermain dengan siapa saja ha?lama-lama aku benar muak dengannya. Aku sudah mengepalkan tangan kananku yang membelakangi pandangannya.

Kau habis minum kan? Habis merokok? Kau habis bermain dengan yeoja, atau berduaan dengan namja disekolahmu? Lihatlah, raut matamu tidak bisa membohongiku.lanjut manusia yang kusebut eomma itu. Cukup! Aku kesal dengan ocehannya.

EOMMA. Aku tidak dari mana-mana. Semua itu fitnah!Omong kosong! Aku ada urusan disekolah, titik.

Iya, urusan itu adalah bermain dengan yeoja murahan. Ya kan?

CUKUP EOMMA! Omonganmu keterlaluan! Jangan bicara jika kau tidak punya buktinya. Jangan menanyaiku tentang apa pun karena kau sudah mengacuhkanku! Aku sudah besar, jangan bertanya dan jangan bicara lagi padaku.biarkan aku bernada keras, aku hancur karenanya. Dia pantas mendapatkan itu!

Yeol! Kau! Jangan mengguruiku. Jawablah semuanya Yeol!

Aku berjalan menjauhinya seolah tidak terjadi apa-apa. Apa! Aku sudah menjawabnya kan?! Jangan bicara lagi denganku!aku menutup keras pintu kamarku. Aku benci dengan keadaan ini. andai saja dia tidak egois karena jabatannya, pasti aku tidak membenci mereka, pertengkaran mereka. Terutama eomma.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Tidak terasa waktu memang cepat berputar. Aku sudah 2 minggu bersekolah disini. Semua mata pelajaranku tidak ada nilai 8-nya. Aku memang brilian seperti Young A Ra. Sampai-sampai aku dan dia saling salip menyalip peringkat yang tiap hari diberikan sonsaengnim. Sekolah ini benar-benar hebat! Menguji otakku. Bukan menguji mentalku seperti dirumah -__-

Tapi kadang-kadang aku juga muak melihat namja yang bernama Jong In itu. sudah berkali-kali ia gagal memisahkan kedekatanku dengan Young A Ra. Dia itu kenapa sih? Apa dia cemburu? Pernah aku membuatnya jera sampai-sampai ia membolos sehari. Ketika dimana aku dan Young Rien, si yeoja berparas namja, ku ajak bekerja sama mengerjainya. Aku bagian menaruhnya kelereng dan  seliter air yang kucampur sabun cuci piring.

Saat dia sudah didorong, ditakut-takuti Young Rien agar melarangnya membuat Young A Ra menangis. Si Jong In itu mundur-mundur dan kena jebakanku. Dia kesakitan, bahkan lucunya lagi dia mengadu pada dua tangan kanannya, Hwangmin dan Taemin dan berkata Uhuhuhu...tolong aku. Young Rien, dia..hiks, dia mengancamku dan mendorongku ke lantai yang licin.hiks..ck,ini sakit.

Duh...duh...dia nadanya mirip seorang yeoja yang centil. Aku dan Young Rien tidak henti-hentinya menertawainya. Dihari itu adalah moment yang paling mengesankan yang pernah ku lakukan dalam jahil  menjahili.

Chanyeol...kau  baik-baik saja. Chanyeol... lalu sebuah tangan putih kurus dilambai-lambaikan didepan wajahku.

Eh, Park Han Mar. ada apa?

Tidak ada. Hanya saja aku khawatir jika kau gila.

Memangnya aku kenapa? Ada yang salah?

Ada. Kau tersenyum, tertawa sendiri sambil menggelengkan kepalamu.

Aku mengacak ujung kepalanya, termasuk poninya juga. Han Mar-Han Mar, siapa suruh kau memandangiku ha?

Dia tersenyum, senyumannya manis, sungguh dia ini titisannya Young A Ra. Ada rona memerah dipipinya. Aku suka melihatnya memerah karenaku. Haha. Hatiku yang menyuruhnya. Siapa suruh kau punya wajah tampan seperti ini. dia mencubit-cubit pipiku.

Yaa! Jangan serang pipiku.....dia melepaskan cubitannya, aku mengelusi pipiku. Kalau aku tidak tampan, kau mau ya memandangi wajah Young Rien. Dia kan setampan diriku.

Ck, dia itu yeoja. Aku tak mungkin memandanginya. Aku masih normal Yeol! Seperti ini...tiba-tiba saja aku terkejut ketika dia mencium sudut bibirku. Aku tidak berani membalas apapun. ...Aku mau ke kamar mandi dulu...kemudian dia menyeka bibirnya sendiri dan pergi dengan wajah datarnya. Awas ya, kau harus tanggung jawab jika aku gila karenamu Park Han Mar...

~_Ħ Ħ Ħ_~

 Ketika aku berjalan-jalan menyusuri koridor sekolah. Aku menemukan yeoja yang dari tadi membuat hatiku mengganjal. Dia sedang duduk dibangku itu sendiran, melihat air mancur sendirian.

GREB~

Aku memeluk bahunya.Young A Ra, kenapa sendirian disini? Kemana kekasihmu itu?

Oh Chanyeol.  Kekasihku yang mana? Yang normal apa abnormal.nadanya sedikit lirih, apa dia sedang galau?

Jelas si Young Rien itu lah. Dia kan kekasih normalmu. Aku tertawa, mencoba mengajaknya bergembira karena ocehanku.

Dia terlihat menahan tawanya, Aish, berarti aku abnormal jika menyukai namja ha?ia mendongak, Young Rien-ah sedang ke kantin sama Han Mar.

Aku geli melihatnya, Tidak juga. Mungkin ini saat yang pas, aku tidak mungkin kuat menahannya lagi. Young A Ra, kau baik-baik saja kan?

Jelas, aku tidak jadi menangis karena kehadiranmu pabo!

Aku tertawa, jarang sekali dia memanggilku pabo. biasanya si smart. Haha. Aku memegang kedua tangannya. Walau menurutmu ini terlalu cepat atau terlarang, aku tidak bisa menyembunyikannya. Aku...menyukaimu dan...menyanyangimu Young A Ra...

Dia melepaskan lembut kedua tanganku yang memegangnya. Apa ini tanda dia menolakku atau mau membalasnya dengan memberi ciuman padaku? Pikiranku ah, aneh-aneh.

Chanyeol-ah, sebetulnya aku...sudah menyukaimu tapi ada yang melarangku. Chanyeol-ah maaf, kau...berhentilah menyukaiku...aku takut Jong In akan...mencelakaimu. Chanyeol jebal, berhentilah menyukaiku. Dia mengelus salah satu pipiku dengan tangannya. Hampir saja aku jantungan mendengarnya. Chanyeol...kau harus kuat, kuat, kuat, keberuntungan belum memihakmu... Tapi kenapa harus Jong In yang dia permasalahkan, padahal Jong In lebih baik daripada aku. Hanya saja dia lebih muda dariku. Aish...sepertinya aku tidak terima dan mulai menyimpan dendam pada...maaf, padamu Young A Ra.

Aku mengerti... aku menyungging senyum kecewaku padanya. Aku beranjak dari bangkunya dan mengusap ujung rambutnya lalu meninggalkannya. Satu lagi panah sakit yang kuterima setelah eommaku yang memberikannya.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Kata Young Rien, ini adalah tempat favorit anak-anak SMA ini untuk berpacaran atau bahkan meluapkan emosi mereka seusai sekolah. Salah satu sonsaengnim pun katanya juga pernah berteriak disini karena dia sedang emosi melihat anak ternakalnya. Aku sedang menyendiri diatap sekolah ini.

Kadang ku lihat mereka berciuman apalagi dengan tangan nakalnya yang meraba tubuh dalamnya dibalik seragam itu. ada keramaian juga, ada juga yang menangis, macam-macam. Sekolah ini multifungsi juga ya. Posisiku tepat dipinggir, jika aku terpeleset maka aku sudah jatuh ke lapangan dasar sekolah ini.

OEH CHANYEOOOLLL...

kurasakan orang itu memegang pundakku dengan mengagetkanku. Aku mendengar suara itu adalah seorang namja. Dan sialnya, saking kerasnya dia mengagetkanku. Aku sudah melayang  dan bersiap jatuh ke lapangan dasar, tidak ada yang menolongku...bahkan aku tidak tau siapa yang sudah secara tidak langsung mendorongku seperti ini, disaat aku benar-benar termenung.....
(_Chanyeol POV END_)

~_Ħ Ħ Ħ_~

(_Author POV_)
Chanyeol...hiks...kenapa kau pergi...aku...hiks...aku ingin bercanda seperti sejam yang lalu...hiks...hiks...

Sudahlah Han Mar-ah, relakan Chanyeol. Menurut saksi, ini murni takdir, murni kecelakaan tunggal... hibur Young A Ra.

Tapi...hiks...aku belum sempat mengungkapkan perasaanku...hiks...aku ingin kembali ke masa lalu...hiks..

Park Han Mar, mustahil kau merubahnya. Aku juga sedih karena aku belum sempat mengajaknya bersepak bola.tambah Young Rien.

Kini mereka sudah melihat jasad namja itu diangkat oleh pihak kepolisian.  Sementara didekat tangga, Kim Jong In tertawa melihat peristiwa itu bersama dua rekannya dikiri kanannya.

Akhirnya rencana kita berhasil.. Hwangmin, Taemin, gamsahamnida.

Tidak masalah Jong In hyung...selama ini membuatmu bahagia, akan kami lakukan. Benarkan Taemin?

Hmm...tapi apa kau yakin kita tidak ditangkap polisi.tanya polos Taemin

Tentu saja tidak, karena kita yang akan selamat. Kim Jongin tersenyum dengan liciknya.

~_Ħ Ħ Ħ_~

Aku legaaa... Young A Ra akan bebas menjadi milikkkuuuu... teriak Jong In saat memasuki kelasnya. Hwangmin dan Taemin hanya tersenyum melihat pemimpinnya bahagia. Mereka membereskan tasnya. Jong In menghampiri bangku milik Young A Ra.

Young A Ra...saranghaeyo muaachh. Jong In kegilaan mencium bangku itu.

Kemudian Jong in beralih menuju bangkunya sendiri, saat merapikannya. Dibangkunya itu ada tulisan berspidol merah.
AKU AKAN MEMBALASMU SAMPAI HATIKU PUAS

Kenapa ini... apa jangan-jangan dia...kata Jong In yang sangat keheranan.

Jong In hyung...kau bicara dengan siapa? tanya Hwangmin yang sudah menggendong tasnya.

Tidak ada. Hanya saja ku pikir apa ada hantunya Chanyeol...

Ah hyung ini! jangan percaya hantu, kau hanya ketakutan...

Mm...mungkin...

*TBC*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar