Title : Breath Of The Dying {PART 1}
Main
Cast : *Chanyeol and Park Chan Yeol
*Kai
and Kim Jong In
*Baekhyun
*Sehun
*D.O
*Suho
*Tao
*Kris
*Chen
*Lay
*Luhan
*Xiumin
Support Cast :
find it by your self, salah satunya…
Young A Ra ;
Park Kang Lie be a
sister’s Chanyeol ;
Park Han Mar {all is tokoh imajinasi saya}
Author
: Avisena Dinata a.k.a VieyRaaMoimoi
Genre
: mistery,
school life, horror, fantasy, romance, little humor, and
whatever you say
that or this ._.
Length : Sebagusnya
saja..
Rating : T
Disclaimer
: author terinspirasi dari beberapa scene
film “One Missed Call” semua cerita author baik watak,plot,latar segala macem
itu murni imajinasiku sendiri. kalau ada kesamaan atau apalah dengan Fanfic
lainnya, author minta maaf. Tapi percayalah pada saya mungkin Tuhan membuat
keadaan ini sebatas ketidaksengajaan saja J
Dilarang melakukan
copas-share dengan niat EVIL. Kalau niat baik, pasti akan saya perbolehkan jika
kalian memintanya.
Summary : “AKU AKAN MEMBALAS DENDAM SAMPAI HATIKU PUAS…
PUAS
MELIHAT KALIAN KU SIKSA…”
BREATH
OF THE DYING
PART 1
(_Chanyeol
POV_)
Sore begini kakak
perempuanku belum pulang, aarrgghh. Apalagi ini sudah hampir hujan deras dan
aku harus sendirian dirumah ini. Apa? Sendirian? Oh tidak, mereka berdua,
orangtuaku, kenapa mereka tidak kuanggap? Ya,aku malas menghiraukan mereka
sampai-sampai kehadiran mereka tak ku akui. Ya sebutlah aku anak durhaka juga tidak
apa-apa...terserah. mereka berdua yang membuatku semakin muak. Dirumah ini,
yang memperdulikanku hanya kakakku. Hanya kakak ku! Kakak ku! Mereka itu sibuk
bertengkar debat segala macam tak mengenal dirumah ini sunyi atau ramai, ada
aku atau tidak. Intinya, mereka mengacuhkanku! Huh >.<
“Lalu siapa yang menanggung
biaya sekolah Chanyeol ha?” itu suara eomma.
“Ya kita, memang apa yang
salah dengannya? Masalah ya masalah kita, jangan mengikutkan anak-anak apalagi
Chanyeol mma…” dan itu pasti suara appa karena hanya dia namja disini selain
diriku.
“Kita? Kau saja! aku banyak
urusan. Kau kan yang sayang dengannya, biayai saja dia sampai dia lulus kan
beres!”
“Tapi itu juga anakmu mma!
Berhentilah menyebut nama Chanyeol dimasalah ini! Apa kau tidak punya rasa
kasihan jika dia mendengarnya mma?”
Sudahlah appa, aku sudah
mendengarkannya sebelum kau melarang eomma. Ingatlah appa, suara kalian itu
sama-sama besar, suara kalian itu sudah menggempakan seisi rumah…
“Kasihan? Bawa saja anak itu
menjauh dariku, sekalian juga kakaknya itu. aku sudah tidak ingin terlibat
dalam keluarga ini lagi! Arasso!”
Waw! Betapa teganya manusia
yang melahirkanku itu bicara seperti itu. sebetulnya mereka itu kenapa sih? Aku
masih bingung dengan sikap oemma yang egois seperti ini, dia seperti anak
kecil, lebih kecil dari kedewasaanku #plak.
“EOMMAA!” iya, aku dengar
itu bentakkan appa. “Keegoisanmu tidak bisa diampuni lagi. Aku akan bertindak
dengan sikapmu ini. aku akan menghancurkanmu secara perlahan, merampas semua yang
membuatmu egois selama ini. termasuk jabatan baru diperusahaanmu itu!” waa…appa
tidak mau kalah ya bisa mengancam eomma.
“Coba saja sendiri! aku juga
akan menghalangimu!” kulihat dari pintu, eomma jalan melewati kamarku. Aku
bangkit dari tempat tidurku, kemudian aku berdiri dan bersandar dipintu
kamarku. Sekedar menatapi eomma mau apa setelah kalimat terakhirnya tadi. Ooo,
ternyata eomma mengambil beberapa barangnya dan dia masukkan ke tas kerjanya
tadi. Eomma langsung pergi tanpa pamit... appa kelihatannya menyesal. Dia
berdiri terpaku didepan kamarku.
“Eomma mau kemana lagi
appa?” aku coba iseng bertanya daripada appa terpaku lalu kesurupan, aku
sendiri yang akan kuwalahan kan(?)
“Dia ke apartementnya
lagi.(appa menghela nafas).” Lho, aku baru tau jika eomma punya apartement.
Kenapa selama ini dia tidak menceritakannya ya apalagi menunjukkannya padaku.
“Itu bukan apartementnya,
tapi milik bosnya. Makanya dia tidak pernah menceritakan apalagi
menunjukkannya..” lanjut appa lalu pergi tanpa izin padaku. Aku baru sadar
ternyata appa bisa membaca pikiranku ya.
“Aku pulang...Yeollie…kakak
bawa ramen kesukaanmu. Bersama tofunya juga….”
Wah! Itu kakakku. Yes! Kak
Lie, aku datang!!! Aku berlari kegirangan menghampirinya. Tubuhnya langsung ku
peluk begitu saja sampai-sampai kak Lie hampir saja terhempas jatuh karena
saking hebatnya pelukanku. Hahaha...
“Tumben sekali Yeollieku ini
keterlaluan merindukanku.” Lalu kak Lie tertawa.
Aku melepaskan pelukanku. “Apa
salah ya? Presiden saja tidak melarang. Weekkk…” aku memeletkan lidahku.
Rasakan kak, hehe.
“Ne jinja? Hahaha…ini
untukmu. Cepat dimakan, nanti keburu dingin.”
“Siap! Gomawo noona Lie-ah yang cantikk…”
“Aku akan bertindak jahat
jika kau tidak menghabiskannya..”
“Hmm…siapa takut. Ancaman
itu sudah kebal untukku kak. Weekkk…” aku berjalan ke ruag makan meninggalkan
kakakku .
“Hiiiiiii…kalau begitu akan
ku minta separuh mangkuk ramenmu Yeolliee!!!” kakakku berlari ke arahku,
tangannya sudah bersiap menyambar mangkuk ramenku. Siaalll!!
“Yaaa takkan ku biarkan kau
kaaaakkk!! Hiyaa…ku keluarkan jurus taekwondo ku yaa…” aku langsung menaruh
sumpitku dan bersiap menghajarnya. Kedua tangan kakakku ini langsung menyilang
didepan wajahnya. Dia begitu ketakutan melihat gerakanku ini. aku hanya sekedar menggodanya, sedikit gertakan
itu baik demi keutuhan ramenku -,-
“Ampun Yeollie ampun. Jangan
kau taekwondo kakak tercantikmu ini Yeollie. Kau sayangi saja ya. Ampun
Yeollie…”
“Hahaha…begini kan enak.
Makanya jangan minta ramenku atau apapun itu. kalau mau minta, kak Lie beli
sendiri sebelum membelikannya untukku. Ara.”
“Arasso, arasso Yeollie.
Lihatlah, suatu saat ku balas dengan wushu...”
“Wushu pasti kalah dengan
taekwondo, apalagi kau ini perempuan…”
Kak Lie langsung membuang
muka dari hadapanku. Wajahnya cemberut mendengar kalimat yang meng’skak’nya.
Hahaha... cukup Chanyeol, kau terlalu banyak tertawa, tertawamu ini termasuk
sombong. Hmm…baiklah, untung batinku masih sadar dengan sendirinya.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
PLAK
Pukulan
itu membuatku tercengang, aku mengintipnya disudut ruang santai. Baru kali ini
appa kulihat ditampar eomma sekeras itu. dikaki appa juga banyak kertas-kertas
nota, sepertinya itu motif eomma menampar appaku…
“Kau
tau, aku tidak suka kau mengganggu hidupku! Aku muak! Aku membencimu Kyuseok!”
“Apa?
Kau salah jika kuatur. Lihatlah, kau sudah berlebihan dengan hidupmu! Ingatlah
aku ini suamimu…suamimu Hyoshin.”
“Jelas
salah! Aku tidak suka perlakuanmu. Terlebih menyita paksa apartementku!”
“Salah?
Kau pantas mendapatkannya! Aku sudah mengingatkanmu berkali-kali, jaga egoismu
karena aku akan merampas semuanya.”
“Baik,
aku juga akan merampas milikmu. Lihat saja nanti, aku yang akan menang.”
“Tidak
akan Hyoshin, aku yang menang. Kau yang memulai semua ini.”
“Jaga
mulutmu ck. Aku akan menuntutmu saat perceraian nanti. Aku akan merampas semua
saham dan hartamu! Aku akan mengambil lagi apartementku!”
“Coba
saja! telingaku pasti salah, apartementmu? Itu kan apartement tuan Kangjoon,
selingkuhanmu, bosmu, benarkan?”
“Ck!
brengsek. Terkutuklah kau Kyuseok! Terkutuk! Aku akan menceraikanmu!”
PLAK
“Arrggh!”
“Tidak
semudah itu Hyoshin, tidak semudah itu kau menceraikanku! Kau tidak punya hati!
PLAK
Eomma
menampar appa dipipi appa yang belum ditamparnya. Aku tak sanggup melihat semua
ini. tak sanggup…
“Yeollie…Yeollie…bangunlah…bukankah
ini hari pertamamu bersekolah?”
Ya ampun…aku masih ngantuk.
Siapa yang mengganggu mimpiku. Aku ingin tau kelanjutan perkelahian mereka.
Siapa tau aku bisa menengahi bahkan membaikkan mereka agar akur seperti setahun
yang lalu…
“Yeollie…Yeollie…bangunlah…sekolah
baru menantimu Yeollie. Jangan bermalas-malasan…”
BHUGGH
“Aigooo…! Benda apa itu!
Siapa yang melemparkannya padaku….!” Sumpah…kakakku ini benar-benar rindu
kuberi taekwondo ku. Tega-teganya dia memukulku dengan guling raksasa yang
keras itu…padahal itu punyaku lho -,-
“Aigooo…!” kakak Lie
menirukan sepenggal ucapanku. Awas kau ya…
“Apa? Jangan menirukanku..”
“Aigooo…Yeollie cepat
mandi…! SMA Seunggyan akan membunyikan belnya…”
Aku langsung melotot tak
percaya. “Hah? Pabo…aku sampai lupa soal SMA-ku ini…” beginilah aku, kadang
pelupa. Sampai-sampai moment bersejarahku yang ku mulai di SMA impianku itu
terlewat.
“Maka dari itu cepatlah… ku
tunggu dimeja makan.”
Aku langsung mengambil
handukku serta pakaianku dan berlari ke kamar mandi. “Hya Yeollie…kalau mau
berlari jangan disini…dilapangan bola sana…!” jerit kakakku yang cantik itu.
Aku menertawakannya,
“Mianhae…hahaha…” teriakku padanya. Langsung ku tutup pintu kamar mandinya,
takutnya dia akan mengejarku dan memukulku lagi...
“Baik, aku juga akan
merampas milikmu. Lihat saja nanti, aku yang akan menang.” Kenapa pagi-pagi
begini aku sudah disambut suara yang menggelegar dari eomma ya. Walaupun aku
ada dikamar mandi, tetap saja terdengar sampai telingaku.
“Tidak akan Hyoshin, aku
yang menang. Kau yang memulai semua ini.” itu juga, suara menggelegar appa
tidak mau kalah kerasnya. Aigo…aigo…tidak adakah ruang damai dirumahku ini.
mereka seperti anak kecil, ributtt saja... disela-sela acara mandiku, ada
perasaan yang mengganjal. Seperti ada yang terlupa.
“Jaga mulutmu ck. Aku akan
menuntutmu saat perceraian nanti. Aku akan merampas semua saham dan hartamu!
Aku akan mengambil lagi apartementku!” nah! Aku baru ingat, peristiwa ini…ada
didalam mimpiku tadi, sangat persis.
“Coba saja! telingaku pasti
salah, apartementmu? Itu kan apartement tuan Kangjoon, selingkuhanmu, bosmu, benarkan?”
“Ck! brengsek. Terkutuklah
kau Kyuseok! Terkutuk! Aku akan menceraikanmu!” haaaaaa? Benarkah itu suara
eommaku? Aku tak percaya dia menyebutkan nama appaku sekejam itu… aku mencoba
tidak menghiraukan kegiatan pertengkaran appa dan eomma. Aku keluar dari kamar
mandi
PLAK! Benar-benar adegan
yang tidak patut ditiru, dilihat boleh saja asal tidak sengaja. Appa-ku
menampar eomma-ku yang egois. Aku hanya menggeleng-geleng kepalaku melihat
mereka. Kemudian aku langsung menghampiri meja makan untuk bertemu kakakku.
“Dasar, katanya ditunggu
disini. Kenapa dia tidak ada…” rutukku langsung berlari ke ruang tamu. Dan
benar kan, kakakku malah menungguku disana. Beruntung aku langsung memakai
seragamku dikamar mandi.
“Arrggh!” oh, itu erangan
eomma. Tumben sekali dia bisa mengerang ketika bertengkar dengan appa. Biasanya
dia yang jago menantang sampai-sampai dia pantas ku usulkan menjadi seorang
namja.
“Noona Lie…kenapa kau
menunggu disini? Kau sendiri yang berkata menungguku dimeja makan?” kesalku
apalagi kakakku ini asyik memainkan smartphonenya. Aakhhh~
“Maaf Yeollie, aku tidak
tahan disana. Banyak anjing yang menggonggong, makanya aku pindah. Ayo kita
berangkat.” Kakakku sudah berdiri dan membawa tas sekolahku.
“Tunggu sebentar…” kataku
teringat sesuatu hal yang kurang sebelum aku berangkat sekolah.
“Mworago yeollie?” langkah
kakakku terhenti menatapku dengan penuh kebingungan.
“Tidak semudah itu Hyoshin,
tidak semudah itu kau menceraikanku! Kau tidak punya hati!” teriak appa
terdengar sampai ruang tamu.
Sungguh sengit petengkaran
mereka. Karena teriakan itu ku putuskan mengurungkan niatku untuk menghampiri
mereka. Aku ingin berpamitan pada mereka agar mereka tau kalau aku akan keluar
rumah untuk berangkat ke sekolah. Akhirnya aku kembali ke kak Lie dan…berangkat
tanpa permisi. Aku memasuki mobil kak Lie dengan gontai. Aku duduk di depan
bersebelahan dengan kakakku yang sudah menungguku dari tadi.
“Sebetulnya kau kenapa
yeollie?” tanyanya.
Aku menghela nafas, inilah
ungkapan kecewaku pada orangtuaku yang egois hingga aku tidak diberi kesempatan
untuk sekedar berpamitan pada mereka.
“Aku…aku ingin berpamitan
pada appa dan eomma tapi mereka sibuk__”
“Sebaiknya kau mengabaikan
mereka dulu, biarkan mereka terjun sepuasnya dalam masalahnya.” Kemudian kak
Lie mengelus-elus ujung kepalaku. “Jangan merasa sendiri, aku menemanimu selama
mereka berdebat…”
Aku menyungging senyum
paksa, “Ne…terima kasih untuk perhatianmu kak...” kak Lie hanya membalas
anggukan penuh senyuman, kemudian ia menyalakan mobilnya dan mulai mengantarku
ke SMA impianku.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Kami berhenti tepat
diparkiran bebas SMA Seunggyan. Ku lihat kakakku nampak frustasi, seperti
mengkhawatirkan sesuatu. Aku tak tega meninggalkannya dulu walaupun bel
sekolahku sudah dibunyikan.
“Lie-ah, gwenchanayo?” dia
masih menatap lurus ke depan, tanpa menolehku sama sekali. “Lie-ah,
gwenchanayo?” ulangku lagi.
Barulah dia
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ng...Wae yeollie?”
“Astaga…apa kau baik-baik
saja?” sembari menepuk keningku sendiri.
“Ya…hmm, iya. Aku baik-baik
saja. keluarlah, carilah kelasmu ya.”
Ekspresiku berubah masam.
“Kau mengusirku? Kau jahat…”
Dia tertawa, “Bukan begitu,
sudahlah. Masuk ke sekolahmu. Selamat bertemu teman baru.”
Bagiku kalimat terakhirnya
itu sebuah sindiran -_- “Aku tidak akan menemukannya…” balasku
bernada dingin. Bisa juga disebut lesu.
Kak Lie meninju lenganku,
“Jangan putus asa…kau ini tampan yeollie.”
“Ne..ne…terserah kau saja.
aku keluar dulu. Sampai jumpa. Berhati-hatilah saat menyetir.” Aku langsung
keluar dari mobilnya tanpa memberi
kesempatan kak Lie membalas ucapanku tadi.
Hatiku sangat senang, tapi
yang kurasa saat ini adalah DEG-DEG debar hatiku begitu memasuki gerbang SMA
Seunggyan. Ada banyak siswi yang melirikku senyum dan ehem..sepertinya ada yang
terpesona padaku. Aku menyusuri koridor SMA ini, aku harus cepat menemukan
ruang 9. Kurang 4 menit belnya akan berbunyi. Setelah ku menoleh kiri-kanan,
meneliti sudut sekolah. Aku menemukan ruang 9.
Waaaaah…kelasnya bagus.
Inilah SMA yang ku impikan sejak SD. Aku tampak gugup, minder memasuki kelas
ini. ku dengar aku masuk di kelas yang patut di”hati-hati”kan. Begitu kata kak
Lie saat menerima kertas nilaiku dan kecocokan kelasku. Cukup, aku harus mencari
bangku dan tampaknya ini kesialanku. Kudapati semua bangku sudah ditempati.
Sepertinya aku harus duduk disebelah siswi yang berkacamata itu.
KRRRIIIINNGGG
“Anyeong…cheoneun sonsaengnim
Chang Nyun. Saya akan membagikan klipping latihan hari ini. Selesaikan dalam
waktu 3 jam setelah itu silahkan dikumpulkan pada saya. Kemudian silahkan
beristirahat dan mengerjakan klipping selanjutnya. Arraso?”
“Ne arrasso sonsaengnim
Chang Nyun.” Jawabku bersama murid-murid lainnya.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Setelah aku selesai
mengerjakan klipping latihan. Waktunya istirahat ada yang ku herankan, aku
melihat semua murid dikelasku dengan iri. Mereka bisa bicara dengan teman
barunya secara gamblang. Aku? Lihatlah teman disebelahku, depan belakangku,
mengacuhkanku. Bahkan disaat aku menoleh padanya, mereka membuang muka dariku.
Apa salahku? Apa aku menyeramkan seperti monster? Atau mata mereka yang buta
melihat ketampananku. Molla…benar-benar tidak tahu. Maka aku tidak keluar kelas
walaupun untuk membeli makanan atau mengintari sekolah ini.
Ku lihat Chang Nyun sonsaeng
masih sibuk mengoreksi klipping, dia tidak keluar, sama seperti diriiku.
Sesekali aku tak sengaja menyadari bahwa Chang sonsaeng melirikku dengan heran,
heran apa kasihan ya? Ku jawab aku tidak tahu.
KRRRIIIINNGGG
Suara bel kali ini lebih
keras dari yang pertama ku dengar. Sungguh hampir saja merusak telingaku. Semua
murid bergegas masuk. Dan sonsaeng bersiap berdiri. Mungkin dia akan
mengumumkan hasil semua murid.
“Saya akan mengumumkan top
ten nilai terbaik kalian. Dengarkan baik-baik dan saya tidak akan mengulang
lagi.” Kata namja itu. aku sampai menyeka rambutku kebelakang agar telingaku
benar-benar terbuka bebas.
“Satu…(oh, bukan diriku)
dua…(bukan diriku lagi) tiga…(bukan lagi) empat…(aku takkan mendengarkannya,
aku frustasi) lima…(mungkin 6 sampai 10 aku akan mendengarnya) enam Hwangmin
(aku tak mengenalnya, dia yang mana ya…) tujuh Young A Ra (namanya cukup bagus,
pasti dia cantik) delapan Shin Yo Rien, sembilan Park Chanyeol (hah?aku! aku!
Hebat…aku masuk top ten…) sepuluh Park Han Mar. disusul dibelakangnya ada Kim
Jong In. apa diantara kalian ada yang protes?”
“Aniya sonsaengnim.”
Serempak semua murid.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Bel sekolah baru saja
terdengar di sore ini. Sonsaengnim sudah berdiri merapikan buku-bukunya. Semua anak bersemangat merapikan bawaan
mereka, sementara aku. Rasanya bosan dan menyedihkan. Aku muak dengan suasana
kelas ini. jika saja orang tuaku tidak sibuk bertengkar, aku akan minta pindah
dari SMA impianku ini. cih.
“Silahkan
pulang, jangan mampir kemana-mana karena ini masih hari pertama kalian.
Maaf bila saya banyak omong. Jangan lupa
belajar lagi karena saya akan memberi kalian latihan lagi. Sampai jumpa besok
pagi...”
“Arasseyo
sonsaengnim.”
Kami semua menunggu
sonsaengnim keluar dulu. Setelah menunggu kurang lebih semenitan. Semua berebut keluar kelas. Aku memilih keluar
terakhir saja. moodku benar dan sangat
jelek, tidak seindah waktu hari pertama di sekolah SMPku.
Dan sialnya lagi...aku harus
pulang dengan bis! Aku menunggu dihalte tepat diseberang sekolahku bersama
murid-murid yang tidak pernah mengajakku berkenalan atau sekedar menanyakan
namaku, berkata anyeong begitu. >,< Saking kesalnya aku pada orang-orang
disekolah ini, aku alergi meliriki mereka. Huh......>_<
“Mmm...
anyeong. Apa kau sendirian naik bis?”kali
ini aku dengar ada suara seksi yeoja. Aku tidak berani menoleh padanya. Muka ku
akan ku buang ke bawah jika yeoja itu ternyata tidak bicara padaku.
“Anyeong...
hey aku bicara denganmu..”
yeoja itu melambai-lambaikan tangannya tepat didepan mukaku, berlagak seperti
menyembuhkan orang yang kesurupan melamun. “Apa
kau sendirian naik bis? Bukankah kau yang mendapat urutan 9 di top ten tadi?”ungkap yeoja berkacamata
yang berkulit putih dengan rambut panjang hitam yang dihiasi bando berbunga
teratai.
“Mian.
Ku kira kau tidak bicara denganku.” Aku
menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. “Ya, aku sendirian memangnya kenapa? Benar,
itu aku. Kau memperhatikan anak-anak top ten tadi ya??”
Dia tertawa, tawanya
membuatku terasa merinding karena suaranya itu seksi tapi lirih nan lembut...
“Baru
kenal saja kau sudah terlalu percaya diri...”dia
menghela nafas singkat. “Jika
kita satu arah, bolehkah aku ikut bersamamu?”
“Hmm...boleh.
arahku ke Gwandong barat. Kau?”
“Aku
ke Gwangdong utara. Yaaah...kita beda arah...”aku melihat ekspresinya sedikit kecewa
walaupun dia menunjukkan senyum membalas ucapanku.
“Maaf...kapan-kapan
kau bisa ku antar walaupun arah kita beda tipis.”
Lagi-lagi dia tersenyum,
yang ini sempurna karena menunjukkan gigi putihnya. “Ah... tidak peril. Kau hanya
merepotkan diri sendiri.”
kemudian, ada bis arah Gwangdong utara berhenti. Apa dia akan pulang? L padahal aku ingin bicara banyak dengannya.
“Umm...aku
pulang dulu. Semog akau sampai rumah dengan cepat dan selamat.”
“Ne,
gomawo. Kau juga!”
“Iya.” Dia masuk ke bis. Bisa ku
lihat sekarang dia duduk didekat kaca. Dia melambaikan selamat tinggal padaku.
Aku membalasnya dan tersenyum semanis mungkin padanya.
Hufft...Tuhan masih baik
mengirimkanku seseorang ketika hari pertamaku badmood tanpa teman. Tanpa ku
sadari juga kenapa aku lupa menanyakan siapa namanya...aku pabo ya?? Beberapa
detik itu, datanglah bis arah Gwangdong barat. Aku bergegas memasukinya, aku
takut kemalaman.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Cklek---
“Hai semua!!! Yeollie yang tampan sudah pulang...” teriakku yang sudah biasa
ku lakoni sejak SMP kelas 2. Lalu aku mendengar deheman seorang yeoja.
“Se-La-Lu” ujar yeoja yang tidak lain
adalah Kang Lie dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Rumahnya
sepi? Mana suara anjing-anjing menggonggong itu?” aku menaruh tasku ke sembarang tempat di
ruang tamu.
“Ooo...mereka
dipanggil oleh kedua keluarga besar mereka. Bagaimana hari pertamamu?”
Wajahku memasam“Menyedihkan... tidak seperti
yang ku pikirkan walau pun aku mendapat top ten latihan pertamaku.”
“Yeollie...yeollie.
Oh ya, keluarga besar membawakanmu banyak makanan, terutama ramen. Karena
mereka mengkhawatirkan perasaanmu.”
Aku menguap dan melangkah
lambat menjauhinya, “Simpanlah
atau makanlah juga tidak apa-apa. Aku mau mandi, belajar, dan tidur.”
“Kau
tidak makan? Apa di bis kau sudah makan?”
“Tidak,”
“Lalu?
Kau sudah kenyang begitu?”
“Ya.”
“Habis
makan apa memangnya oeh?”
“MAKAN
ANGIN...”
teriakku karena aku sudah jauh meninggalkan noona.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Aku bergegas diri karena
kulihat jam tanganku akan menandakan 30 menit lagi akan masuk sekolah. Aku
berlari menuju pintu depan.
“Yeollie...mau
kemana?”cegah
noona Lie.
“Jelas
ke sekolah, kau tidak tau ya seragam yang ku pakai ini?”
“Maksudku,
apa kau tidak makan dulu? Ramenmu, makananmu dari mereka itu bagaimana?”
“Habiskan
saja...aku buru-buru.”
Dia berdecak, “Lalu kau naik apa? Belnya
kan masih setengah jam lagi.”
“Naik
bis. Iya memangnya kenapa? Kalau kau khawatir dengan makananku. Habiskan saja!
aku bisa beli sendiri.”
“Apa?
Kau ku antar. Makan ramenmu dimobil.”
“Mwo?
Aigo...aish. aku ingin berangkat sekarang. Makannya bisa ditunda kan...”
“Ku
antar! Makan ramenmu dimobil.”
“Hassshh...menyebalkan.
tanggung jawab jika aku tidak dapat bangku.”
“Iya
iya!”
lalu dia memberikanku semangkuk plastic ramen padaku. Ramen ini tidak yakin
bisa ku habiskan, masalahnya porsinya besar. Apalagi karena moodku yang
buru-buru ini. aish....
~_Ħ
Ħ Ħ_~
“Ini!
puas sudah habis kan. Tolong sekalian buangkan.”dengan kasar tanganku memberikan mangkuk
ramenku pada noona saat mobil ini sudah didepan sekolah.
Dia mengangkat kedua
alisnya. “Pintar
yeollie...”lalu ia berganti ekspresi seramnya. “...kenapa harus aku oeh?
Disana kan ada tempat sampah.”
“Pokoknya
sekalian buangkan. Oh ya, tanggung jawab
kalau sampai aku masuk kelas nanti tidak ada bangku untukku.”
“Iya
iya, sudah ku bilang berapa kali ha! Kau tinggal menelponku bereskan.”
“Baiklah
noona. Anyeong..”
Aku menutup pintu mobil
noonaku. Aku berlari memasuki koridor sekolahku. Ketika ku lihat jam tanganku
lagi, untung masih 20 menit lagi. Begitu aku masuk ke kelasku. Wah...masih
sepi. Lalu aku berjalan menuju bangku ku yang kemarin. Teman sebangkuku tidak
ada! Tepat dimejaku, ada selembar pesan
Jangan
duduk disini. Kau pindahlah ke tempat Kim
Jong In.
Aku bingung, apa salahku dan
salah orang yang bernama Kim Jong In yah? Kenapa posisiku dipindah. Whatever,
lalu aku mengedarkan mataku ke semua bangku. Telah ku temukan meja yang
diatasnya ada selembar kertas
Ini
bangku Kim Jong In. Kau bebaslah duduk disini.
Aku meletakkan tas ku
dibangku ini. aku masih heran, apakah manusia yang menulis pesan ini
mengenalku? Kenapa dia menyuruhku duduk dibangkunya orang. Aku masih belum
berani duduk disini. Lalu aku berdiri menatap semua penjuru kelas. Hanya ada
aku, 6 yeoja dan 5 namja. Totalnya 12 orang termasuk aku. Aku mencoba
menghampiri yeoja berambut hitam kemerahan yang ada duduk dibelakang bangkuku.
“Anyeong,
maaf. Apa kau yang datang pertama dikelas ini?”
“Nado...oh,
bukan aku. Tapi kalau tidak salah ya dia.” Ia
menunjuk ke seorang yeoja berambut pendek bergaya seorang namja.
“Oh,
gomawo.”
“Ne.”
“Tapi
apa kau tau namanya?”
“Mianhae,
aku belum berkenalan dengannya.”
“Oh,
baiklah...”
Aku berjalan menghampiri
namja itu, ah! Maksudku dia itu yeoja. Sungguh, ku akui jika aku berjejer
dengannya. Mungkin dia adalah orang yang menandingi ketampananku. Lihatlah
penampilannya, menurutku namja-namja yang datang lebih awal tidak memiliki
penampilan cool sepertinya. Yeoja itu membaca komik dan sedang memainkan permen
karet dimulutnya.
“Anyeong...maaf
aku boleh bertanya sebentar.”
“Hmm.” Dia menjawab tanpa menoleh
padaku. Hawanya bisa kurasakan bahwa ini hawa judes seorang namja, bukan yeoja....sekali
kutekankan, bukan yeojaa...
“Apa
kau yang datang pertama dikelas ini?”
“Shin
Young Rien imnida. Iya, aku datang pertama setelah dia.” Dagunya menunjukkan ke
yeoja berambut cokelat panjang dengan pita yang ditengah-tengahnya ada bunga
teratai. Hay, sepertinya aku pernah bertemu sebelumnya. Ah tidak! Mungkin aku
salah lihat kali ya...sebentar! aku akan menatapnya teliti lagi.
“Kenapa?
Apa kau ada perlu dengannya?” ku
dengar dia menghela nafas. BRAK. Dia memukul mejanya sampai mengagetkanku. “Oeh namja! Jangan menatapnya lama-lama. Nanti kau jatuh
cinta padanya.”
“ah,
mian-mian. Maaf, aku Chanyeol imnida.
Apa kau mengenal dia?”
“Dia
kan yang kemarin ku lihat bicara denganmu dihalte Chanyeol-shii... Dia Young A
Ra, couple-anku.”
Dengan ekspresiku yang
lumayan shock. “Jinja?” nadaku sedikit meninggi.
Aku menarik nafas “Maaf,
kalau begitu apa kau tau siapa yang memindahkan bangkuku.”
“Itu
aku! Kau tidak suka?”nadanya
seperti memarahiku ._.
“Bukan
begitu ah...maksudku_”
“Aku
harus mengabulkan permintaan coupleku. Jangan membuatnya kecewa.”
Aduh...aku tidak tahan
dengan yeoja ini. emosinya tinggi sekali menghadapiku. Jika aku terus
meladeninya, bisa saja aku yang pingsan dicekiknya. Aku pergi tidak
menanggapinya apa-apa lagi. Aku berpindah menuju bangku yeoja Young A Ra, dia
sedang memainkan tablet booknya.
“Apa
aku mengganggumu?”
ucap sedikit gugup, dia menghentikan kegiatannya.
“Tidak
sama sekali.” Dia
menyungging senyum padaku. Mengulurkan tangannya padaku. “Young A Ra imnida. Maaf
kemarin aku lupa memperkenalkan diri. Maaf juga ya atas kelakuan Young Rien
padamu.”ketika
aku menjabat tangannya, ada sensasi aneh.
“Chanyeol
imnida. Gwenchanayo, jangan dipikirkan lagi. Aku mengucapkan terima kasih
karena kau sudah mengajakku bercanda dihalte dan...memindahkan bangkuku.”aku hendak melepaskan
tanganku, tapi dia masih menggenggamku. Dia menarikku seperti menyuruhku duduk
disebelahnya.
“Cheonma
Chanyeol-shii. Apa kau keberatan jika kupindah bangkumu?”
“Tidak
sama sekali. Mmm...bisa kau sebutkan alasannya?”
Ia terkekeh geli. “Mudah saja, aku sedang
bertengkar dengan Kim Jong In. selain itu, ku lihat kau kurang nyaman dengan
teman sebangkumu kemarin.”
Aku juga tertawa, “alasan yang ada-ada saja.” hehe, aku tertawa lagi. Dia
juga tertawa.
“Biar
saja, yang penting hatiku puas. Oh ya, aku lupa. Nanti kau duduk bersama Hwangmin,
tenang saja. dia baik dan mudah berinteraksi dengan siapa saja.”
“Termasuk
dengan siput?”aku
coba menggodanya.
Dia terkekeh dengan
manisnya. “Chanyeol-shii,
kau menghinanya.” Dia
tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Siapkan
peralatan tulis kalian. Kita akan memulai mengerjakan lagi.” Suara berat dari
sonsaengnim menghentikan guyonan kami.
“Tak
kusangka ternyata sudah masuk.”kataku
akan berdiri.
“Iya,
kita terlalu asyik sampai bel berbunyi pun.” Dia
terkekeh geli, anak ini murah senyum dan mudah gembira. Entah kenapa, dia
sangat...manis, terutama suaranya begitu indah.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
“A
Ra. Kenapa kau mendekatinya lagi ha?”
“Terserah
aku.”
“Lalu
kenapa kau memindahkan bangkuku? Apa kau ingin berdekatan dengannya?”
“Diamlah
Jong In! bukan urusanmu. Andai saja waktu itu kau tidak memulai
pertengkarannya, mungkin tidak akan terjadi kupindah paksa!”
“Devil
May Care! Hanya alasan! Aku akan menjauhkanmu darinya, Young A Ra...”
“Ck,
pergilah sana...”
Young A Ra bertengkar, sama
namja yang bernama Jong In... yang dia maksud apa aku ya... tak sengaja itu aku
mendengar perdebatan mereka didekat jendela luar kelas. Tiba-tiba ada yang
memegang pundak kananku. Aku jelas agak kaget.
“Sedang
apa kau disini?”
Aku segera membalikkan
badan. “Eh,
tidak ada...” aku
harus mengalihkan kecurigaannya Young Rien. “...apa
kau tau kamar mandi pria? Bisa kau antar aku kesana.”
Dia melipat kedua tangannya
didada. “Tau.
ayolah.”aku
berjajar mengikutinya, “Apa
kau belum pernah berkeliling seisi sekolah?”
Aku menggeleng-gelengkan
kepalaku.
“Ah
kau ini... sepulang sekolah nanti, ku temani kau berkeliling.” Langkah kami terhenti. “Nah, itu kamar mandinya. Ku
tunggu disini, aku khawatir jika kau tersesat.”padahal aku mau menjawab tidak perlu
menungguiku tapi...menurut saja daripada aku dihajarnya. Aku pura-pura lama
dikamar mandi, kebetulan juga semua kamar mandi itu sepi.
“Young
A Ra, kau kenapa sayang?”itu
pasti suara Young Rien, ya tuhan betapa berat kerasnya suara anak itu sampai
kedengaran didalam kamar mandi ini.
“Jong
In. dia...menyakitiku. dia mengancam aku dan Chanyeol.”
“Sial!
Anak itu beraninya membuat coupleku menangis.” Hah? Menangis? Ya tuhan, jangan biarkan
yeoja manis itu menangis. Batinku didalam sini.
“Lalu
dia memaksaku, mau menjauhi Chanyeol atau melihat Chanyeol dikerjainya. Aku
harus bagaimana...”
“Biar
dia yang ku urus. Tenang saja ya A Ra sayang...sekarang pergilah dulu dan duduklah
ditempatku sementara.”
“Ne.”sepertinya ku dengar Young A
Ra sudah pergi.
“CHANYEOL-SHII...CEPATLAH...”bentak Young Rien dari luar.
Baiklah, aku keluar.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Sudah waktunya pulang
sekolah, aku hanya menunggu Young Rien menemaniku berkeliling sekolah ini. saat
ku lihat bangkunya, dia berkumpul dengan 2 yeoja. Satunya tidak ku kenal,
satunya lagi itu...Young A Ra. Aku segera membalikkan badan, pura-pura tidak
mengintip mereka.
“Kajja.” Tangan Young Rien sudah memegang
mesra tangan Young A Ra. Ya tuhan, bahkan mereka lebih mesra dibanding sepasang
kekasih. “Oh
ya, kenalkan, ini teman baru kita.”
Tangan Young Rien memperkenalkan yeoja berambut pendek cokelat yang tak ku kenal itu.
“Bangapda,
Park Han Mar imnida...”ia memberi senyum indah itu
padaku. Dia cantik, menyerupai Young A Ra. Jangan-jangan dia titisannya lagi
(?)
Aku juga memberi senyum
termanisku,“Nado
bangapda, Chanyeol-shii.”
“Nah,
kau jalan dengannya. Kau bercouple dengan Han Mar. aku harus dengan Young A Ra.”
Dasar, padahal aku ingin
berjalan dengan Young A Ra. Baiklah, sekali lagi aku pasrah setiap berurusan
dengan Young Rien ini. huft...aku harus lihat sisi positifnya. Paling tidak aku
sudah mendapatkan teman yang super baik dihari awal sekolahku seperti mereka.
Ditambah juga, biarlah walau aku tidak bergandeng dengan Young A Ra, setidaknya
sudah dapat yang mirip seperti Han Mar ini. hihihi~
~_Ħ
Ħ Ħ_~
“Hai semua!!! Yeollie yang tampan sudah pulang...”aku langsung berjalan menuju
kamarku. Hari ini begitu letih apalagi mengelilingi sekolah yang sebesar tadi.
Kakiku nyaris saja patah.
“Habis
dari mana kau?”
sambut eomma yang tidak patut diucapkan saat penyambutan diriku sepulang
sekolah seperti ini. “Apa
kau bermain dengan yeoja? Atau berpesta di clubbing?”aku tak menanggapinya.
Kenapa tidak kemarin-marin saja dia memperhatikanku seperti ini ha?
“Oemma,
biarkan dia istirahat dulu. Appa yakin dia tidak berbuat yang tidak-tidak.”
“Sudah!
Biarkan aku yang bertanya. Aku gemas melihatnya pulang jam segini! Terlambat
satu jam lamanya.”
Yayaya...terserah kau omong apa tentang diriku. Aku tak menanggapimu. “Chanyeol! Jawab eomma, kau
habis darimana? Kenapa baru pulang jam segini? Kau pasti lama bermain. Bermain
dengan siapa saja ha?”lama-lama
aku benar muak dengannya. Aku sudah mengepalkan tangan kananku yang
membelakangi pandangannya.
“Kau
habis minum kan? Habis merokok? Kau habis bermain dengan yeoja, atau berduaan
dengan namja disekolahmu? Lihatlah, raut matamu tidak bisa membohongiku.”lanjut manusia yang kusebut
eomma itu. Cukup! Aku kesal dengan ocehannya.
“EOMMA.
Aku tidak dari mana-mana. Semua itu fitnah!Omong kosong! Aku ada urusan
disekolah, titik.”
“Iya,
urusan itu adalah bermain dengan yeoja murahan. Ya kan?”
“CUKUP
EOMMA! Omonganmu keterlaluan! Jangan bicara jika kau tidak punya buktinya.
Jangan menanyaiku tentang apa pun karena kau sudah mengacuhkanku! Aku sudah
besar, jangan bertanya dan jangan bicara lagi padaku.”biarkan aku bernada keras,
aku hancur karenanya. Dia pantas mendapatkan itu!
“Yeol!
Kau! Jangan mengguruiku. Jawablah semuanya Yeol!”
Aku berjalan menjauhinya
seolah tidak terjadi apa-apa. “Apa!
Aku sudah menjawabnya kan?! Jangan bicara lagi denganku!”aku menutup keras pintu
kamarku. Aku benci dengan keadaan ini. andai saja dia tidak egois karena
jabatannya, pasti aku tidak membenci mereka, pertengkaran mereka. Terutama
eomma.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Tidak terasa waktu memang
cepat berputar. Aku sudah 2 minggu bersekolah disini. Semua mata pelajaranku
tidak ada nilai 8-nya. Aku memang brilian seperti Young A Ra. Sampai-sampai aku
dan dia saling salip menyalip peringkat yang tiap hari diberikan sonsaengnim.
Sekolah ini benar-benar hebat! Menguji otakku. Bukan menguji mentalku seperti
dirumah -__-
Tapi kadang-kadang aku juga
muak melihat namja yang bernama Jong In itu. sudah berkali-kali ia gagal
memisahkan kedekatanku dengan Young A Ra. Dia itu kenapa sih? Apa dia cemburu?
Pernah aku membuatnya jera sampai-sampai ia membolos sehari. Ketika dimana aku
dan Young Rien, si yeoja berparas namja, ku ajak bekerja sama mengerjainya. Aku
bagian menaruhnya kelereng dan seliter
air yang kucampur sabun cuci piring.
Saat dia sudah didorong,
ditakut-takuti Young Rien agar melarangnya membuat Young A Ra menangis. Si Jong
In itu mundur-mundur dan kena jebakanku. Dia kesakitan, bahkan lucunya lagi dia
mengadu pada dua tangan kanannya, Hwangmin dan Taemin dan berkata “Uhuhuhu...tolong aku. Young
Rien, dia..hiks, dia mengancamku dan mendorongku ke lantai yang
licin.hiks..ck,ini sakit.”
Duh...duh...dia nadanya
mirip seorang yeoja yang centil. Aku dan Young Rien tidak henti-hentinya
menertawainya. Dihari itu adalah moment yang paling mengesankan yang pernah ku
lakukan dalam jahil menjahili.
“Chanyeol...kau baik-baik saja. Chanyeol...” lalu sebuah tangan putih
kurus dilambai-lambaikan didepan wajahku.
“Eh,
Park Han Mar. ada apa?”
“Tidak
ada. Hanya saja aku khawatir jika kau gila.”
“Memangnya
aku kenapa? Ada yang salah?”
“Ada.
Kau tersenyum, tertawa sendiri sambil menggelengkan kepalamu.”
Aku mengacak ujung
kepalanya, termasuk poninya juga. “Han
Mar-Han Mar, siapa suruh kau memandangiku ha?”
Dia tersenyum, senyumannya
manis, sungguh dia ini titisannya Young A Ra. Ada rona memerah dipipinya. Aku
suka melihatnya memerah karenaku. Haha. “Hatiku
yang menyuruhnya. Siapa suruh kau punya wajah tampan seperti ini.” dia mencubit-cubit pipiku.
“Yaa!
Jangan serang pipiku.....”dia
melepaskan cubitannya, aku mengelusi pipiku. “Kalau aku tidak tampan, kau mau ya memandangi
wajah Young Rien. Dia kan setampan diriku.”
“Ck,
dia itu yeoja. Aku tak mungkin memandanginya. Aku masih normal Yeol! Seperti
ini...”tiba-tiba
saja aku terkejut ketika dia mencium sudut bibirku. Aku tidak berani membalas
apapun. “...Aku
mau ke kamar mandi dulu...”kemudian
dia menyeka bibirnya sendiri dan pergi dengan wajah datarnya. Awas ya, kau
harus tanggung jawab jika aku gila karenamu Park Han Mar...
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Ketika aku berjalan-jalan menyusuri koridor
sekolah. Aku menemukan yeoja yang dari tadi membuat hatiku mengganjal. Dia
sedang duduk dibangku itu sendiran, melihat air mancur sendirian.
GREB~
Aku memeluk bahunya.“Young A Ra, kenapa sendirian
disini? Kemana kekasihmu itu?”
“Oh
Chanyeol. Kekasihku yang mana? Yang
normal apa abnormal.”nadanya
sedikit lirih, apa dia sedang galau?
“Jelas
si Young Rien itu lah. Dia kan kekasih normalmu.” Aku tertawa, mencoba mengajaknya bergembira
karena ocehanku.
Dia terlihat menahan
tawanya, “Aish,
berarti aku abnormal jika menyukai namja ha?”ia
mendongak, “Young
Rien-ah sedang ke kantin sama Han Mar.”
Aku geli melihatnya, “Tidak juga.” Mungkin ini saat yang pas,
aku tidak mungkin kuat menahannya lagi. “Young
A Ra, kau baik-baik saja kan?”
“Jelas,
aku tidak jadi menangis karena kehadiranmu pabo!”
Aku tertawa, jarang sekali
dia memanggilku pabo. biasanya si smart. Haha. Aku memegang kedua tangannya. “Walau menurutmu ini terlalu
cepat atau terlarang, aku tidak bisa menyembunyikannya. Aku...menyukaimu
dan...menyanyangimu Young A Ra...”
Dia melepaskan lembut kedua
tanganku yang memegangnya. Apa ini tanda dia menolakku atau mau membalasnya
dengan memberi ciuman padaku? Pikiranku ah, aneh-aneh.
“Chanyeol-ah,
sebetulnya aku...sudah menyukaimu tapi ada yang melarangku. Chanyeol-ah maaf,
kau...berhentilah menyukaiku...aku takut Jong In akan...mencelakaimu. Chanyeol
jebal, berhentilah menyukaiku.” Dia
mengelus salah satu pipiku dengan tangannya. Hampir saja aku jantungan
mendengarnya. Chanyeol...kau harus kuat, kuat, kuat, keberuntungan belum
memihakmu... Tapi kenapa harus Jong In yang dia permasalahkan, padahal Jong In
lebih baik daripada aku. Hanya saja dia lebih muda dariku. Aish...sepertinya
aku tidak terima dan mulai menyimpan dendam pada...maaf, padamu Young A Ra.
“Aku
mengerti...” aku
menyungging senyum kecewaku padanya. Aku beranjak dari bangkunya dan mengusap
ujung rambutnya lalu meninggalkannya. Satu lagi panah sakit yang kuterima
setelah eommaku yang memberikannya.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
Kata Young Rien, ini adalah
tempat favorit anak-anak SMA ini untuk berpacaran atau bahkan meluapkan emosi
mereka seusai sekolah. Salah satu sonsaengnim pun katanya juga pernah berteriak
disini karena dia sedang emosi melihat anak ternakalnya. Aku sedang menyendiri
diatap sekolah ini.
Kadang ku lihat mereka
berciuman apalagi dengan tangan nakalnya yang meraba tubuh dalamnya dibalik
seragam itu. ada keramaian juga, ada juga yang menangis, macam-macam. Sekolah
ini multifungsi juga ya. Posisiku tepat dipinggir, jika aku terpeleset maka aku
sudah jatuh ke lapangan dasar sekolah ini.
“OEH
CHANYEOOOLLL...”
kurasakan orang itu memegang
pundakku dengan mengagetkanku. Aku mendengar suara itu adalah seorang namja.
Dan sialnya, saking kerasnya dia mengagetkanku. Aku sudah melayang dan bersiap jatuh ke lapangan dasar, tidak
ada yang menolongku...bahkan aku tidak tau siapa yang sudah secara tidak
langsung mendorongku seperti ini, disaat aku benar-benar termenung.....
(_Chanyeol
POV END_)
~_Ħ
Ħ Ħ_~
(_Author
POV_)
“Chanyeol...hiks...kenapa
kau pergi...aku...hiks...aku ingin bercanda seperti sejam yang
lalu...hiks...hiks...”
“Sudahlah
Han Mar-ah, relakan Chanyeol. Menurut saksi, ini murni takdir, murni kecelakaan
tunggal...”
hibur Young A Ra.
“Tapi...hiks...aku
belum sempat mengungkapkan perasaanku...hiks...aku ingin kembali ke masa
lalu...hiks..”
“Park
Han Mar, mustahil kau merubahnya. Aku juga sedih karena aku belum sempat
mengajaknya bersepak bola.”tambah
Young Rien.
Kini mereka sudah melihat
jasad namja itu diangkat oleh pihak kepolisian.
Sementara didekat tangga, Kim Jong In tertawa melihat peristiwa itu
bersama dua rekannya dikiri kanannya.
“Akhirnya
rencana kita berhasil.. Hwangmin, Taemin, gamsahamnida.”
“Tidak
masalah Jong In hyung...selama ini membuatmu bahagia, akan kami lakukan.
Benarkan Taemin?”
“Hmm...tapi
apa kau yakin kita tidak ditangkap polisi.”tanya
polos Taemin
“Tentu
saja tidak, karena kita yang akan selamat.” Kim
Jongin tersenyum dengan liciknya.
~_Ħ
Ħ Ħ_~
“Aku
legaaa... Young A Ra akan bebas menjadi milikkkuuuu...” teriak Jong In saat
memasuki kelasnya. Hwangmin dan Taemin hanya tersenyum melihat pemimpinnya
bahagia. Mereka membereskan tasnya. Jong In menghampiri bangku milik Young A
Ra.
“Young
A Ra...saranghaeyo muaachh.”
Jong In kegilaan mencium bangku itu.
Kemudian Jong in beralih
menuju bangkunya sendiri, saat merapikannya. Dibangkunya itu ada tulisan
berspidol merah.
AKU
AKAN MEMBALASMU SAMPAI HATIKU PUAS
“Kenapa
ini... apa jangan-jangan dia...”kata
Jong In yang sangat keheranan.
“Jong
In hyung...kau bicara dengan siapa?”
tanya Hwangmin yang sudah menggendong tasnya.
“Tidak
ada. Hanya saja ku pikir apa ada hantunya Chanyeol...”
“Ah
hyung ini! jangan percaya hantu, kau hanya ketakutan...”
“Mm...mungkin...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar