Harurainblue
present
Tittle
: Love In Trap – Sequel from prolog Special Leader
Author
: VieyRaaMoimoi
Genre
: Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length
: Chaptered
Main
Cast :
-
Baek Hyun
-
Kris
-
Suho
-
Sehun
-
Tao
Dll,
Ryu
Gak, Gyu Rim, and other’s (OC)
Disclaimer
: Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama
untuk imajinasi semata.
This
story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t
copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Author
Note : Aku sengaja membuat tokoh utama yang agak beda dari Su Ho yang ada di
Special Leader itu. Jadi nggak mesti baca FF Special Leader dulu. Nggak maksa,
cuman FF itu adlh prolognya jadi biar tau tuh sejarah sblumnya itu gimana…
bakal tetep nyambung meski langsung baca yg ini. yang pnting reader-nim
membacanya tidk trburu-buru… jangan lupa rileks sblum baca.
Special
present fanfiction comeback of me. Semoga kalian-nim terhibur. aku membuatnya
udah semampunya.
Summary
: “aku berusaha untuk menghapus cinta terlarang ini. jika seandainya aku tidak
bercinta dengan namja yang menjadi musuh perusahaanku… mungkin cinta kami akan
wajar terjadi…”
LOVE
IN TRAP
Baekhyun
POV
“Annyeonghaseyo,
bangapda naneun Byun Baek Hyun-imnida. Usia 22 tahun.” Ucapku setelah yeoja
berjas putih menyuruhku memperkenalkan diri.
Seorang
yeoja disampingnya itu melihat-lihat data-dataku yang ku bawa saat melamar
kerja perusahaan ini. lalu dia menatapku penuh keraguan. “Sebutkan alasanmu
mengapa kau memilih melamar pekerjaan diperusahaan Glow Eyes Publishing
Company?”
“Karena
saya ingin mengabdikan bakat yang saya miliki untuk perusahaan ini.”
Yeoja itu
membulatkan mulut kecilnya, “Bisa kau jelaskan asal mulanya kau mengenal
perusahaan ini?”
“Waktu itu
saya memiliki teman baru yang tidak sengaja ku tabrak. Kemudian kami berteman
baik dan dia menanyaiku tentang bakatku. Lalu dia menceritakan pekerjaannya di
perusahaan ini. dia berkata bekerjalah diperusahaan itu, kau pasti sejahtera
disana.”
“Siapa
namanya? Kau melamar sendiri kan? Bukan dilamarkan dia kan?”
“Namanya
Zhang Yi Xing dan saya benar-benar melamar sendiri.”
Yeoja itu
bertanya keraguan pada yeoja berjas putih. Ku harap mereka tidak membicarakan
yang tidak-tidak. “Kau tidak salah menyebut Zhang Yi Xing bekerja diperusahaan
ini?”
“Aniya
eonnie.”
Yeoja
berjas putih itu berdiri dan membawa dokumenku, “Tunggu sebentar. Aku akan
mengeceknya langsung ke presdir. Eun Kara, tetap lanjutkan interviewnya.”
“Semoga
kau tidak mengarang cerita ne.” timpal yeoja satunya berjas abu-abu.
Aku
mengangguk yakin. Aku tak mungkin berbohong apalagi pada orang yang bukan
siapa-siapaku. Jika itu sampai terjadi, berarti aku bukanlah Byun Baek Hyun.
Aku masih ingat bagaimana Zhang Yi Xing itu memperkenalkan kartu kerjanya yang
resmi padaku. Jadi, aku baik-baik saja meskipun masih diragukan.
>>>>
Author
POV
“Bisa
ijinkan aku bertemu presdir Su Ho?” tanya yeoja yang menginterview Baek Hyun
pada petugas keamanan tidak jauh dari pintu presdir perusahaan itu.
“Geure, silahkan
masuk.” Ucap petugas itu mempersilahkan yeoja itu masuk ke ruangan itu.
Ia masuk
dan disambut oleh pintu yang ringan dibukanya. Setelah itu memberi hormat
“Presdir Su Ho, ada waktu sebentar?”
Su Ho
menghentikan membaca-baca dokumennya, “Silahkan.”
“Presdir,
kami mendapat pelamar baru. Dalam interview kami dia menyebut pekerja baru
diperusahaan kami yang sebenarnya tidak ada dalam daftar pekerja sini presdir.”
“Langsung
saja siapa namanya.”
“Pelamar
itu menyebut Zhang Yi Xing. Apa dia adalah pekerja asing? Presdir mengenalnya?”
“Aku
mengenalnya. Katanya dia bekerja sudah seminggu yang lalu. Kalau belum entry,
masukkan dia ke daftar pekerja. Kelihatannya memang berbakat.”
“Tapi
presdir…”
“Lanjutkan
saja interviewnya sebelum pelamar itu kebosanan menunggu.”
Yeoja itu
terpaksa menurut, “Baik presdir.” Yeoja itu memberi hormat.
>>>>
Baekhyun
POV
Yeoja itu
masuk ke ruangan lagi dengan wajahnya yang terpaksa menurut. Mungkinkah dia
habis berdebat dengan presdirnya. Rasa penasaranku lebih baik ku pendam dulu.
“Bagaimana?”
tanya yeoja yang menungguiku tadi.
Yeoja itu
duduk dan menghela nafas, “Pemeriksaanku tidak pernah salah. Data mengatakan
tidak ada tapi, presdir bilang orang itu pekerja sini.”
“Mencurigakan.”
Aku
mendehem, “Mianhae, apa urusanku sudah selesai?” tanyaku membuka suara karena
aku mulai jenuh dengan perdebatan yang ada didepanku.
Yeoja
berjas putih itu berdecak, “Interview berakhir. Selanjutnya kau jawab
pertanyaan disini.” Yeoja itu menyodorkan tablet book padaku yang sudah terlihat
banyak soal dimataku. Sanggupkah aku menjawab semuanya??
“Durasinya
berapa?”
“Maksimal
40 menit.”
Aigoo… aku
mengeluh untuk soal kecepatan. Andai aku pengujinya, sudah ku rubah menjadi
waktu minimal. Kejamnya memberi waktu sesempit ini.
***
Yeoja
berjas putih itu menatapi serius layar tablet book yang berisikan jawabanku.
Rasa berdebarku semakin membara ditambah lagi ruangan ini bernuansa mencekam
yang berisikan aku seorang dan namja ini. untuk temannya, dia sudah pergi saat
aku sedang mengerjakannnya tadi.
“Daebak,
ku ucapkan selamat tuan Byun Baek Hyun. Skor anda menakjubkan.” Ia mengulurkan
tangannya.
Aku
menjabat padanya. “Gamsahamnida, gamsahamnida.” Kemudian telfon disebelahnya berdering.
“Halo
disini perusahaan Glow Eyes Publishing Company….Oh mianhae Presdir Suho,
waeyo?....(yeoja itu memutar matanya lalu melirikku)….tapi presdir
yakin….baiklah presdir….” Yeoja itu menutup telfonnya, “Jarang sekali presdir
memanggil pekerja barunya. Presdir memintamu menemuinya diruangannya.”
Aku sediikit
terkejut, bukannya rumor yang selama ini ku dengar. Presdir perusahaan ini
menuntut pelamar yang diterima disini harus berhasil dan hebat sebelum bertemu
diruangannya. Ah, aku memikirkan hal yang sia-sia.
Aku
membungkuk hormat pada yeoja itu dan membawa tas ranselku keluar ruangan.
Seperti ada kejanggalan saja dalam hidupku ini. yang salah perusahaan ini atau
hidupku saja yang merumitkan otakku.
***
“Oh sudah
datang, silahkan duduk.” Sambut senyum presdir entah siapa namanya aku belum
tau itu. yang ku dengar presdir mereka adalah tuan bermarga Choi.
Aku duduk bersebrangan sesuai perintahnya, dan
terbanyang sudah otakku menebak apa yang akan ditanyakan atau dilakukan oleh
presdir ini. apa dia akan… akhhh, sudah lah. Didepan atasan tidak boleh berfikiran seperti ini.
“Perkenalkan
aku presdir baru di perusahaan tuan Choi, Presdir Suho. Kau pasti Byun Baek
Hyun yang berumur 22 tahun kan?”
Aku mengangguk, “Ne Presdir.”
“Karena
ingin ku persingkat saja sebelum hal yang lebih fatal akan terjadi. Kau mau kan
menjadi professional di mata presdirmu.”
Aku
mengangguk pasti, “Ne Presdir.”
Atasanku
bernama Suho itu memajukan tubuhnya, “Hari ini ialah hari pertamaku bekerja
sebagai presdir semua perusahaan induk tuan Choi. Tak ku sangka banyak keganjilan
dan kejadian yang membuatku shock seperti pesan singkat yang ku terima
mengatakan bahwa Sehun, dia itu kekasihku…akkhhhh.” Dia menggaruk kasar
kepalanya.
Aku
berhasil terkejut dibuatnya. Ternyata selera presdir tidak jauh dengan anak
buahnya, menyukai sesama namja. Untung aku tidak termasuk orangnya.
“…maksudku
asistenku, disini dia menjabat manager pribadiku. Kejadian itu terjadi beberapa
menit yang lalu setelah ada perwakilan dari perusahaan cabang China yang menginginkan
Sehun yang menemuinya.”
“Lalu
tugas saya apa presdir?” potongku karena telingaku bosan mendengarnya.
“Cari tau
apa yang terjadi atas penculikan Sehun. Usahakan kau juga membawa Sehun dengan
selamat.”
Aku
terbelalak, “T...Tapi presdir. Bakatku membuat anime dan aku ti__”
“Aku tau
itu, tapi siapa lagi yang ku harapkan untuk tugas ini. aku yakin jiwa namjamu
akan keluar saat kau menyelidiki kasus ini…atau begini saja. kau lakukan ini,
lalu perlahan aku akan mengangkat tinggi jabatanmu sesuai dengan bakatmu itu.
bagaimana?”
Aku tidak
yakin jika jiwa namja itu benar dikatakan oleh presdir ini. masalahnya
terkadang aku sendiri yang celaka saat membantu orang. Aku sendiri bingung ada
apa dengan diriku ini. makanya tidak salah jika aku dicap sebagai egois, aku
hanya takut diriku yang malah celaka dan tugas penyelidikan ini akan
berantakan.
“Geure
presdir. Akan ku lakukan semaksimal mungkin.” Jawabku setulusnya dihadapan
namja ini.
“Silahkan
dan terima kasih.”
Aku
membungkuk hormat dan pamit. Ia membalas senyum dan anggukan kecil yang
sebenarnya ku rasakan karena terpaksa. Aku tau atmosfir diruangannya itu
menjadi lebih pilu karena namja yang jadi asistennya itu hilang atau diculik
atau dipinjam, entahlah. Istilah dari ketiganya kan hampir sama.
Ku seriusi
niatku dalam setiap langkah dikarpet abu-abu lorong kantor ini. pandanganku
membuat langkahku berhenti saat di dekat tong sampah, aku menemukan smartphone
yang nyaris akan pecah. Setelah ku coba, ternyata masih hidup.
Mataku
tertuju pada pintu didekat tong itu. tidak jauh dari dugaanku. Ada keganjilan
di dalam pintu ruangan meeting umum ini. ku coba membuka pintu kaca ini
tapi…sial, ini terkunci.
Aku baru
beberapa menit bekerja disini. Tidak mungkin aku harus meminjam kunci ruangan
ini dengan alasan penyelidikan pribadi kan. Mereka pasti menertawakanku dan
berkata, ‘kapan namja ini tumbuh besar dengan permainan anak kecilnya.’
Menyedihkan! Berulang kali sudah aku mendengarnya saat menolong kasus orang.
Cih.
Aku
menghampiri bagian lobby utama, “Maaf, apa
anda tau tuan Sehun keluar dengan siapa?” tanyaku pada yeoja berkulit kuning
langsat itu.
“Tuan
Sehun sedang keluar bersama perwakilan cabang China ,tuan” bahjan saat menjawab
pun, yeoja itu tidak menatap wajahku.
“Perwakilan
China itu siapa namanya dan mereka keluar sudah berapa lama?”
“Namanya
tuan Hwang, mereka pergi sejam yang lalu.”
Aku
mengeluarkan smartphone yang ku temukan tadi, “Kalau begitu, apa anda tau ini
ponsel milik siapa? Aku menemukan ini didekat tong sampah ruangan meeting umum.”
Yeoja itu meraih ponsel itu, lagi-lagi tidak menatap wajahku, perasaan curigaku
semakin memupuk
“Dari data
yang kami miliki, tidak ada pekerja yang memilikinya. Ponsel ini mirip dengan
presdir baru kami, Presdir Suho.”
Aku
meng’oh’kan, “Lalu apa kantor ini memiliki CCTV?”
“Ne tuan,
setiap ruangan dan lorong kami pasangkan CCTV.”
“Bisakah
aku melihat CCTV dari 90 menit yang lalu?”
“Mian
tuan, berkas CCTV kami sudah menjadi rahasia perusahaan sejak dulu.”
Aku
mengangguk kecewa, lalu berjalan keluar kantor. Hanya CCTV itu bukti dari
penyidikanku dan sialnya kenapa bisa menjadi rahasia. Lalu jika ada perampok,
apa CCTV itu juga tetap dirahasiakan. Seolah-olah CCTV itu tidak berpengaruh
dalam kasus itu…
Ketika aku
sudah diluar, akalku memunculkan ide baru. Aku mengintip yeoja tadi dari hiasan
tumbuhan didekat kaca. Bukan karena suka, aku hanya memastikan gerak-geriknya.
Benarkah dia ada sangkutnya dengan kasus ini.
Ku lihat
yeoja itu mengedarkan pandangannya ke semua arah. Disana memang sepi karena jam
kerja. Dia tersenyum, lalu menelpon seseorang lewat ponselnya.
Dari cara
mulutnya berbicara, sepertinya dia memberitahukan bahwa ada orang yang
mencurigakan yang datang kepadanya. Kupandangi geriknya terus, sampai pada
akhirnya dia melirik ke arahku. Secepat itu pula, aku langsung mencari jalan
lain untuk mencari info yang ada.
***
Feelingku
yang membawaku untuk mengintari halaman perusahaan baruku ini. Aku berjalan
menuju lapangan parkir itu. sepi, hanya ada beberapa satpam. Lalu beberapa saat
setelah langkahku semakin maju menyusuri tempat ini.
Mataku tak
percaya melihat dua namja yang sedang diam-diam membicarakan sesuatu. Salah satunya adalah Zhang Yi Xing (Lay) yang
ku kenal. Nampak mencurigakan. Inisiatifku ialah, mencoba berjalan agak dekat melewati
mereka, pastikan bahwa telingaku menangkap beberapa informasi.
Sekarang
langkah ku hampir dekat dengan mereka, sudah ku siapkan telingaku yang terbuka
lebar dengan property ponsel yang ku temukan tadi untuk pengalih nanti.
“Bagaimana keadaan kantor. Apa banyak
mengalami halangan akses?”
“Berjalan lancar sesuai perintahmu Kris. Untuk
halangan akses, sepertinya Kepala Distributor belum memeriksa dan
memberitahukannya pada Presdirnya.”
“Yeoja itu tadi menelfonku, ada detektif baru
ditempatnya bekerja. Apa kau sudah tahu siapa detektif itu?”
“Aish jinjja? Sepertinya kita harus lebih
waspada.”
“Siapa namja itu? Mencurigakan…”
Awalnya
namja yang menurutku itu bernama Kris memiringkan wajahnya melihatku. Lalu Lay
ikut menengok ke belakang ke arahku. Mati sudah. Akankah Lay masih mengenaliku?
Semoga tidak.
Dengan
keahlianku, aku mengalihkan perhatian itu menekan-nekan fitur diponsel ini
sambil menoleh-noleh ke kanan ke kiri layaknya orang yang sedang tersesat
dengan peta elektroniknya.
“Aku sudah memeriksa pekerja perusahaan ini.
dia bukan siapa-siapa, sepertinya numpang lewat atau ingin melamar.”
Namja
didepan Lay itu menghela nafas lega, “Aku
akan menemani Tao untuk menyembunyikan mainan si Presdir tengil itu. Jaga
kendalinya dengan baik. Kabari aku jika si tengil itu menangis darah.”
Namja itu
tertawa sembari meninggalkan Lay yang juga berjalan berlawanan dari arahnya. Arah
Kris hampir berpapasan denganku. Detik dimana dia melewati tubuhku..
‘Cantiknya’
***
Aku
mengganti tempat pencarianku di kantor keamanan. Akan ku orek semua infonya
sampai jelas. Aku hanya mengincar rekaman CCTV. Itu saja, tapi semua ini sudah
direncanakan untuk mempersulitku.
Iya, aku
bingung sekarang. Hanya dua pilihan yang
ku menentukan langkah selanjutnya. Bethenti atau lanjut.
Aku
mengontrol nafasku, menghirup nafas sedalam-dalamnya. Memajukan langkahku
menanyaoi satpam yang sedang minum kopi.
“Mianhae
hjushii, apa aku mengganggu?” kataku sebelumnya memberi hormat, iya. Hormat
adalah cirri khasku menjadi namja yang amat sopan. Hahaha #LOL
“Tidak
anak muda. Silahkan duduk, ada keperluan apa?” tanya satpam itu membuang
kopinya di jendela sebelahnya.
Aku
sedikit tidak enak dengannya, terlebih dia membuang kopinya disaat ada aku.
Lebih baik kopi itu berikan saja padaku daripada dibuang sia-sia. Eughh..
“Pak, anda
mengenal presdir dan managernya yang baru kan?”
Satpam itu
terperangah, “O…Tentu saja. Presdir Su Ho dan Manager Se Hun yang loyal itu kan
yang kau maksud.”
“Benar
pak. Nah, apa bapak sudah mendengar…” aih, aku lupa jika presdir tidak memberi
perintah untuk berita kehilangan partnernya kan. “…ee, apa bapak tahu kemana
dan dengan siapa Manager Se Hun pergi beberapa saat yang lalu?”
Namja itu
mengelus-elus dagunya dan tersenyum, “Berani bayar berapa padaku untuk
pertanyaan seperti itu anak muda?”
Dan…
dugaan dia ikut berkerjasama dengan Lay dan namja tadi itu muncul.
Tangan
namja ini mencolek daguku, “Jangan tegang begitu anak muda. Aku Cuma
memancingmu saja.”
Aku
berekspresi ngeri pada namja ini, “Ah, mianhae ahjushii. Aku masih normal jadi…
jangan bersikap seperti ini…” aku menyingkirkan tangannya yang sudah berani
ingin menggandengku.
“Presdir
Su Ho akan meninjau semua tempat.
Bekerjalah dengan baik Do Myun!” peringat seorang namja berpakaian satpam
muncul dibelakangku.
“Ba..Baik
tuan.” Kata ahjushi ini gugup setelah kepergok kelakuannya padaku.
“Jaga diri
nak.” Seorang namja yang dipanggil tuan oleh ahjusshi ini menepuk sekali
bahuku.
“Eum…pak,
bisa beri jawabanmu tadi pak?” tanyaku lagi.
Namja itu
menguap, lalu mendehem. “Manager Se Hun pergi dengan perwakilan cabang China,
Tuan Hwang kurang lebih 2 jam yang lalu. Ku dengar mereka pergi ke kantor
cabang China untuk peninjauan distribusi yang agak berkendala.”
“Selain
itu, apa Manager Se Hun tidak memberi pesan? Bapak masih mengingat jenis
kendaraan yang dipakai Tuan Hwang?”
“Sempat,
Manager Se Hun mengatakan ‘ponselku sepertinya hilang. Jika ada yang menemukan,
tolong berikan saja pada Presdir Su Ho.’ Begitu. Setelah yang ku dengar, tuan
Hwang menawarkan untuk mengganti ponsel Manager yang hilang itu.” satpam ini
menuliskan sesuatu dikertas didepannya, “Ferary silver type 2013. Dan ini plat
nomornya, jangan kau sebarkan.”
Aku
menghela nafas lega, “Akhirnya sedikit terungkap juga…”
“Apa kau
bilang anak muda?”
Suaraku
tertahan, “Tidak ada tuan…hehe…tidak ada kok.” Aku beranjak dari kursi ini,
“Terima kasih pak untuk bantuannya.” Aku berbalik
“Tunggu!”
dua langkahku terhenti sudah. “Mana respect-mu anak muda.”
“Ng…”
sebenarnya aku tidak bodoh atau lupa soal respectku tapi ini lain. Apalagi
ahjushii ini tadi sudah berbuat menuju mesum kepadaku. Jadi wajar jika kurang
ajarku ku lakukan.
Aku
tersenyum hambar padanya, mengulurkan tanganku. “sekali lagi terimakasih.” Belum sempat ahjushi ini menjabat tanganku
dengan benar. Langsung ku tarik tanganku, takutnya dia kembali berulah.
***
“Presdir,
maafkan aku. Hanya ini yang dapat ku temukan.” Ungkapku ketika aku sudah masuk
ruangan ini dan dipersilahkan duduk. Lalu aku menunjukkan catatan kecil yang ku
punya.
Predir
membuka-buka setiap lembar catatan kecilku, wajahnya nampak muram. “Kau bekerja
dengan baik Byun. Kendala apa yang bisa ku bantu mengatasinya?”
“Tapi
presdir anda atasan saya_”
“Tidak
apa-apa. sebutkan saja.”
Aku
sedikit menunduk, kata-katanya itu sungguh membuatku merasa tidak sopan pada
atasan sendiri. “Sepertinya saya membutuhkan asisten dan… rekaman CCTV 90 menit
yang lalu presdir.”
“CCTV ya…”
Presdir Su Ho memijat keningnya, sangat nampak ia tengah berpikir dengan
kerasnya. Apalagi suasana hatinya tengah gusar.
Presdir
mengerucutkan bibirnya, sedikit nampak manis ya #plak. “Secepatnya akan ku
kirimkan asistenmu. Untuk soal…CCTVnya, aku akan mencoba membicarakannya pada
Tuan Choi Min.”
“Arrasso, terima
kasih presdir.”
Presdir Su
Ho tersenyum tipis serta menggumam, “Lanjutkan apa yang bisa kau temukan lagi.
Jangan sungkan untuk beristirahat jika kau lelah. Aku sudah bersedia menunggu.”
“Eng…Presdir,
apa tidak sebaiknya mempercayakan kasus ini pada detektif atau pihak polisi daripada…presdir
mengandalkanku.”
Presdir
mengerutkan keningnya, “Apa tugas ini keberatan untukmu?”
Aku hampir
terperanjat kaget, “Tidak presdir, sungguh tidak keberatan kok.” Tolakku
antusias.
Tuuttt…. “Presdir, ini aku Sekretaris Choi
melapor masuk…”
Suara
kotak telepon itu memecah ‘kebersamaan’ aku dengan presdir. Sesaat kemudian,
yeoja bermarga Choi itu masuk. Datang dengan membawa sebuah map hitam lalu…
Bukannya
duduk di sebelahku, tapi ia datang-datang langsung berbisik ditelinga Presdir
Su Ho sesukanya. Setelah yeoja itu selesai berbisik, Presdir membalas anggukan.
“Tidak
apa-apa, dia juga bekerja sepertimu. Lalu?” ucap Presdir sambil melirikku
dengan makna yang tidak bisa ku artikan.
“Ini ada
info akurat dari mereka dan…aku mendapatkan ini dari utusan cabang China
Presdir.” Map itu digesernya mendekat pada tangan Presdir.
Yang ku
lihat, presdir memang membacanya dengan pengkhayatan. Namun dibalik itu,
wajahnya mulai menegang saat membaca deretan paling bawah. Mungkinkah itu
‘sesuatu’ yang didapatkan oleh yeoja itu dari utusan cabang China.
“Ya, kau
bisa lanjutkan tugasmu lagi.” Ujar presdir Su Ho dengan raut sedikit kecewa.
“Permisi.”
Yeoja itu pamit meninggalkan ruangan ini.
“Presdir
Su Ho, bolehkah saya tau apa yang presdir baca tadi?” tanyaku penasaran.
Namja itu
memegang kepalanya dengan kedua tangannya sedikit memijat, “Tidak mungkin ini
karena ulahku…” protesnya sendiri, tampaknya kehadiranku tidak dianggap.
“Presdir…”
lirihku pelan.
“Tidak ada
nama pengirimnya… distribusinya amburadul sejak kehadiranku… akkkhhh, harus
berkata apa nanti pada Tuan Choi…”
“Presdir
gwenchana?”
“Kita akan
meninjau langsung perusahaan cabang China. Ayo.” Ajak presdir sudah beranjak
dan, menggandeng tanganku…
“Sebentar
presdir…” Ia berhenti melangkah, “Mian presdir, tapi tanganmu…”
Presdir
melepas tanganku dengan gugup kepanikan, matanya memutar melirik ke kanan dan
ke kiri. “Mian, mianhae.”
Aku
menahan senyumku agar tidak terlihat mempermalukannya, “Presdir, sebaiknya aku
saja yang ke perusahaan cabang China. Jika Presdir Su Ho ikut kesana, lalu
siapa yang menjaga, menangani Perusahaan Induk ini.”
“Kau tidak
tahu tempatnya. Bisa-bisa kau tidak dapat kembali lagi.” Tegas Presdir
menatapku intens. Lalu menggeleng kepalanya menjauh dari jarak kepalaku yang
lumayan dekat dengannya.
Aku
menunduk, memejamkan mataku sejenak. “Aku tahu, karena aku punya mulut dan aku
yakin dapat kembali dengan selamat, bersama Manager Tertinggi Oh Sehun.”
Presdir
berjalan menuju kursi empuknya, menghempaskan tubuhnya dengan kasar dan
memejamkan matanya. Aku menunggunya mengeluarkan keputusan baru aku mau
berangkat. Semenit kemudian, ia duduk tegak. Bukan untuk bicara padaku, tetapi
ia memencet tombol telepon di mejanya.
Tuuuuut…
“Ne Presdir Su Ho, ada yang bisa hamba bantu?” sahut suara namja dari telepon
itu.
“Hm,
begini Tuan Ryu. Aku bisa minta bantuanmu?” jawab Presdir dengan
menggerak-gerakkan jarinya diatas meja.
“Apapun
bisa hamba bantu untuk anda Presdir.”
“Tolong
jaga dan ikuti dari belakang pekerjaku yang akan ku utus ke perusahaan cabang
di China. Jangan sampai tertinggal 1 kilometer pun.”
“Baik
Presdir, hamba laksanakan. Sekarang hamba akan ke kantor anda.”
Presdir
memencet tombol yang menutup telepon itu dengan sendirinya. Ku dengar Presdir
menghela nafas berat. Seluruh tubuhku gemetar mendengar keputusannya meski tadi
sambungan teleponnya aku juga mendengarnya.
“Kau bisa
berangkat sendiri menggunakan mobilku. Akan tetapi, kau akan diikuti dan dijaga
oleh Ryu Gak. Dari sini kau akan ku pandu jika kau belum paham oleh peta yang
akan disiapkan oleh Sekretaris Choi didepan. Mengerti?” Titah Presdir dengan
bijaksana.
Aku merasa
sungkan, “Tapi Presdir, aku memakai mobil…pribadimu?”
“Ne, siapa
tau jika penculik itu tahu mobilku terparkir di kantor itu. Nyalinya akan ciut
meskipun hanya sedikit.”
Seseorang
namja yang sudah cukup umur itu tiba-tiba muncul dan memberi hormat kepada
Presdir, lalu kepadaku(!) aku terkejut loh.
“Hamba
sudah siap Presir, apa tuan muda ini yang Presdir utus ke China?” ungkap namja
yang bertag namu Ryu Gak.
pekerja
baru sehari disini.”
Tuan Ryu
Gak itu menggeser tubuhnya menghadap ke arahku. “Selamat datang tuan muda. Saya
Ryu Gak, asisten Presdir Perusahaan Tuan Choi Min. senang bertemu dengan anda
tuan.”
“Nado,
saya Byun Baek Hyun. Mohon bantuannya.”
“Nah,
silahkan jalankan tugasmu Byun. Jaga keselamatan dan penyamaranmu di China.”
Sahut Presdir Suho
“Arrasso
Sajang-nim…”
To
Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar