JUNI ,20 2013. VIEYRAAMOIMOI, SEHUN, HUNHAN, KAI,
KAIDO.
HunHan || KaiLu – FF Yaoi EXO
Tittle : Heart
Lonely
Author :
VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi,
Romance
Rate : T
Length : 2Shoot
Main Cast : Lu
Han—Se Hun—Kai—Kyungsoo
Other Support :
temukan sendiri (?)
Disclaimer : EXO
member’s punya eomma appa-nya, SM agency, dan Tuhannya. Ini fiktif, tidak
menyangkut sama sifat asli tokohnya.
© Copyright :
natural from my mind, my brain, my imagination
WARNING : BOYS
LOVE BOYS. Bocah AWAS! Don’t copy for rename of share or choose go to HELL for
Long time.
Summary : jiwaku
kan selalu bersamamu, meski kau tercipta bukan untukku saat ku yakin hanya kau
lah milikku…
Cuap-cuap jenak :
sama kayak di start part… moodnya lagi malas, makanya maaf nggak ngetik ulang
apalagi copypaste… langsung dipersingkat saja… yang penting selesai baca trus
komentar via apa aja… OK, I show you present
THIS IS
TRATARATARAT…
*ÜHeart Lonely PART 2Þ*
AUTHOR
POV
Matanya tidak mungkin salah, bahkan
orang normal sekali pun bisa mengartikan raut wajah namja tampan itu. mustahil
itu ilusi jika namja itu pucat dan memaksakan diri agar sesenang mungkin
dihadapannya.
“Apa wahananya membosankan?” tanya namja
itu tertawa manis padanya.
Ia menggeleng pelan. “Harusnya kau tidak
mengajakku saat tubuhnmu tidak sehat begini.”
Namja itu memegang kedua bahunya,
“Bicara apa sih? Aku senang begini kau bilang tidak sehat. Apa kau sedang
mencemaskan Se Hun…?”
“Ck, aku serius Kai. Mataku tidak salah.
Kau saja yang tidak sadar memaksakan diri untuk bersenang ria didepanku.”
Kai tidak menjawabnya. Ia melanjutkan
langkahnya sambil menggandeng tangan Lu Han dengan bahagianya. Lu Han tidak
habis pikir atas alasan apa seseorang tidak menyadari kondisi tubuh yang
sebenarnya berakibat fatal.
Lu Han memberhentikan langkahnya yang
mematung. Membuat Kai yang menggandengnya merasa ditarik.
“wae? Sekarang kau mencemaskan siapa?”
“Kau! Sebenarnya belum waktunya kan kau
keluar dari rumah sakit.”
Ia tersenyum malu, “Ingin bermain wahana
lainnya atau mengisi tenaga?”
Lu Han mengaduh tanpa suara, “selalu…”
gumamnya sendiri.
“Kenapa mengaduh?” tanya Kai berlagak
manja.
“Ng… ani… kita mengisi tenaga saja.”
Kai memacu otaknya agar tubuhnya
memaksakan diri tetap kuat. Ia tidak boleh terlihat lemah sedetik pun dihadapan
namja imut ini. pandangannya mulai membentuk bayangan semu. Tanpa sadar,
tubuhnya sudah menimpa dipelukan Lu Han.
“Kai, baik-baik saja kan? Apa ke rumah
sakit lagi?”
Sebentar saja, ia ingin sebentar saja
memeluk hangatnya tubuh itu. memejamkan matanya sejenak agar kehangatan itu
makin terasa. “Gwenchana…. Aku…. Susah mengatakan kalau…. Kalau aku….
Mencintaimu Lu..Han…”
Lu Han terkejut telak mendengarnya,
“Kai, ke rumah sakit saja ne?”
Kai melepaskan diri dari dekapan Lu Han,
lalu tersenyum dengan bangganya. Ia melanjutkan langkahnya. Lu Han menatapnya
shock.
“Wajahmu kenapa mengerikan? Ayo, mau
makan apa nanti?” Kai mengeratkan gandengannya.
Lu Han memutar bola matanya ke kiri dan
kanan sambil menggeleng pelan pada namja itu. “entahlah. Lihat saja nanti
menunya.”
*ÜHeart LonelyÞ*
“Kai, kau yakin tidak apa-apa?”
Kai menggumam, “Yakin.”
“Jangan berbohong. Bilang saja kau sakit
dan kekenyangan menghabiskannya.”
Kai menatapnya sebentar, ia mengulas
senyum. “Ayo dimakan lagi.”
Sekali lagi kecemasannya disangkal oleh
namja itu. tidak terhitung matanya melihat wajah Kai yang semakin pucat. Dan
kini ia sekilas melihat namja itu
memegangi ulu hatinya. “Itu kenapa??”
“Kenapa apanya??” balik tanya Kai,
tersenyum.
“Kenapa pegang ulu hatimu? Apa itu yang
membuatmu sakit?”
“Bukan apa-apa. Jangan dipikirkan.”
“Karena itu juga kau berani menyangkal
dan mengalihkan kecemasanku.”
Deg
“Untuk kali ini biar aku yang bayar
semuanya. OK!” Kai beranjak dari kursinya.
Lu Han mendongak, “Kemana lagi?”
“Pastinya ke kasir. Kemana lagi
memangnya?”
“Tapi… kau baru makan kurang dari separuh porsi.”
Kai terkekeh pelan “Perhatian sekali.”
Ia menjauh dari meja Lu Han ke kasir stan makanan yang masih satu kawasan
dengan taman hiburannya.
Lu Han memperhatikan betul Kai masih
berdiri diantrian deret kasir. Sambil-sambil itu dia menatap arah luar stan
itu. menerawang kejanggalan selama bersama Kai di akhir-akhir ini. dimana Kai
yang tiba-tiba pucat, sakit, dan menghilang
begitu saja.
Ketika ia melihat ke arah kasir, Kai
tidak ada disana. Ia mendeengus kesal. Baru saja ia memikirkan namja itu, waktu
ditengok sudah tidak ada.
“Xi Lu Lu… ke kenapa kau pergi dariku
ha?”
“Maaf tuan anda sedang mabuk ya.
Silahkan tunggu diluar saja.”
Lu Han melihat perdebatan satpam itu
dengan seorang namja jakung yang baru masuk ke stan ini dengan sempoyongan dan
membawa sebotol plastic air. Entah arak atau air biasa, Lu Han tidak
mempersalahkan tontonan itu.
“Xi Lu Lu… tau Xi Lu Lu tidak?”
“Maaf tuan anda harus keluar.” Satpam
itu sudah mencekal kedua lengan namja mabuk itu.
“Minggir pak tua!” Namja itu mendorong
satpam itu menjauh dari tubuhnya. Kemudian namja itu menoleh ke arah Lu Han. Lu
Han berusaha menanggapi dengan biasa.
“Xi Lu Lu, itu Xi Lu Lu pak. Xi Lu Lu
duduk disana.” Namja itu melingkarkan tangannya ke satpam itu dan menunjuk ke
Lu Han. Saat itu Lu Han tidak mengetahuinya.
Namja itu berjalan ke Lu Han. Sementara
beberapa orang yang melihatnya bergegas pergi. Lu Han menoleh-noleh ke
sekelilingnya.
“Wae?” tanya Lu Han kebingungan melihat
orang-orang depan belakang mejanya yang ketakutan.
Namja itu terkikik nakal. Lu Han baru
menyadari kehadirannya dan mendongak.
BRAK
“Hai Xi Lu Lu “ sapa namja itu padanya
seusai membanting botol minumannya tepat didepan piringnya. Membuat isi botol
itu tumpah mengenai ujung lengan pakaiannya.
Satpam itu mencekal kasar bahu namja
itu, “Ayo tuan ikut saya ke markas polisi. Anda sudah membuat keributan.
Cepat!”
Namja itu mendesis, “Aniya… aku tidak
mau pak!” namja itu berusaha melepaskan cekalan itu.
“Ayo tuan, anda sudah meresahkan seluruh
pelanggan.” Satpam itu memaksa tangan namja itu agar ke belakang tubuhnya.
“Tuan, bagaimana dengan anda?” tanya satpam itu pada Lu Han.
Lu Han mengusapi lengannya dengan tisu,
“Gwenchana tuan.”
“Memang tidak apa. itu… hanya air
mineral.” Namja itu tertawa kecil, “bukan arak.”
PLAK
Satpam itu menamparnya, lalu beralih ke
Lu Han. “Apa perlu ku panggilkan pelayan kebersihan untuk membantu anda tuan?”
“Aku sendiri saja yang membersihkannya
dengan pengering di toilet.”
Namja itu mendekatkan diri ke Lu Han,
“Ku antar sini Xi Lu Lu.” Namja itu meringis gila.
BUK
Satpam menghadiahkan lagi namja itu
dengan pukulan. “Harusnya kau berterima kasih karena tuan ini tidak menuntutmu
ke polisi. Cepat minta maaf dan terima kasih!”
Lu Han mulai kesal dengan tontonan yang
melibatkannya. Ia berdiri meninggalkan dua orang itu.
GREP
Namja itu mencekal pergelangan tangan Lu
Han. Namja itu tertawa remeh, “M…miaaanhaeyooo… gamsah.” Lagi-lagi namja itu
tertawa stress.
Lu Han dulu yang langsung meninggalkan
mereka. Barulah satpam itu bergerak mengusir namja itu keluar dari stan itu. Lu
Han menoleh ke namja itu. menggeleng-geleng kesal dengan perlakuannya yang memalukan
didepan umum.
“Hanya firasatku atau dia memang Se
Hun,” pikirnya sendiri sambil melangkah menuju toilet pria yang hampir sampai.
Ketika ia mencoba membuka pintu utama toilet, pintu itu tidak bisa dibukanya.
“Kenapa harus terkunci?” umpatnya kesal.
Lalu ia menoleh sekelilingnya, ia
bersemu riang menemukan alat yang dicarinya ada juga diluar toilet. “Ini baru
bagus.” Lu Han mengeringkan lengan pakaiannya berkali-kali.
PRANGG
Lu Han terkejut mendengar suara ribut
dari dalam toilet yang terkunci itu.
“Haruskah! Haruskah ini kambuh lagi!!!”
Lu Han mendengar teriakan itu mencoba mendekatkan telinganya dipintu utama itu.
“Tuhan, beri aku kesempatan lagi meski…” suara itu terbatuk hebat, sepertinya
orang yang didalam itu sedang muntah, “…dia diciptakan bukan untukku…”
Kemudian Lu Han mendengar nada sambungan
telepon dari dalam sana. “Kyu, Kyungsoo hyung, tolong kesini…(Lu Han mengangkat
alisnya)….ini kambuhnya parah….toilet stan makanan nomor 3….”nada sambungan itu
terputus.
“Kai…” lirih Lu Han menduga, ia
melanjutkan menempelkan telinganya. Yang didengarnya hanya hening, tidak ada
suara Kai lagi, dan suara kran air yang tercucur lirih. Ia berpikir sejenak, menemukan
ide untuk kepastiannya. Setelah itu ia bersembunyi disudut yang terlihat toilet
itu.
Tidak perlu menunggu lama, matanya sudah
menangkap sosok Kyungsoo yang memapah Kai dari dalam toilet. Terlihat jelas
wajah Kyungsoo setengah mati kepanikan bercampur takut. Lu Han terpaku tak
percaya menyaksikan kebenaran bahwa mereka itu Kyungsoo…yang memapah Kai.
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han-shii…
Lu Han-shii…
“Siapa yang memanggilku…” lirihnya
hendak membuka pintu rumahnya.
Ketika ia buka, ia melihat Baek Hyun
yang sudah berkemas pergi. Padahal tadi dia menelponnya untuk menyuruhnya cepat
pulang.
“Syukurlah kau pulang lebih cepat.”
Lu Han menatapinya serius, tentunya
sangat bingung. “Aku tidak mengerti apa maksudmu.”
Baek Hyun terdiam, terlihat menyimpan
sesuatu darinya.
“Baek Hyun-ah, kenapa dan ada apa?”
tanya Lu Han mulai mengguncang bahu namja itu.
Baek Hyun tidak menatap wajahnya apalagi
matanya. Namja itu sibuk memutarkan matanya. Lu Han jelas melihat mulut Baek
Hyun yang bergetar. Pertanda ada sesuatu buruk yang disembunyikan darinya.
Lu Han memberi tatapan membunuh,
“Sebenarnya apa yang kau mau? Jangan membuatku penasaran! Jebal.”
Baek Hyun masih tidak melirik apalagi
menatap matanya. Ia melihat jam tangannya, “Mianhae
Lu Han-ya. Aku ada urusan disuatu tempat.”
“Tidak semudah itu… aku harus ikut
sebelum mendapat penjelasanmu.”
“Penjelasan apa lagi?”
“Penjelasan dari matamu.”
“Apa yang perlu dijelaskan. Tidak ada
bukan? Tidak ada yang salah dengan mataku.”
“Tidak perlu berkilah, kau sendiri yang
memulai penasaran ini Baek Hyun-ah!”
Baek Hyun menghela nafas menyerah, “Tapi
lepaskan dulu tanganmu dari bahuku.” Lu Han menurutinya, “Aku mendapat telfon
dari Kyungsoo. Kai sedang kritis di rumah sakit.”
Matanya terbelalak, “Darimana kau
mengenal Kyungsoo?”
“Kau tidak perlu tau. ini hanya masalah
waktu. Diam disini atau ikut aku menjenguknya?” Baek Hyun menyabet tasnya
berjalan ke pintu.
*ÜHeart LonelyÞ*
“Kai… bangunlah. Jangan pergi secepat
ini… Kai” kata Lu Han dengan pilu dihadapan Kai yang terbaring sepucat mayat.
Dihadapannya juga ada Baek Hyun dan Kyungsoo yang turut bersedih.
Baek Hyun berpindah ke samping Lu Han,
“Ku yakin dia belum mati, hanya tertidur sejenak.” Ia mengelus-elus punggung
namja itu.
“Jangan urusi aku Baek Hyun, urusi saja
Se Hun-mu itu. dia lebih parah menyedihkan dibanding aku dan Kai.”
Glek
“K… kau bicara apa Lu Han-ya.” Ungkap Baek Hyun merasa terdesak.
Kyungsoo melihat jemari Kai yang
bergerak pelan. “Jarinya bergerak, sepertinya Kai akan sadar.” Ia dan Lu Han
bersemu lega. Disaat itu matanya juga melihat Baek Hyun perlahan pergi dari ruangan
itu.
“Tidak
menyusul Baek Hyun? Dia sudah keluar tanpa pamit padamu.” Kata Kyungsoo yang
tidak tau harus berkata apalagi dalam suasana hening seperti ini.
Lu Han berpikir keras, memegang dahinya
sambil menatap Kai yang pucat. “Kau benar, sepertinya dia sendirian. Beritau
aku jika Kai sudah membaik.”
Kyungsoo mengangguk dengan senyum, Lu
Han pergi dan memberi lambaian tangannya.
Lu Han keluar, ia mengedarkan
pandangannya ke sekeliling lorong rumah sakit itu. ia melihat namja yang
dicarinya sedang jalan dengan gontainya.
“Baek Hyun-ah tunggu.” Panggilnya dan
berjalan cepat ke arah namja itu.
Namja itu menolehkan kepalanya ke
belakang dengan raut wajahnya yang sendu.
“Kau mau kemana? Tidak ingin menungguku
untuk pulang bersama?”
“Tidak. Aku bisa pulang sendiri. kau
tidak kekurangan ongkos pulang kan?” Baek Hyun masih menjawab dengan wajah
sendu.
Lu Han menatapnya sejenak, “Kau marah
padaku bukan?”
“Ani… kata siapa?”
“Kata mulutku.”
“Kau salah, aku tidak marah padamu Lu
Han-ya…” Baek Hyun memasang senyum hambar.
Lu Han mencekal salah satu bahu Baek
Hyun agar ikut duduk dibangku dekat mereka. “Lalu apa? memikirkan Se Hun yang
kusebut tadi.”
Baek Hyun mengalihkan pandangannya, ia
tertunduk bingung tidak mampu memberi alasan yang kuat. “A…aku tidak…”
“Ku lihat Se Hun mabuk seperti orang
gila, bahkan dia diseret, dihajar satpam atas keributannya disebuah stan
makanan di taman hiburan. Sebenarnya aku ragu itu Se Hun asli atau bukan
tapi…jika itu asli Se Hun. Kau pasti tau sebelumnya kenapa Se Hun seperti itu.”
“Jinjja?” lirihnya mulai bernada pilu.
“Terserah kau saja. aku mau ke Kai dulu.
Kalau kau berubah pikiran, tunggulah aku sampai selesai.”
*ÜHeart LonelyÞ*
Kai membuka kelopak matanya. “Kyungsoo
Hyung…” lirih namja didepannya.
Kyungsoo tersenyum antusias, “Syukurlah
sudah sadar.” Kyungsoo beranjak ingin meninggalkannya.
“Hyung mau kemana?”
Kyungsoo tersenyum tipis, “Tidak akan
lama, aku ingin ke Lu Han memberitaukan kondisimu.”
“Jangan hyung.” Tangannya terulur ingin
mencekal tangan Kyungsoo.
Kyungsoo mendekatinya, “Wae?”
“Duduklah dulu.” Ia menunggu Kyungsoo
duduk dahulu. Selagi itu ia juga menatap jendela yang terbuka. “Aku ingin
mengajaknya kencan lagi. Aku ingin nekat. Gara-gara kambuh, setengah dari
rencanaku gagal hyung…”
“Apa!” pekiknya tidak sengaja, untung
Kai meresponnya dengan tenang. “Mian. Lalu kau tidak lupa dengan menyatakan
perasaanmu seperti yang ku bilang kan?”
Kai terdiam sejenak, “Tidak sesuai
dengan saranmu. Tapi aku menyatakannya saat pandanganku setengah kabur. Entah
dia menanggapi serius atau tidak aku tidak tau.”
Kyungsoo juga terdiam, sebetulnya
menyayangkan kesempatan yang terlanjur gagal, “Gwenchana. Hwaiting Kai…masih
ada kesempatan selanjutnya.”
Kai memaksakan tubuhnya untuk duduk,
perlahan kakinya turun dari ranjang rumah sakit itu dan menarik paksa infuse
ditangan kirinya.
“Kai, kau mau apa? jangan bertindak
gegabah Kai..”
“Tidak apa-apa hyung, aku masih kuat
berjalan.”
“Perlu ku bantu jalan?” tawar Kyungsoo
melihat Kai yang langkahnya masih lemas.
Kai tersenyum penuh makna, “Terima kasih
hyung, jangan membantuku jalan.” Ia berjalan ke arah pintu. Kyungsoo
mengikutinya dari belakang sudah bersiap menangkap Kai jika sewaktu-waktu Kai
terjatuh.
Klek
“Kai!” pekik orang dari luar yang lebih
duluan membuka pintunya.
*ÜHeart LonelyÞ*
Diam-diam Se Hun
mengamati Lu Han yang memekik dengan nama ‘Kai’ dari sumber sana. Ia juga
melihat Baek Hyun yang tertunduk dibangku yang tidak jauh dari posisi Lu Han
berdiri. Jujur masih sakit hatinya merasakan saat melihat Lu Han dan Kai makan,
bermain berdua di taman hiburan beberapa waktu yang lalu.
“Kai!” pekik Lu
Han dari luar saat Kai bersamaan ingin membuka pintunya.
Kyungsoo dan Kai
mati kutu melihat Lu Han dihadapan mereka. Mata Lu Han tertuju pada tempat
tidur dibelakang mereka, lalu beralih ke tangan Kai.
“Kenapa infusnya
dilepas paksa? Kalian mau kemana?” Lu
Han menatap Kai tajam.
Kai memeluknya
tiba-tiba, “Aku mau menemanimu jalan-jalan karena aku mencintaimu Lu Hannie…”
Kai memberi ciuman singkat dibibir Lu Han. “Aku tidak ingin melihatmu bersedih
karena mantan kekasihmu itu, aku ingin melihatmu bahagia seperti dulu…”
Lu Han
mengerjap-erjap matanya meski pandangannya menunduk, “kenapa begini?” lirihnya
sambil mencengkram kuat ujung bajunya, ia mengerang kesal “aku juga
mencintaimu…” tanpa menatap Kai maupun Kyungsoo dihadapannya, ia berlari pergi
dari tempat itu. termasuk ia melupakan bahwa ia meninggalkan Baek Hyun yang mau
menunggunya.
Sementara Se Hun
meremukkan kedua jari-jari tangannya dengan mendengus kesal pada kelakuan Kai
yang mencium Lu Han’nya’. Dengan seribu idenya, ia berbalik menuju pintu
belakang untuk mengejar Lu Han.
*ÜHeart LonelyÞ*
“Lu Hannie…kau tidak apa-apa?”
Lu Han mendongak, menatap namja jangkung
yang berdiri didepannya. Ia menyandarkan lagi punggungnya di sebuah pohon
dipekarangan rumah sakit yang sepi pengunjung itu, “Se Hun kenapa kesini?”
Se Hun ikut duduk disebelahnya dan duduk
bersandar dipohon itu, “Tidak suka aku disini?”
Kepalanya yang menindih tangannya yang
terlipat diarahkan ke Se Hun, “Aku salah bicara ya?”
“Ani…aniya, tidak salah kok.” Se Hun
tersenyum hambar, tidak ditanggapi Lu Han dengan senyum. Melainkan dengan
gumaman lalu namja itu menangkupkan wajahnya dikedua tangannya. “Sudah tidak
marah lagi padaku?”
Lu Han menggeleng dibalik tangannya.
“Kau yakin?”
Lu Han mengangguk dibalik tangannya
(lagi).
Se Hun menggumam, sedikit ragu ingin
mengutarakannya. “Lu Hannie, sebenarnya aku menyesal memilih Baek Hyun
dibanding dirimu. Seperti hatiku tidak bisa menerima kelembutan dari namja itu.
karena kau tidak marah lagi padaku. Kau menerimaku kembali padaku? Kembali
saling mencinta.”
Mata Lu Han melirik Se Hun, “Mwo? Aku
tidak bisa Se Hun…” kemudian ia menyandarkan kepalanya ke pohon itu.
“Wae Lu Hannie? Kalau begitu minimal menjadi sahabat seperti dulu,
sahabat yang kau cintai.” Se Hun meraih kedua tangan namja itu dalam
genggamannya.
“Tetap tidak bisa…” ia melepaskan
genggaman Se Hun.
Se Hun meraih lagi tangan Lu Han,
“Tidak, jangan ada namja lain.” ia menarik paksa tubuh Lu Han dalam pelukannya.
Lu Han meronta, “aku mencintai namja
lain Se Hun…aduh…lepaskan aku…”
“Tidak Lu Hannie, aku masih mencintaimu.
Kau harus kembali padaku! Bilang kalau kau juga mencintaiku Lu Hannie…” Se Hun
tetap mengeratkan pelukannya meski tidak dibalas oleh Lu Han.
Lu Han berusaha meronta tapi tubuhnya
lebih kecil dibanding Se Hun, “Aku mencintai Kai...”
“Bukan. Jangan sebut namja lain.” Kepalanya menurun lalu mencium kasar leher Lu
Han.
“Ugh…Aku…ll..lepass…” dan akhirnya Lu
Han dengan sekuat tenaganya mampu mendorong Se Hun melepas pelukannya. Ia
berlari sejauh mungkin dari namja itu, sementara yang ditinggalnya tersenyum
selicik-liciknya dengan puas.
*ÜHeart LonelyÞ*
Bisakah Se Hun tidak melakukan itu lagi
kepadanya. Beban yang merasa tercampakkan itu menggeluti hatinya. Lu Han hanya
mampu mengelus dadanya dengan sesal dalam langkahnya menuju rumah. Andai saja
saat itu ia tidak meladeni kalimat namja itu. mungkin Se Hun tidak berbuat ini
padanya.
Jarinya memegang bibirnya sejenak,
teringat pada Kai. Beralih memegang area leher yang tadi, teringat lagi tentang
ini ulah Se Hun yang agresif.
“Kenapa
berdiri disitu? Buka saja pintunya.” Ungkap sebuah suara yang membuatnya
kaget tepat ia berdiri didepan pintu rumahnya.
Lu Han menoleh kaget, “Kai…sejak kapan
disitu?” ia juga melihat Baek Hyun duduk dikursi bersama Kyungsoo, sementara
Kai berdiri memandanginya. Mereka ada disudut dekat jendela depan.
“Sejak tadi, hanya saja kau tidak menyadari
keberadaan kami.” Balas Baek Hyun dengan raut agak kesal.
“Tapi… tadi ku lihat… tidak ada orang
disini.” Lu Han mulai gelagapan menjawab.
“Itu kan tadi, saat kau hanya menatap
lurus ke depan.”
“Sudah, biarkan saja hyung.” Balas Kai. Kai
beralih memandanginya, “Ikut aku kajja. Aku tau kau habis disiksa oleh mantanmu
ne.” tanpa respon apapun dari namja itu. Kai mengajaknya pergi ke suatu tempat
sementara dua namja cantik dibelakang mereka menyambut senyum meski salah
satunya ada yang tersenyum miris.
*ÜHeart LonelyÞ*
“Eh Lu Han hyung sudah selesai.” Kata
Kai ketika ia berjalan menuju dapur disebuah villa kecil milik kakaknya Kai.
Sementara Lu Han baru saja meletakkan gelas minumannya.
Dalam hati kecilnya, sebenarnya ia ingin
mempertanyakan sejak kapan namja itu memanggilnya hyung tapi ia langsung
merubah topiknya. “Ku kira kau akan
menghilang lagi…”
Itu membuat Kai tertawa, “Saat itu kan
aku hanya menghilang beberapa waktu. Tidak memakan harian. Lalu bagaimana jika
aku sudah menghilang untuk selamanya??”
Kemudian Lu Han berjalan masuk ke dalam
pelukan Kai, “Aku juga akan menghilang, mengikuti ke arah manapun kau pergi.”
Deg~
“Lu Han-shii kau bicara yang
tidak-tidak.”
Ia melepaskan pelukannya, “Salah sendiri
kau yang memulai duluan.”
Kai menggumam pelan, lalu mengusap puncak kepala Lu Han, “Mianhae,
tidak akan kuulangi lagi. Kita makan dulu sebentar. Saat kau tadi istirahat
sebentar. Aku sudah memasakkan camilan dan beberapa telur kukus. Tapi maaf
karena aku tidak bisa masak sehebat Kyungsoo jadi hanya ini saja.” kemudian ia
berjalan mengambilnya.
“Tidak apa-apa. sini keluarkan, biar ku
makan sampai habis.”
“Wah…kau orang pertama yang berkata
seperti itu pada masakanku.” Kai sembari meletakkan masakan didepan
meja.”Bagaimana jika setelah ini kita jalan-jalan?” lalu ia duduk bersebrangan
dengan Lu Han.
Lu Han mulai memecahkan telur kukus itu,
“Tidak perlu repot-repot. Bagaimana jika nanti tiba-tiba kau pucat lagi?”
“Ayolah…Aku tidak akan begitu lagi. Aku
ini pribadi yang kuat.” Kai menuangkan minuman digelasnya dan gelas Lu Han,
lalu menggeserkan gelas Lu Han ke namja itu, “percayalah aku kuat menemanimu.”
Lu Han menggumam, “Baiklah, kita jalan
kaki saja ne.” kemudian melanjutkan memakan camilannya sambil menonton TV yang
sudah dinyalakannya sebelum ke dapur dan berpapasan dengan Kai.
*ÜHeart LonelyÞ*
Setelah ia dan Lu Han mengunjungi sebuah
toko distro di daerah itu. Tiba-tiba ia merasakan ulu hatinya yang mulai sakit.
Dilihatnya diseberang sana ada restoran. Ia ingin kesana. Yang pasti bukan
untuk pesan makanan.
“Lu Han-shii ah…maksudku Lu Han hyung.
Aku ingin ke resto itu sebentar boleh?” tanya Kai sambil menahan sakit yang perlahan
semakin terasa agar tidak dicurigai namja ini.
“Tentu. Memangnya mau apa?
”
“Ani, aku ingin pinjam toiletnya saja.”
“Perlu ku antar?”
Kai terkekeh, “Seperti anak kecil saja.
Tunggu disini ne. jangan coba berpindah selangkah pun.” Pikirannya sudah mendemo
untuk cepat meminum obat yang disaku celananya. Dengan setengah berlari Kai
meninggalkan Lu Han menuju resto itu.
“Ne arasso.” Lu Han tersenyum lucu pada
Kai yang kini tengah membuka pintu toilet itu.
Kai tengah disambut oleh pelayan didekat
pintu masuk yang bersiap mencatat pesanannya. Kai ingin tidak meresponnya tapi
pelayan itu terus mengikutinya.
“Mian Tuan, anda mau pesan sesuatu?”
Kai berdecak kesal, “ck,
mengganggu.”gumamnya selirih mungkin. Lalu ia menarik nafasnya dan memasang
muka ramah, “Nado mianhae, tapi saya mau pinjam toiletnya, bisa?”
“Oh…bilanglah dari tadi tuan. Toiletnya
ada dipertigaan koridor, tuan tinggal belok ke kanan, kalau dikiri itu dapur
rahasia tuan.”
“Ne ne ne ne, gamsahamnida…” ujar Kai
terus melangkah sesuai dengan petunjuk pelayan itu yang sebenarnya tidak perlu
diberitau karena kenyataannya, Kai sudah tau sejak dulu saat berkencan bersama
Kyungsoo.
Ketika ia sudah menemukan toilet itu.
pintu utamanya terlebih dulu dikuncinya rapat-rapat. “Selesai.” Ujarnya kemudian
tangannya memegangi ulu hatinya yang semakin sakit. Diambilnya obat berbentuk
tablet itu, lalu langsung menelannya.
Rasa sakit itu pun perlahan padam. Ia
memandangi wajahnya didalam cermin. Melihat dengan senyuman puas dengan raut
wajahnya yang pintar berakting. Sampai saat ini wajahnya tidak terlihat pucat
meski ulu hatinya sedang sakit.
Sampailah pada detik rasa sakit itu
benar-benar padam. Ia bersiap membuka kunci pintu itu. saat dibukanya, sudah
muncul namja jangkung berambut pendek hitam. “Chanyeol…”
“Minggir sana!” balas namja itu menabrak
bahu Kai dengan lengannya.
Kai sedikit berlari disela langkahnya.
Pandangannya berhasil merontokkan kekhawatirannya jika namja itu akan pergi
dari tempatnya.
“Apa aku terlalu lama? Maafkan aku.”
Ucapnya dengan membungkuk maaf pada Lu Han.
“Eh, eh, eh, jangan begini.” Sembari Lu
Han menghentikan bungkukan Kai lalu tersenyum, “Tadi itu kau sangat cepat
Kai…ayo lanjutkan jalannya…”
Di hari yang menjelang malam itu, Lu Han
yang memutuskan agenda terakhirnya bersama Kai menuju area pasar kuliner yang
baru buka didepan mereka.
Lu Han menarik Kai digerobak yang
menjual sate kimchi. “Ayo Kai…kau suka yang mana? Aku deh yang mentraktirmu.”
Kai cukup tertawa “Jinjja?”
“Benar…silahkan pilih yang kalian suka.”
Kata sang yeoja tua penjual sate kimchi berbagai bentuk dan rasa itu. “Bahkan
jika kalian sama-sama membawa kantung sate-sateku, akan ku beri bonus beberapa
tusuk lagi untuk kalian.”
“Waaaah ahjumma… terima kasih banyak.
Kau terlalu baik hati.” Balas Lu Han semakin mereka senyum.
“Pilihkan aku terserah pilihanmu, asal
tidak yang asin.” Pinta Kai yang dibalas Lu Han dengan anggukan yang sedikit
heran. Iya, itulah asin, rasa yang dihindari Kai seperti serpihan kertas
melayang yang ditakutinya. Jika asin itu masuk ke dalam pencernaannya, akan
menyebabkan kunang-kunang lebih banyak mengajak tubuhnya untuk pingsan. Dan
terakhir, obat untuk ulu hatinya akan semakin melambat penyembuhan penyakitnya.
Kai menghapus lamunannya, rasanya
mengerikan jika insiden asin itu terulang lagi. Lalu ia menengok Lu Han yang
menatap intens kearah baris dibelakang ahjumma penjual sate kimchi ini.
“Lu Han…kau melihat apa?”
Pandangannya masih lurus menatap obyek
itu, “Itu…bukankah itu…” ia bernafas seperti nafasnya hampir tertahan, “…Baek
Hyun kekasihnya Se Hun tapi…”
Kai ikut melihat obyek itu, namja yang
sedang digandeng mesra lengannya oleh Baek Hyun itu ialah namja yang ditemuinya
di toilet resto tadi.
“Dia bersama namja lain.” Imbuh Kai
cepat melanjutkan kata-kata Lu Han yang terbata.
“Secepat itu dia mencampakkan Se Hun…”
“Itulah takdir, berubah di luar bayangan
kita.” Kai merasakan Lu Han masih mengkhawatirkan mantannya itu meski telah
bersamanya. “Kalau kau mencemaskannya, datangi dia sampai kecemasanmu itu
terselesaikan…”
“Aku tidak yakin…”
Tepat sudah Kai juga merasakan kembali
sakit ulu hatinya yang lebih menusuk dibanding sebelumnya. Ia melirik
disekitarnya, tidak menemukan tanda-tanda adanya toilet di area ini.
“Ahjumma, apa ada toilet diarea ini?”
tanya Kai memegang perutnya bersikap seolah ia ingin buang air.
“Eh, kenapa toilet lagi?” tanya Lu Han
heran.
“Ada anak muda, dibelakang kiriku, itu
toilet berpintu 5. Dibelakangmu juga ada serta di ujung pintu keluar, ada yang
berpintu 2.”
“Ah, gomawo ahjumma.” Rasanya Kai tidak
mampu menahan untuk 5 menit lagi, dan apakah sisa waktunya cukup untuk
membendung sementara selagi ia menelfon Kyungsoo untuk membantunya ke rumah
sakit lagi. Hatinya kini mendesis kesakitan.
Ahjumma itu mengangguk, “eum…Lu Han
hyung, jika kau merasa sesak disini, lebih baik kau pulang tunggu aku di vila
atau datangi saja Se Hun. Aku juga tidak yakin bisa secepat yang tadi_”
“Lalu kau…”
“Aku bisa pulang sendiri, jangan lupa
bawa sate kimchinya. Sisakan untuk aku, terutama yang manis. Bawakan pula untuk
Se Hun, jangan sungkan-sungkan membelikan untuknya ne. aku pergi dulu. Nanti ku
telfon jika aku sudah sampai…” Tanpa menghiraukan Lu Han, ia berlari dan
tangannya menaik untuk memegangi ulu hatinya lagi. Hatinya sudah menjerit rasa
sakit yang cukup hebat...
*ÜHeart LonelyÞ*
Hampir sepempat jam ia menunggu Kyungsoo
dalam perjalanan menjemputnya ditoilet ini. sebenarnya jika sial tidak
menimpanya, salah satu dari 2 tablet obat terakhirnya tidak akan jatuh ke dalam
bak air toilet itu. ia dapat berdecak, mendengus, dan memaki kesal terhadap
dirinya sendiri.
“Kai…Kai…kau bisa mendengarku kan??”
seru panic seseorang dibalik pintu yang disandarinya.
“Hmm, sebentar Kyungsoo-ya.” Kai
perlahan meggeser tubuhnya untuk menjauh sedikit dari sana.
Begitu pintu itu sanggup dibuka orang
itu dari luar. Orang itu langsung memeluk tubuhnya, menangkup kedua rahang
pipinya dengan tangan orang itu.
“Kai, ini terlalu parah.
Jebal…bertahanlah sekuat mungkin.”
Kai menggumam, “ku coba dulu… semoga Lu
Han juga berhasil bertemu Se Hun ne…” jawab Kai santai
“Kai.” Pekik Kyungsoo makin panik,
terlebih Kai malah bersikap santai seakan-akan kondisi tubuhnya adalah hal
kecil
“Hm ara.” Kai memejamkan matanya, berdoa
semoga perjuangan Kyungsoo memapah tubuhnya ke rumah sakit tidak akan nyaris
apalagi benar-benar sia-sia.
*ÜHeart LonelyÞ*
Tempat pertama instingnya bekerja
membawanya sampai ke apartement yang dulunya adalah milik mereka berdua (ia dan
Se Hun). Entah berhasil atau tidak menemukan namja itu, yang pasti ia harus
bergerak cepat.
Lu Han memencet touchscreen lift itu
dengan gugup, tergesa, hingga seluruh telapak tangannya mengeluarkan keringat.
Saat pintu lift terbuka di lantai 5, langkahnya dipercepat lagi.
Sebuah keajaiban dan keterkejutan
matanya menangkap sosok itu sedang tersandar lemas di pintu apartementnya.
Hingga membuat sate kimchi bawaannya jatuh.
Tidak pernah menyangka apalagi melihat
kondisi sosok yang lemah, berantakan seperti itu. Ia berlari menghampirinya.
Bibir sosok itu bahkan berwarna pucat.
“Se Hun…Se Hun…kau baik-baik saja…ayo
bangunlah Se Hun.” Pintanya sembari menepuk pelan pipi namja itu.
“Jangan-jangan kau..” serunya seorang diri.
“Eunghhh…” lenguhan singkat itu membuat
suasana kepanikannya berubah senyum.
“Se Hun…ayolah buka matamu.” Pinta Lu
Han lagi, berusaha membangunkan Se Hun itu.
Namja tampan itu membuka matanya dengan
sipit, kelopak matanya nampak setengah terbuka. Namja itu juga menghindari
sinar lampu koridor apartement itu yang menerpa kelopak matanya.
“Syukurlah, sebentar…” Lu Han perlahan
menyandarkan lagi tubuh namja itu ke pintunya. Ia beranjak dan menekan layar
touchscreen kode masuk apartementnya. Setelah itu ia memapah tubuh Se Hun untuk
masuk dan membaringkan tubuh di kamarnya yang terdekat.
“Eungh…ini dimana…?” tanya namja itu
sambil memegangi pelipisnya, kelopak mata yang membentuk garis tegas itu
terbuka demi sedikit.
Lu Han terkekeh lirih. Perlahan ia baringkan
tubuh jangkung namja itu. memberinya tumpuan bantal dikepala belakangnya. Lu
Han duduk di pinggiran tempat tidur itu, menunggu namja bernama Se Hun itu
menyempurnakan pengelihatan dan ingatannya.
1 detik
3 detik
5 detik
Mata Se Hun terbelalak ketika obyek
wajah manusia yang ada didepannya terlihat jelas. “Xi…Xi Lu Lu?”
Lu Han mengangkat alisnya, “Apa Xi Lu
Lu?” ia menoleh ke sekitarnya mencari orang bernama Xi Lu Lu yang dimaksud.
“Aish maksudku…” Se Hun mengusap
matanya, “Lu Han!” serunya langsung menarik Lu Han ke dalam pelukannya yang
erat.
Awalnya masih kaku karena Lu Han sudah
bukan siapa-siapanya lagi selain teman saja. perlahan tangannya mengangkat dan
membalas pelukan itu dengan ragu.
“Aku tak percaya kau akan kesini Lu
Hannie…Lu Hannie…” Se Hun terus mengusap-usap punggung namja itu, menghirup
aroma wanginya tubuh namja imut itu.
Deg__Lu
Hannie..?
“Eng…sudah-sudah, aku kan sudah ada
disini…” Lu Han tertawa kecut dan menggumam sendiri.
“Apa kau tahu aku sangat merindukanmu?
Sejak lama aku sudah menunggumu seperti ini bahkan, apa kau tahu rasanya? gilanya
setengah mati…”
Lu Han mulai merasa sesak karena pelukan
Se Hun yang semakin erat itu, “I…iya…iya Se Hun…tapi apa kau bisa memberiku
ruang…pelukanmu membuatku sedikit…sesak…”
Se Hun melepaskan pelukannya, sebenarnya
bukan menuruti permintaan itu. Se Hun kemudian langsung menangkup wajah mungil
itu dengan dua tangannya. “Haha…aku tak percaya…hahaha…sungguh ini kau Lu
Hannie…”
Lu Han sedikit ngeri dengan perlakuan Se
Hun yang tidak pernah dikenalnya selama ini, kemudian ia berdiri “Ah aku ambil
minum dulu ne…sepertinya kau butuh minum...” dan baru selangkah ia berjalan, Se
Hun memeluknya dari belakang dengan erat. Sekarang Lu Han merasakan sensasi
yang sudah lama tidak ia rasakan kembali. Tangan Se Hun err…mengelus-elus
lembut perutnya dengan manja.
“Aku masih mencintaimu. aku serius…”
Deg
“Tapi Se Hun…”
“Percayalah aku mencintaimu Lu Hannie…”
Lu Han mendengus kesal, “Arrgh, bukan
itu. biarkan aku bicara.” Dengan gerakan perlahan ia menyingkirkan tangan Se
Hun yang menempel di perutnya, tapi tangan itu juga perlahan kembali mendarat
di perutnya. “Bagaimana dengan Baek Hyun? Tadi aku sempat melihatnya…bermesraan
dengan namja lain.”
“Aku tidak pedulikan dia. Aku sudah
melepaskannya untuk namja lain.”
Lu Han tidak merespon, ia lebih memilih
menimbang-nimbang kesempatan yang berkecamuk dihatinya.
“Kalau kau ingin kita membahas Baek
Hyun. Lebih baik aku melanjutkan percobaan bunuh diriku saja…”
“Eh! Jangan Se Hunnie, eh maksudku
jangan Se Hun. Memangnya tidak ada yang lain?”
“Ada. Makanya percaya padaku. Aku
bersumpah masih mencintaimu.”
Lu Han menunduk dan luruh kembali di
pinggiran tempat tidur itu. “Tapi aku sudah mencintai Kai…”
“Cintamu padanya akan tersingkir dengan
lamanya waktu kau mencintaiku.” Kata Se Hun dengan tegas.
Greb
Se Hun melingkarkan tangan dipinggang Lu
Han. Tangan satunya lagi mendorong lembut bahu Lu Han untuk berbaring
dibawahnya. Anehnya, kemanakah Lu Han tidak berontak saat didorongnya.
“Lu Hannie… aku sangat mencintaimu…”
“Se Hun…ugh,” keluhnya saat Se Hun
menyerang dengan ciuman lembut di sisi lehernya. “Andwae…jeball..”
“Aku tidak ingin kau meninggalkanku
lagi…apa kau tega membuatku kembali gila seperti kemarin-kemarin…sebelum kau
kesini.”
“Kai…”
“Jangan sebut dia. Kau ini sedang
bersamaku Lu Hannie.” Se Hun berhasil membungkam bibir Lu Han agar tidak
menyebutkan nama orang lain diantara mereka yang seharusnya nama Se Hun-lah
yang wajib disebutkan disaat seperti ini.
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han sedang memandangi Se Hun yang
terlelap damai disebelahnya. Ekspresinya berangsur membaik dibanding
sebelumnya. Tidak menampakkan lagi wajah gundah dan terpuruk. Se Hun tengah
tersenyum damai dalam tidurnya, dengan tangannya yang memeluk tubuh mungil Lu
Han.
“Sebenarnya, aku juga mencintaimu Se
Hunnie namun Kai…”
KAI!!__pekiknya
dalam hati.
Lu Han terkejut saat mengingatnya.
Tiba-tiba muncul firasat buruk menyergapnya. Sudah seharian lamanya ia berada
di apartement ini. Lalu bukankah harusnya ia menunggu Kai di villanya. Apakah
Kai juga sudah pulang. Kemudian ia mengambil ponselnya, tidak ada tanda-tanda
kontak Kai di ponselnya.
Lu Han perlahan melepaskan tangan-tangan
Se Hun. Lu Han bergerak cepat langsung meraih jaket tebalnya yang tergeletak di
lantai yang dinginnya hampir sedingin musim salju. Kemudian memakainya
asal-asalan dan bersiap memakai sepatu tebal yang sengaja ditinggal di lemari
apartementnya semenjak putus dari Se Hun.
“Jangan pergi.” Seru Se Hun saat
menyadari Lu Han hendak selesai memakai sepatunya dan bersiap pergi.
“Se
Hun…” balas Lu Han panik.
Se Hun mencekal pergelangan tangannya,
“Lu Hannie!”
“Mianhae Se Hun, aku harus ke villa…” Lu
Han meronta karena ingin cepat-cepat terlepas dari cekalan Se Hun yang semakin
kuat.
“Jangan pergi sendirian saat subuh
begini. Tunggu aku…akan ku antar.”
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han terburu membuka pagar villa itu,
bahkan ia menerjang keras pintu yang kini tengah terkunci sambil meneriaki nama
Kai berkali-kali.
Jika kuncimu
hilang, buka saja pot mainan didekat pintu…
Lu Han baru mengingat pesan yang
dikatakan Kai saat disela perjalanannya kemarin. Ia bergerak cepat membuka pot
mainan itu. mengambil salah satu kunci cadangan yang jumlahnya ada lumayan
banyak.
“Kai-ah!!” teriaknya berlarian menuju
semua ruangan di villa itu. Sementara Se Hun sibuk memandangi penjuru villa
itu. Lu Han terus meneriakinya, hingga hasilnya nothing tanda-tanda Kai sudah
pulang.
Lu Han menatap meja makan dan dapur
diseberangnya, keadaannya masih sama seperti sebelum ia dan Kai meninggalkan
villa ini untuk berjalan-jalan.
Lu Han yang hampir pingsan di lantai
langsung ditolong Se Hun yang sigap berdiri disampingnya, lalu membantunya
duduk dikursi meja makan itu.
“Seperti ini lagi…kenapa dia menghilang
lagi. Dia meninggalkanku…”
“Lu Hannie, dia sudah tidak ada,
sekarang ada aku.”
“Tapi dia ada disaat kau tidak ada Se
Hun...”
Rasanya sedang ditampar cukup telak, Se
Hun terdiam. Sesaat kemudian ia meraih Lu Han dalam pelukannya, “Mianhae Lu
Hannie, lain kali itu tidak akan terjadi lagi. Aku akan selalu ada untukmu
setiap saat, kapanpun itu…sampai waktu benar-benar berhenti.”
Tangisnya pecah, Lu Han membenamkan
wajahnya tangisnya yang membasahi pipinya, memeluk Se Hun dengan eratnya,
menumpahkan kesakitan yang menumpuk dihatinya
Saat yang lama telah pergi, ia didatangi
oleh yang baru. Sebaliknya, saat yang baru telah pergi, yang lama telah kembali
mendatanginya. Setragis itukah namja yang dicintainya bernasib begitu.
Se Hun dan Lu Han terperanjat kaget
ketika suara lonceng di pintu depan menggelegarkan situasi mereka. Lu Han
berlarian tergesa menuju pintu itu, berharap bahwa yang datang itu…
“Kai-ah!!” pekiknya begitu pintu itu
dibukanya,
“Maaf mengganggu, ini aku Lu Han-shii…”
kata tamu itu menyambut mereka di pagi yang masih gelap.
“Kyungsoo-shii…ada apa sepagi ini
berkunjung. Apa ada barangmu yang tertinggal?”
Kyungsoo menggeleng pelan kepalanya yang
menunduk, tanpa basa-basi lagi ia langsung memeluk Lu Han, “Terima kasih untuk
waktumu Lu Han-shii… gamsahamnida…”
“N…Ne Kyungsoo-shii, untuk waktu apa?”
“Untuk waktumu bersama Kai yang paling
indah dalam sejarah hidupnya sebelum berakhir…”
Lu Han menelan ludah susah payah, “Apa
kau bilang????”
*ÜHeart LonelyÞ*
“Kau jahat Kai…kau jahat. Beraninya kau
menghilang lagi tanpa mengatakan padaku apa yang sebenarnya
terjadi…hiks…teganya kau mengulangi kehilanganmu secara tiba-tiba…apalagi
dengan cara seperti itu…kau tidak mengerti apa aku gila, kesepian saat kau
menghilang begitu saja…”
Se Hun memeluk hangat bahu Lu Han,
memberinya sedikit ketegaran atas ini.
“Benar dugaanku kan, kau menyimpan
sesuatu dariku…menyangkalnya saat aku mengkhawatirkan kondisimu yang
memucat…apa tidak ada cara lain selain menyembunyikannya ha? Harusnya kau
bilang saja yang sebenarnya kalau kau sakit ini sejak lama…dengan begitu…kau
tidak perlu mengorbankan fisikmu yang melemah…” suara Lu Han mulai bergetar
saat angin yang semakin dingin itu menerpanya.
“Lu Hannie, jangan begitu…”
Lu Han menyeka air matanya, tetapi tetap
saja pipinya tidak kunjung kering, “Baiklah, aku tidak akan menyalahkanmu
lagi…aku akan tersenyum sesuai permintaanmu yang dulu, saat pertama kali kau
memberikan kantong penghangat itu padaku…”
Langit yang awalnya akan disinari oleh
matahari terbit perlahan berubah sedikit gelap kembali. Awan mendung itu datang
menghiasi langit diatas mereka, memberi dukungan pilu atas kepergian yang
mendalam bagi Lu Han.
“Terima kasih Kim Jong In-ah…terima
kasih atas waktu mu yang berharga Kai…kau sudah mengisi hatiku yang kesepian,
menyembuhkan beberapa luka dan sakit yang selalu menggodaku… terima kasih atas
perlakuan hangatmu selama ini…terima kasih juga atas cinta dan hari-hari sepi
yang kau isi dengan kemisteriusanmu…terima kasih Kim Jong-In…terima kasih…”
ungkapnya tulus mengusap lembut pusara Kai.
Lu Han mendongak ke Se Hun, Se Hun
membalasnya dengan senyuman tipis dan memeluknya sejenak. Lalu Lu Han memberi
anggukan, saatnya ia merelakan pergi dari tempat itu.
“Se Hun…berjanjilah padaku kau tidak
akan meninggalkanku lagi.” Pinta Lu Han disela-sela pelukannya lagi.
“Aku berjanji, meskipun kau yang
memintaku pergi. Aku tetap bersamamu.” Se Hun memberikan kecupan dipuncak
kepalanya, lalu memberi ciuman lembut dipipinya.
“Jangan lupa dengarkan benda pemberian
Kyungsoo tadi.” Peringat Se Hun yang dibalas Lu Han dengan anggukkan paham.
.
.
“Iya…sudah jelas
belum?Ehem…
Lu Han, aku tahu
kau akan marah…cemberut… dan kesal atas kelakuan hilangnya aku untuk kesekian
kalinya. Kau boleh tidak memaafkanku tapi…ku harap kau memaafkanku…Hehehe.
Dengan begitu, kau mengerti apa terjadi sebenarnya dibalik sikapku itu.
Kau tahu, aku
masih tegang, kagok ingin memangilmu enaknya seperti apa. beri pilihan, ku
panggil Lu Han-shii, Lu Han-ah, atau eum…Lu Han chagi…hehe. Ya tuhan, hatiku
terlalu berdebar menyebutkannya, apalagi ini langsung didengar olehmu.
Oh ya, aku
bersyukur sekali pada Tuhan yang sangat baik padaku. Awalnya aku sering
mengumpat padaNya, mendengus kesal sendiri kenapa Tuhan memberi kesakitan yang
sulit aku hindari. Saat waktu terakhirku ditemani oleh Kyungsoo-ah.eee… aduh,
maksudku Kyungsoo-hyung. Semua keluhan itu berangsur ku lupakan namun…
Belakangan tahun
ini, tepatnya saat pertama kali aku melihatmu bersama mantanmu itu sedang
berpacaran sambil makan ice cream duduk ditrotoar sekolah TK itu…sakit yang ku
derita ini semakin mengganas hingga merubah sedikit demi sedikit hubungan
manisku dengan Kyungsoo-hyung.
Engh,sudahlah
hyung. Jangan membahas hubungan yang itu. nanti Kyungsoo yang sedang didepanku
ini akan menjitakku terus menerus. Hahaha. Mmm, hyung. Aku senang, disaat
terakhirku. Aku bisa meraihmu disaat yang tepat. Paling tidak, setelah ku baca
pikiranmu yang kalut itu. aku bisa
membantu menyembuhkan luka-luka itu. tapi eits…jangan menyebutku main reader
ne. aku bukan golongan seperti itu. semua dugaanku tentangmu saat kita bersama,
itu semua benar karena main feelingku yang memberitahukannya.
Hyung, aku
kasihan pada Kyungsoo. dari tadi dokter dan suster cantik disamping kami terus
menyuruhnya mematikan rekaman ini. aku malas hyung menuruti mereka. Toh dengan
cara apapun, penyakit ini tidak akan hilang bersarang di ulu hatiku. Tolong aku
Lu Han-ah, hehe. Tolong pukul dokter dan suster evil ini. uuu…
Sampai kelewatan
ya, aku belum menyebutkan kenapa aku sering menghilang saat kita tengah
bertemu. Kasih tahu sekarang atau tahun depan ya. Aku gugup menjawabnya.
Eumm…begini.
Aku ini
sebenarnya orang pendiam, hanya kelihatannya saja ramai. Aku ini tidak mudah
apalagi gamblang jika jatuh cinta pada seseorang. Saat aku melihatmu bersama
kekasihmu di dekat TK itu, awal itulah Kai In Love muncul. Aku sering
menghilang karena takut jika perasaan itu sepihak, apalagi mendapat penolakan.
Yakinlah padaku bahwa setelah itu aku akan kau temukan tersangkut dibatuan tebing
dihutan Seoul dengan keadaan mati.
Hyung, dokter
ini mengancamku jika Kyungsoo tidak memaksaku menghentikan rekaman ini. dia
akan membanting rekamanku dan menguburnya didekat rumahmu. Aish, sadisnya kan?
Hmm…baiklah. Aku akan menuruti dokter ini.
Lu Han-ah, aku
tahu kau masih mencintai mantanmu yang tampan itu. makanya terkadang aku
menghilang, untuk memberimu kesempatan mengenang namja itu. tempatmu adalah
bersamanya hyung. Aku tidak kenal pasti siapa namanya tapi. Hatiku berkekuatan
yakin bahwa namja itu meninggalkanmu karena bimbang. Seiring berjalannya waktu,
dia pasti akan khilaf dan memintamu kembali bersamanya.
Berbahagialah
dengannya hyung. Aku tidak akan bisa menggantikan posisinya karena bagaimana
pun. Ruang dan waktu mencintainya lebih lama daripada saat kau mulai
mencintaiku. Jangan pernah memasang wajah sedih, pasang wajah aegyo saja.
warnai harimu dengan senyuman. Senyuman itu bisa membuat mantan tampanmu itu
semakin jatuh cinta padamu hyung…
Satu lagi,
berjanjilah padanya atau sebaliknya. Berjanji bahwa kalian akan bersama dan
menghapus cinta yang menjadi jeda diantara kisah kalian. Seperti kau menghapus
aku, seperti dia menghapus namja itu. selamat menempuh hidup baru setelah aku
pergi ya… aku akan semakin bangga jika kau menikah dengannya dan ehem…mendapat
rekor pasangan teromantis dan terawet dinegara Korea.
Lu Han, selamat
tinggal. Rekaman ini aku akhiri karena si dokterku sudah memberi peringatan
yang ketiga. Awas jika hyung tidak menuruti pesan-pesan direkaman ini. Jinjja!
Hehehe. Terima kasih sudah mendengarkan ocehanku yang terpanjang ini. jaga
kesehatan, kalau kedinginan. Tinggal peluk saja mantan tampanmu itu.
Dari Kim Jong In
aka Kai yang dibantu merekam oleh Kyungsoo. pay pay Lu Han…”
*END*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar