HunHan ||
KaiLu – FF Yaoi EXO
Tittle : Heart
Lonely
Author :
VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi,
Romance
Rate : T
Length : 2Shoot
Main Cast : Lu
Han—Se Hun—Kai—Kyungsoo
Other Support :
temukan sendiri (?)
Disclaimer : EXO
member’s punya eomma appa-nya, SM agency, dan Tuhannya. Ini fiktif, tidak
menyangkut sama sifat asli tokohnya.
© Copyright :
natural from my mind, my brain, my imagination
WARNING : BOYS
LOVE. Bocah AWAS! Don’t copy for rename of share or choose go to HELL for Long
time.
Summary : jiwaku
kan selalu bersamamu, meski kau tercipta bukan untukku saat ku yakin hanya kau
lah milikku…
Cuap-cuap jenak :
kalian tau itu liriknya lagu apaaa… oya, ini hasil dari khayalan waktu aku
nyanyi-nyanyi pas mandi (#weh buka RHS)… trus ya, maaf, apa dari kamu sekalian
ada yang rindu sama aku (#batinnyahuek) hahaha…
Aku berterima
kasih buat partisipasi temen-temen yang ngasih penilaian lewat binderku, lewat
emailku, chatku, makasih ya… terimakasih buat yang bilang FF Devil May Care ada
kemajuan ngefeelnya… ehehe uhuk…
Baek Hyun my
idol, meskipun disini nggak aku sebutin, tapi, kalo nggak ada kamu disini, FFku
jadi sueppii kayak hatiku… huweh, lebayne… ssttt…
FF ini adalah FF
bertajuk(?) HunHan Couple pertamaku, jdi jgn lupa ngasih apresiasi lagi ya. Semoga
kalian suka. Gomawo…gamsahamnida…mumu
#sorry,radagilabelakanganini…
THIS IS
TRATARATARAT…
*ÜHeart Lonely PART 1Þ*
AUTHOR
POV
Lu Han memberanikan diri melangkahkan
tubuhnya menghampiri seseorang yang diam...sebenarnya orang itu terpaku didekat
jendela. Tangannya gemetar, terasa basah karena keringat dinginnya, gugup
mengutarakan perkataannya pada orang itu.
“Se Hunnie...jadi kau memilih bagaimana?”
Lawan bicaranya itu langsung menoleh,
dengan datar menatapnya, “bagaimana apanya Lu Hannie?”
“Err…keputusanmu, kau memilih orang itu
atau a..aku?” jemari lentik Lu Han saling memainkan, itulah cara nya untuk
sesekali meredam kegugupannya ini.
Se Hun terbelalak meski tetap datar
menanggapi kekasihnya ini. “Haruskah ku jawab detik ini?”
“Ne.” tegasnya walau dengan nada
lembutnya.
“Kau sanggup mendengarnya Lu Hannie?”
“Sudahlah, katakan saja Se Hunnie…”
Se Hun mengaduh tanpa suara ketika ia
berdiri dari bangkunya, “Sanggupkah kau...ck, aku kasihan padamu Lu Hannie”
Lu Han semakin menunduk dalam, “Katakan
saja sesuai hatimu...”
“Kau bisa meninggalkanku, lupakan soal
apartemen kita ini karena aku memilihnya dan…setelah ini, tidak ada diantara
kita yang menempati apartemen ini kecuali…jika aku berubah pikiran…”
Petir ini menyambarnya bersama hujan
yang mengguyur lapisannya, sekian lama mentari menerangi perjalanannya dengan
namja ini…tepat sudah berlangsung lebih dari setahun. Kini terbayar musnah
dengan satu hari ini yang menghancurkannya. Hanya tersisa 1% kemungkinan
memanggil mentari agar meneranginya lagi.
TES
Mata yang memanas tak mampu ditahan
kelopaknya agar tak menjatuhkan air beningnya. Kedua tangannya meremas rapat
kain (sapu tangan pemberian Se Hun hasil rajutannya sendiri) yang ada didalam
sakunya. Lalu, helaan nafas terdengar ditelinganya. Membuat pemilik nafas itu
menunduk dan...menyeka seluruh air matanya.
“Lu Hannie…jebal, jangan menangis…” Se
Hun merangkul tubuh itu, Lu Han sesenggukkan menangis didada bidangnya,
“maafkan aku Lu Hannie, kau bisa memilikiku, aku takkan raib darimu meski aku
memilihnya…”
Lu Han mempererat pelukannya, “Ikuti
saja hatimu Se Hunnie, kau pantas bahagia dengannya…” kemudian ia melepaskan
pelukan itu, “…aku pasti sanggup, akhiri saja sampai disini...” meski ia masih
tetap mencintai namja ini…
*ÜHeart LonelyÞ*
Sudah lama Lu Han tidak pernah menangis
sejak 4 tahun yang lalu. Ditahun itu yang paling menyedihkan, kehilangan orang
yang dicintainya yaitu noona-nya. Satu-satunya darah daging yang masih hidup
setelah kedua orang tuanya meninggal saat membawanya pulang dari rumah sakit
ketika ia masih bayi.
Lalu kenapa sekarang…?
“Sudahlah Lu Han, ini jalanmu, itu
jalannya, dan kau sudah memilih Lu Han...” ungkapnya pada angin yang
menggebu-gebu didekatnya.
Ia menghela nafas cukup panjang,
sekumpulan kabut keluar dari hidung dan mulutnya. Cuaca yang ditapakinya kini
dinginnya tidak main-main. Selanjutnya ia kembali melanjutkan langkah.
Sebetulnya ia tidak boleh ke tempat ini. bukan karena ada yang melarang tapi
sebuah kenangan yang terjadi pada dirinya. Kenangan saat pertama kali ia
bertemu dengan manusia tertampan yang bernama Oh Se Hun.
“Sepertinya kau kedinginan, pakai ini.”
Ia seketika terkejut melihat namja
tampan tiba-tiba muncul disebelahnya apalagi disaat…ia mengenang tempat
bersejarah ini. namja itu memberikan dua buah kompres (lebih miripnya kantung
yang membuat suhu tubuh dibalik jaket lebih hangat).
“Ambillah, kajja jangan dilihat saja.” ulangnya lagi, kali ini nadanya lebih
lembut dari sebelumnya.
Bukan Lu Han namanya jika tidak
menghargai apa yang diberikan seseorang padanya, apalagi ini tulus. Ragu ia
mengambil kompres ditangan namja itu. perlahan ia redamkan keraguannya dan
berhasil menerimanya.
“G… gamsahamnida.”
“Kai… Kim Jong In – imnida.”
“Aku…Lu Han. Senang bertemu denganmu
Kai-shii…”
Namja tampan menyungging senyum,
“Nado…namamu seimut wajahmu ya. Sedang apa kau ketempat ini Lu Han-shii?”
Lu Han mengalihkan pandangannya, lalu
menunduk, “Aku… hanya sekedar lewat.”
Kai tertawa kecil, “Bohong, kau pasti
mengenang tempat ini kan? Benar kan, karena aku sering melihatmu ada ditempat
ini bersama…kekasihmu itu.”
Hening
“Ah, tidak perlu kau jawab. Maaf jika
perkataanku yang tadi membuatmu semakin gusar.” Kemudian tanpa diketahui oleh
mata namja imut didekatnya, Kai perlahan tapi cepat menghilang dari tempat itu.
Lu Han masih menunduk, sedetik kemudian
ia menoleh ke arah Kai… ”dia sudah pergi…” hembusan nafas pendek sebagai tanda
bahwa Lu Han merasa kesepian lagi
“Jangan lupa
warnai harimu dengan senyum manismu itu…”
Lu Han mendengar jelas bisikan yang
menggema telinganya barusan itu. Ditatapnya sekeliling trotoar depan sekolah
anak TK yang gelap, tapi tidak ditemukan orang dipandangannya itu.
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han menutup pintu rumah itu dengan
malasnya. Perasaannya masih tertinggal di apartementnya dengan Se Hun dan
keterpakuannya masih melekat setelah pertemuannya dengan Kai.
“Tidak menginap di apartement kalian?”
tanya seorang namja cantik yang memiliki postur tubuh seperti Lu Han.
“Tidak lagi untuk sekarang Baek
Hyun-ya…”
“Waeyo? Kalian bertengkar?” tanya
Baek Hyun lagi.
Lu Han memang masih sedih tentang
kejadiannya yang diapartement. Tapi, apakah kesedihannya itu patut mengharuskan
dirinya egois mengacuhkan pertanyaan teman baiknya itu. rasanya sungkan bagi Lu
Han jika menyembunyikan apapun dari namja itu.
Sejak kematian noona-nya, Lu Han tidak
tinggal dengan sanak saudaranya melainkan dengan Baek Hyun. Karena Baek Hyunlah
yang memaksanya tinggal bersama. Padahal Baek Hyun sendiri sudah punya rumah
sedangkan rumah Lu Han sudah dijual untuk melunasi hutang keluarga. Kebaikan
namja itu didedikasikan lewat membeli rumah yang cukup luas dan megah ini untuk
ditempatinya. Bukan alasan kasihan, hanya saja sebagai teman yang memiliki
penghasilan sangat tinggi, apakah tega melihat temannya yang sebatang kara?
Tidak pastinya.
Ia harus tegar, tegar dan tegar walau
pun dengan terpaksa berat menjawabnya.
“Aku dan Se Hun sudah mengakhiri ikatan
ini…”
Tersadar akan pertanyaan yang
memperburuk suasana lawan bicaranya, Baek Hyun beranjak dari duduknya,
menghampiri Lu Han dan mengusap-usap pundaknya. “Lu.. Lu Han-ah, maafkan aku
atas pertanyaan itu. aku janji akan lebih menjaga mulutku agar tidak
menyakitimu lagi...”
Ada setetes air mata yang mengalir di
pipinya, ia segera mengusapnya dan merespon Baek Hyun dengan senyuman (berusaha
manis), “Gwenchana, aku tegar, aku pasti bisa bertahan tanpanya...”
*ÜHeart LonelyÞ*
Seminggu sudah Lu Han menyendiri,
kebetulan saat itu juga ia tidak ada jadwal kuliah. Masih dengan hal yang sama
yang dipertanyakannya sejak 7 hari yang lalu.
Kenapa Se Hun memilih namja itu?
Padahal setahun lebih tidak ada
perselisihan diantara mereka. Akur, tentram, selalu romantic tapi... ternyata
semua itu tidak menjanjikan kelanggengan yang diharapkannya.
Tok…tok…tok…
“Selamat pagi... ada orang di rumah?”
Lu Han langsung beranjak begitu ada
orang yang bertamu didepan rumahnya. Ia keluar dari kamarnya yang tidak
tertutup pintunya.
“Lu Han-ya, tolong bukakan ya... aku
sedang sibuk.” Teriak Baek Hyun dari ruang makan.
“Baik...”
Tangannya sedang membuka pintu itu
sambil mengatakan, “tunggu sebentar ya__”
Suaranya mendadak tertahan begitu
tangannya sudah menyambut pintu dan memunculkan sosok jangkung yang disangkanya
adalah orang asing.
“Maaf jika mengganggu, apakah Byun Baek
Hyun ada di dalam?”
Kaku… masih
meninggalkan secuil hatinya yang sakit karenanya.
“A… ada. Silahkan masuk dulu.”
“Terima kasih Lu Han.”
“Langsung saja masuk, anggap rumah sendiri.
Baek Hyun ada di ruang makan sepertinya menunggumu Se Hun…”
Sosok itu adalah Se Hun yang kini
tersenyum, “Geure, sekali lagi terima kasih.”
Lu Han mengikuti (sebetulnya berniat
mengantar) Se Hun ke ruang makan. Tapi langkahnya berhenti saat Se Hun sudah
melangkah lebih cepat dengan senyuman yang
semakin merekah pada namja cantik itu, kemudian mengeluarkan sekotak
kado kecil dibalik jaketnya dan memberikan pada namja itu.
“Se Hun-ah terima kasih menyempatkan
waktu kesini.”
“Ne, mana mungkin aku mengingkari
janjiku.”
“Ini apa?”
“Buka saja! mungkin saja itu seratus anak cicak.” Se Hun
tertawa kecil
Baek Hyun terkejut hebat, bahkan hampir
melempar kotak kado itu. “Ck, mengerikan sekali. Kau mau aku mati ketakutan
didepanmu ha?”
Se Hun mencubit gemas pipi Baek Hyun, “Tidak,
aku hanya bercanda Baek Hyun-chagi...”
Baek
Hyun-chagi…?
Lu Han menunduk, mendengarnya sangat tak
percaya. Lu Han tau banyak soal pergaulan Se Hun dan Baek Hyun seperti apa.
Baek Hyun mengenal Se Hun lewat ceritanya, tidak pernah kenal se… akrab ini.
lalu Se Hun tidak pernah mengenal Baek Hyun sama sekali. Saat Lu Han memutar
bola matanya lurus ke arah dua namja itu...
Lu Han langsung berbalik, menyandarkan
tubuhnya dengan kasar tanpa hentakan ke dinding. Apa yang membuatnya reflek
membalikkan badannya? Lu Han menangkap adegan yang menusuk hatinya.
Adegan Se Hun melumat lembut bibir Baek
Hyun
Apa alasan yang mendasari Se Hun
melakukannya dengan Baek Hyun… apalagi ada dirinya dirumah ini...! apa Se Hun
melupakan keberadaannya yang sudah membukakan pintu untuknya tadi!
*ÜHeart LonelyÞ*
Setelah keluar dari tempat yang membuat
dirinya sakit hati. Lu Han mencari udara segar diluar sana. Kakinya melangkah
sesukanya, angin yang menuntunnya hingga ia sampai pada trotoar depat Taman
Kanak-kanak itu.
Lu Han merekah senyum, menghampiri
sekolah yang tidak berpagar itu. Membuat Lu Han leluasa melihat anak-anak yang
bermain dipekarangan sekolah itu.
Kemudian seorang anak perempuan
menghampirinya, “Hyung… Hyung… mau bermain dengan kami?”
Lu Han tersenyum, mengangguk antusias
“Boleh juga. Kajja…”
Lu Han bermain dengan anak-anak itu,
memainkan memasukkan bola tercepat, petak umpat, dan beberapa permainan
membangun istana pasir. Anak-anak itu menikmatinya, tersenyum lebar bersama
dirinya.
“Ayoo adik-adik, kita pestaaaa…” teriak
suara namja.
“Wah, Kai Hyung sudah datang, ayo
teman-teman kita kesana...” ajak anak perempuan yang tadi mengajak Lu Han
bermain.
Apa Kai?
Seketika itu anak-anak menghentikan
permainannya masing-masing, berhamburan menyerbu namja yang membawa banyak
kotak berisi makanan. Sementara Lu Han masih memperbaiki istana pasir milik
laki-laki cilik yang tadi dirusaknya.
Tiba-tiba ada yang menarik-narik kerah
pakaiannya, “Hyung… hyung… ayo hyung kesana… kita makan bersama…”
Lu Han tersenyum tipis, “Ne adik, nanti
hyung menyusul.”
“Awas ya jika hyung kabur…”
Lu Han terkekeh, “Tidak akan, ganteng…”
Lu Han kembali sibuk dengan pasirnya,
membuat istana pasir yang semirip mungkin sebelum yang aslinya sudah dirusaknya
tanpa sadar.
Greb
“Ini bagianmu, makanlah Lu Han-shii… “
suara berat itu membuatnya berpaling
dari istana pasirnya. Ia melihat sosok
namja dewasa itu memegang bahu kirinya dan memberinya sekotak makanan.
“ah, terima kasih... “
Kai duduk dipinggir Lu Han yang sedang
kesulitan membuka kotak itu. “Membuka saja tidak bisa, sini ku bantu.” Kai
tertawa kecil lalu membuka perekat kotak itu, “Ini.”
Lu Han tertawa hambar, “aku menyusahkan
sekali ya.”
“Tidak juga, kau begini kan karena sakit
hatimu bangkit lagi.”
Deg
Lu Han tersentak, hampir membuat kotak
makanan ditangannya jatuh. Ia mengalihkan pandangan dan menunduk. “Kai...
kenapa kau selalu tau apa yang sedang kurasakan… apa kau mengamatiku?”
Kai mengusap puncak kepala Lu Han, “Ternyata
kau suka anak-anak juga.”
“Kai… jebal, jangan mengalihkan
pembicaraan.”
Kai menggumam, “Lanjutkan makanmu, aku
serius mengatakannya. Kalau sudah habis baru bicara lagi.”
Lu Han menurut, kalimatnya Kai itu ada
benarnya. Ia menghabiskan makanan itu. cukup lama mungkin terhitung 5 menit. Lu
Han menoleh kearah kirinya.
Kai sudah pergi…
Bahkan ia tidak merasakan sama sekali
bahwa tubuh Kai beranjak meninggalkannya. Lu Han semakin kebingungan, sempat
menganggap apakah Kai itu manusia atau makhluk halus...
*ÜHeart LonelyÞ*
Baek Hyun menatap Se Hun yang tampaknya
mulai bosan bermain dirumahnya. Sedikit heran akan perubahan drastic sikap Se
Hun, terlebih ketika Lu Han sudah 4 jam tidak pulang. Apakah Se Hun masih
merindukan mantan kekasihnya.
“Se Hun-ah…” lirihnya dengan lembut,
Se Hun tidak menoleh padanya. Matanya
menggambarkan kekosongan yang gelap. Padahal disebelahnya sudah ada namja yang
memberinya cahaya.
“Kau ada masalah? Ceritakanlah padaku Se
Hun.” Tanya Baek Hyun sembari memeluk Se
Hun dari samping sofanya.
Se Hun melingkarkan tangan dipinggang
Baek Hyun, “Mian, apa kau merasa bosan dan ingin ku ajak jalan-jalan?” Se Hun
malah balik tanya.
“Tidak Se Hun, aku hanya
mengkhawatirkanmu. Mata mu tadi menatapku kosong.”
“Mianhae, jinjja? Padahal aku
melamunkanmu…”
Baek Hyun kurang percaya dengan
jawabannya, ia melepaskan pelukannya kemudian berdiri. Ia sedikit menunduk agar
melihat jelas mata kekasihnya, tangannya memegang kedua rahang Se Hun, “Masih
memikirkan Lu Han?”
Glek
Se Hun membelalak spontan, “Kau tau apa
yang baru saja kau ucapkan...” tanya Se Hun datar.
“Jelas aku tau, aku asal tebak saja
karena pikiran ini sudah muncul sejak satu jam Lu Han pergi. Ku pikir
melihatnya tak kunjung pulang, kau mengkhawatirkannya dan sedikit tidak rela
ditinggalnya. Padahal... kau dan dia sudah berpisah.”
“Aku sudah rela ditinggalnya, faktanya
aku lebih memilihmu dan berpisah dengannya. Jangan kau ulangi lagi Baek
Hyun-ah.”
Baek Hyun tersenyum, “Benar kau
memilihku tapi setengah hatimu masih menyimpan sosok Lu Han yang selalu kau
khawatirkan, kau kasihi. Seperti yang kau bilang, aku cukup hebat dalam
hal memanjakanmu yang tidak kau rasakan
dari Lu Han apalagi kau dan dia beda Negara. Tapi selebihnya, ku rasa cintamu
masih ada untuk Lu Han.”
Se Hun mengatupkan rahangnya
rapat-rapat. Penuturan dari Baek Hyun cukup telak ditelinganya itu.
“Aku mencintaimu, bahagia bersamamu
karena lebih memilihmu. Aku sudah melupakan Lu Han seutuhnya. Kau mengerti!”
Baek Hyun tersenyum. Selanjutnya Se Hun
mendorong namja cantik itu hingga terhempas ke arahnya dengan kasar. Menarik
rambut namja itu agar mendongak dan melumatnya dengan cukup kasar.
*ÜHeart LonelyÞ*
Kebingungan
Penasaran
Pikir Lu Han, sebenarnya apa maksud Kai
selama ini. sikapnya yang tertutup, mengetahui apa yang dirasakannya, terakhir.
Pergi secara diam-diam. Sebenarnya Kai itu apa.
“Kakak… kakak… kakak tidak pulang?”
Datanglah suara yeoja kecil yang
membuyarkan umpatannya. “Sebentar lagi kakak akan pulang. Adik duluan saja ya…”
“Tidak mau, kalau kakak pulang, adik
juga pulang…”
“Tapi kakak sedang…”
Yeoja kecil itu menggandeng paksa tangan
lembut Lu Han, “Ayo kak, kakak juga harus pulang.”
Lu Han menuruti yeoja kecil itu
menggandengnya kemana saja. Daripada Lu Han tega membuat nangis anak orang.
Lebih baik ia merelakan kekalutannya akan Kai.
“Kakak, lihatlah. Kakak tampan itu
mencari kakak dari tadi.” Sembari menunjuk pada namja yang tengah duduk di
dekat batang pohon yang daunnya gugur.
“Ah, adik katanya minta pulang. Kenapa
membawaku kesini?”
“Hampirilah kakak tampan itu. ku
mohon... ne?”
Antara tidak mengenalnya dan pernah
bertemu, antara orang baru atau lama, antara sosok Kai atau… Se Hun. Lu Han
menyimpan segala kemungkinannya itu.dengan langkah yang sungkan, sedikit takut,
campur aduk sudah Lu Han mendekatinya begitu jarak kakinya hanya setengah meter
dari namja itu.
Greb
Belum siap apa-apa, hampir saja ia
terhempas kebelakang. Namja itu memeluknya secara tiba-tiba. Sudah pasti Lu Han
terkejut.
“Maaf, selama ini tingkahku mencurigakan
dimatamu Lu Han… maaf, aku selalu tertutup dihadapanmu… maaf, aku selalu pergi
begitu saja… maaf... “
Lu Han mengerjap-erjapkan matanya,
“Kai…”
Deru nafas yang menahan dingin cuaca itu
sampai terdengar ditelinganya, pasti Lu Han juga mendengarnya tapi sebenarnya,
Kai tau arti lain deru nafasnya yang ini, “Tolong maafkan aku Lu Han… maafkan
aku sebelum aku kembali pergi… jeball.”
Lu Han mempererat pelukannya, “Kai... memangnya
kau mau kemana lagi Kai?”
“Lu Han jeball, jangan mengalihkan
topiknya. Mianhae jeball…”
Lu Han menjajarkan wajahnya, tangannya
masih memeluk punggung Kai, “Kai… bicara apa kau ini. kau tidak melakukan
kesalahan padaku, kenapa harus minta maaf. Haruskah kau kembali pergi,
padahal…aku sudah nyaman berada didekatmu.”
Kai melepaskan pelukannya, menatap
serius namja itu. “Lu Han jeball. Jangan mengalihkan topiknya. Cepat maafkan
aku sebelum aku kembali pergi.” Ulang Kai lagi. Sekujur tubuhnya mulai terasa
lebih ringan.
“Kai apa maksudmu? Kau memaksaku? Kau
mau kemana lagi Kai?”
“Lu Han, ku mohon maafkan aku… “
BRUK
“Kai… Kai… sadarlah Kai… kau kenapa hey…
Kai apa kau pingsan… Kai…”
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han yang dibantu oleh beberapa guru disekolah
TK itu berhasil membawa Kai terbaring di salah satu rumah sakit yang tak jauh
dari sini. Lu Han masih setia duduk disebelah ranjang Kai, menggenggam hangat
tangan Kai yang dingin.
Apa yang dia maksudkan beberapa saat
yang lalu…? Memaksa, sebetulnya memohon untuk dimaafkan hingga akhirnya dia
ambruk dihadapannya… sebetulnya disini tidak ada yang salah bagi Lu Han. Semua
ini sudah diatur Tuhan, baginya tidak yang patut disalahkan lagi.
Cklek
Tap Tap Tap
Lu Han langsung beranjak ketika muncul
namja manis bertubuh mungil berdiri dihadapannya.
“H… Halo. Maaf, apa aku mengganggu
waktumu?”
Lu Han menyungging senyum, “Tidak
masalah. Boleh aku tau kau siapa-nya Kai?”
“Ah gomawo, perkenalkan aku Do
Kyungsoo-imnida, kekasihnya Kai.”
Glek___’kekasihnya Kai’
“Aku Lu Han, temannya Kai.”
“Oh Lu Han, cantik juga seperti yang Kai
ceritakan selama ini.”
Lu Han tertawa (hambar) kecil, “Ku
anggap itu pujian Kyungsoo-shii. Kalau begitu, silahkan bicara empat mata.” Atas
keinginanya sendiri, Lu Han melangkah meninggalkan dua namja itu.
“E, Lu Han-shii. Sebenarnya kau boleh
tetap disini.”
Lu Han berhenti dan berbalik, “Tidak
perlu Kyungsoo-shii, sama saja mengganggu. Lagi pula kalian kan sepasang
sekali. Tidak wajar jika aku ditengah-tengah kalian.”
Kyungsoo terkekeh lirih sambil
manggut-manggut, “Ne geure. Gamsahamnida Lu Han-shii…”
Lu Han membalas senyum, ‘beruntung dia memilikimu Kai… sayangnya aku
tidak bisa menggapaimu...’
*ÜHeart LonelyÞ*
Kai membuka matanya, ruangan beratap
putih menyambut bersama bau obat-obatan masuk ke hidungnya.
“Kai, kau sudah sadar? Apa yang kau
rasakan Kai?”
Suara itu memancing matanya untuk
menoleh ke sumbernya. Seorang namja manis bertubuh mungil tengah
mencemaskannya.
“Masih sedikit sakit. Kemana Lu Han…?”
sambil mengangkat badannya untuk bangkit
“Eh Kai hati-hati.” Namja itu
menghentikan pergerakannya. “Jangan bangkit dulu. Kondisimu masih labil.”
“Kyungsoo-ah, kemana Lu Han?”
Kyungsoo tidak menjawab
“Kemana Lu Han? Kau mengusirnya ha?”
“Itu tidak benar Kai. Dia sudah pulang
duluan.” Kyungsoo menundukkan pandangannya.
“Apa katamu bisa kupercaya? Kau ingin
berdua denganku bukan?”
….“Tidak Kai, aku tidak begitu. Lagi
pula aku mengetahui betul perasaanmu pada namja itu seperti apa. tidak mungkin
aku tega mengusirnya Kai. Percayalah padaku Kai. Aku mengatakan yang
sebenarnya.”
“Do Kyungsoo, aku memang menyanyangimu.
Tapi jawabanmu itu sepertinya ada keganjilan. Mungkin benar kau tidak
mengusirnya, namun setelah dia pergi. Kau bahagia karena itu kan?”
Kyungsoo menghela nafas dalam-dalam. Ia
terdiam.
“Sekarang apa? kau mau menyembunyikannya
dariku Kyungsoo-ah? Adakah perasaanmu yang takut tersingkirkan oleh Lu Han?”
“Kai…” katanya setengah membentak.
“sebenarnya apa kau masih mencintaiku? Sikap percayamu meluntur drastic Kai…”
Kyungsoo mengalirkan air matanya.
Greb
Kai memegang lengan Kyungsoo dengan
kedua tangannya. “Dengar penuturanku dengan jelas Kyungsoo-ah…”
“Tidak ada yang dijelaskan Kai.”
Kai membungkam mulut namja manis itu
dengan telunjuknya, “sstt…” Kai menurunkan telunjuknya, kembali memegang lengan
Kyungsoo. “Sampai saat ini aku masih dan masih mencintaimu…” Kai memberi jeda,
“…mencintaimu bukan sebagai namja, aku mencintaimu sebagai hyungku
Kyungsoo-ah.”
Ketika Kai mengatakan mencintainya, ia
mulai tersenyum lega. Ketika penjedaan dilanjutkan lagi, mengatakan
mencintainya bukan sebagai namja. Rasanya hati Kyungsoo teriris kesekian
kalinya. Pikirnya percuma saja jika melanjutkan pernyataan yang menyiksa
batinnya.
Kyungsoo berusaha tersenyum tulus,
mengusap-usap kepala Kai. “Aku mengerti… aku juga tetap mencintaimu sebagai
namja, bukan sebagai adikku Jong In-ah…ku yakin Lu Han akan tau alasanmu segera
mungkin.”
“Eh, apa?”
Lu Han duduk dibangku yang lumayan jauh
dari kamar Kai. Ia melihat Kyungsoo keluar dari kamar Kai dengan gontai sambil
menghapus air matanya meski posisi namja itu membelakangi duduknya. Apa benar-benar putus__pikir Lu Han
dalam hati.
Setelah Kyungsoo sudah tak terlihat
lagi. Lu Han melangkah ke kamar Kai. Tiba-tiba ia melihat namja jangkung
berlari ke arahnya dengan paniknya. Namja itu berhenti didepannya dengan nafas
terengah-engah dan penuh cucuran keringat. Terakhir ia menarik nafas panjang,
“Lu Han… mana yang sakit? Harusnya kau
ada di kamar bukan?” namja itu menggenggam kedua bahunya, kemudian memegang
kedua pipi Lu Han.
Lu Han menepis pelan, “Se Hun, kau ini
kenapa?”
“Aku mencemaskanmu, kau baik-baik saja?
kata Baek Hyun kau ada dirumah sakit ini, makanya aku buru-buru menghampir_”
“Kau
bisa lihat sendiri kan aku tidak apa-apa. aku disini karena yang sakit
itu Kai, aku mengkhawatirkan keselamatannya.”
Deg
“K…Kai. Dia siapa?”
“Dia teman dekatku, dia yang menghibur
hatiku yang kesepian sejak seminggu yang lalu.”
Se Hun spontan bergerak mundur, “Kai,
apakah dia namja yang menjadi kekasihmu?”
Lu Han tersenyum tipis bermakna, “Bukan,
aku masih belum membuka hati. Bagaimana denganmu, kau pasti sudah mendapat yang
kau ingin, benarkan?” tapi kenapa harus
bersama Baek Hyun__jerit hati Lu Han
Se Hun tidak bisa berkata lagi. Lu Han
sudah sukses membuatnya mati kutu. Sementara Lu Han masih menunggu mulutnya
mengeluarkan kata-kata.
“Lu Han,” Se Hun nampak ragu.
“Ne, katakan saja.”
“Begini, err… sebenarnya ‘namja itu’
bukanlah Kyungsoo yang selama ini ku cerirakan. Entah kau masih ingat atau
sudah melupakannya_”
“Bahkan dia adalah kekasihnya Kai.”
Potong Lu Han.
“Penjelasanku belum selesai! Entah kau
masih ingat atau sudah melupakannya. Tapi ‘namja itu’ adalah Baek Hyun karena
kalian sudah tinggal serumah dan akur sejak dulu. Makanya aku membohongi
identitasnya.”
Pas! Sudah diduga oleh gendang
telinganya sebelumnya. “Sepertinya sudah siang, aku harus mencarikan makan
siang untuk Kai.”
Ketika Lu Han dengan santainya melewati
tubuh Se Hun, Lu Han terpeleset. Dan detik itu tangan Se Hun melingkar
diperutnya agar tidak terjatuh ke lantai.
Deg
Sensasi, benar-benar sensasi yang tengah
dirasakan Se Hun maupun Lu Han. Kemudian Se Hun mengembalikan kefokusannya, ia
melihat ke lantai. Ternyata…
“Tali sepatumu lepas.” Ujarnya dingin,
langsung berlutut dan mengikatkan tali sepatu namja itu.
Lu Han terpaku, perasaannya berubah
gemuruh. Setelah Se Hun sudah selesai dengan bantuannya, “Jangan menolongku
lagi seperti ini. nanti ‘namja itu’ yang melihatnya akan salah sangka.” Lu Han
berbalik masuk ke kamar Kai.
*ÜHeart LonelyÞ*
Cklek
“Wae? Kau menangis?” sambut Kai bertanya
begitu melihat Lu Han menutup pintu itu dengan gontainya.
Lu Han langsung menghapus kasar air
matanya sambil berjalan menuju kursi disamping Kai, “Tidak… ini hanya efek kemasukan
hewan kecil.”
“Kalau kemasukan hewan, harusnya mata mu
merah.”
“Oh iya, ini karena sudah ku cuci
sebelumnya.” Lu Han tersenyum kaku untuk menutupi fakta kebohongannya.
Kai menarik nafasnya, “Lu Han, aku tau
kau mengarangnya. Kau habis didatangi Se Hun, jinjja?”
Lu Han terdiam dan mematung.
“Kau diam berarti jawabannya iya.”
Dengan mudahnya Kai menarik kerah pakaian Lu han, membuat namja yang mematung
itu dekat dengan wajahnya, selanjutnya Kai menciumnya. Memberinya ciuman hangat
dengan melumat lembut bibir namja itu agar terasa tidak sulit mengimbangi
ciumannya.
Disebuah sudut kaca kamar yang tidak
terhalangi oleh tirai, sebuah sepasang mata merasakan sesak teramat karena pemandangan
dua namja itu. siapa lagi jika bukan Se Hun yang merasakan perasaan ini. baru
saja ia mencemaskan namja itu, kini namja itu membalas dengan membuat sesak
dadanya. Tidakkah itu kejam?
Se Hun hampir saja ketahuan mengintai
dua namja itu ketika namja yang terbaring di tempat tidur itu sedang
meliriknya. Lirikan itu tidak biasa diartikan Se Hun, ia tau apa arti tatapan
itu. hanya penegasan kembali bahwa namja yang bersama Kai itu bukan miliknya
lagi, bukan milik Se Hun lagi.
Secara otomatis saja, tatapan itu
memberi sinyal untuk menyuruhnya pergi dari hadapan mereka. Se Hun dengan
wajahnya yang datar sudah saatnya pergi dari tempat yang seharusnya tidak perlu
ia datangi.
*ÜHeart LonelyÞ*
“Se Hunnie, kau dari mana saja? tidakkah
kau rasakan batinku mencemaskanmu.” Ungkap Baek Hyun saat Se Hun baru saja
masuk (bertamu lagi) dirumah Baek Hyun.
Se Hun hanya menggumam, tidak menggubris
Baek Hyun. Melanjutkan langkahnya untuk menghempaskan di sofa ruang tamu dengan
letihnya. Membuat Baek Hyun ikut duduk disampingnya.
“Kau sakit?”
Se Hun tidak menjawabnya, hanya menoleh
pada Baek Hyun bersama dengan wajah datarnya. Ia melepas jaketnya dan menutupi
wajahnya sendiri dengan jaket itu.
“Se Hun!” Baek Hyun mengambil jaket itu
dan melemparnya ke sampingnya.
“Kenapa?” tanya Se Hun dingin, memberi
tatapan malas pada namja itu. ia membenahi posisinya sebentar dan kakinya agar
lurus lalu menutup matanya seakan hendak tidur.
Baek Hyun mendesis, menahan kekesalannya
sebisanya, “Masih karena Lu Han kan?”
“Apanya?”
“Apa apa yang apanya, sebenarnya otakmu
itu kemana ha?”
Se Hun menoleh ke arahnya, mengerutkan
alisnya. “Otakku masih di-si-ni.” Sambil menunjuk pelipisnya.
Baek Hyun memegang bahunya, “Siapa yang
tidak tahu, maksudku pikiranmu. Tertinggal karena Lu Han kan?”
Se Hun menepis tangan Baek Hyun,
“Aisshhh… tenanglah sedikit, ini bukan waktu yang tepat untuk berkicau.” Se Hun
beranjak, mengambil jaket yang sudah dilempar Baek Hyun tadi, lalu kembali
duduk.
“APA? kau menganggap ocehanku ini
seperti kicauan burung?”
“Iya, karena kau tidak memahami
situasiku seperti Lu….”
Baek Hyun melotot tajam ke Se Hun,
“Seperti Lu apa?”
Se Hun mendesis, “Ck, minggir sana.” Se
Hun mendorong pelan lengan Baek Hyun agar namja itu sedikit menyingkirkan
badannya agar dudukannya lebih leluasa, kemudian ia menaikkan kakinya ke sofa
seperti sedang tidur di kasur.
Baek Hyun berdiri, menatap namja didepannya
dengan geram.
“Apa? jangan mencuri pose orang tidur.”
“Se Hun! Kenapa kau berubah dingin
padaku? Sejak kapan kau mulai berpaling padanya? Sejak kapan pula kau berpaling
dariku? Kemana Se Hun yang biasanya diam-diam minta dimanjakan olehku? Apa kau
merindukannya lagi? Atau bahkan kau kembali mencintainya sejak sejam yang
lalu?”
“Mworago? Bisa kau ulangi lagi?”
“Pikir sendiri, tidak ada siaran ulang!”
“Oow. Itukah yang kau mau? Ja…uh lebih
bagus.” Seketika itu Se Hun berdiri dan menyergap cepat tubuh Baek Hyun agar
terhempas di sofa yang ia tiduri tadi. Dengan posisi Baek Hyun yang dibawah Se
Hun, ia mencengkram kuat bahu kanan Baek Hyun dan memegangi leher namja itu. “Ya
benar, aku kembali mencintainya… aku dingin karena moodku padanya, aku
berpaling sejak tadi, aku berpaling darimu sejak sekarang, Se Hun yang manja
sekarang mengilang! Aku sangat merindukannya lagi…” setetes air mata itu jatuh
mengenai pipi Baek Hyun.
Seorang Se Hun bisa menangis bukan
karenanya…
Baek Hyun diam, tidak sekilas pun ia
merasakan sakit karena Se Hun hampir mencekik lehernya, malah ia merasakan
sakit yang menusuk didalam batinnya.
“Aku merindukannya… aku mencintainya
lagi… hampir mati aku melihatnya bersama namja lain, dikamar…apalagi bibirnya
diciumnya dengan lembut…aku marah, aku gila, aku bodoh, aku mencintainyaaa…”
Sret
Se Hun mencengkram kerah pakaian Baek
Hyun dan menariknya agar namja itu terduduk. Ia menatap serius manic mata Baek
Hyun.
“Bisa baca mataku kan? Ternyata aku
masih mencintainya…”
“Kau tidak malu dikatakan menjilat
ludahmu sendiri dengan pilihanmu yang memilihku?”
“Dulu tidak, tapi sekarang iya.”
“Meski perkataanmu yang mengatakan
mencintaiku sejak pandangan pertama?”
“Aku tidak peduli, aku masih
mencintainya…”
“Kau tidak sadar mengakuinya
dihadapanku?”
Se Hun memeluknya, “Maafkan aku…aku
tidak bisa berbohong lagi…”
Sudah kecewa tapi dipeluk oleh orang
yang mengecewakannya. Kemudian Baek Hyun mengulurkan tangannya dan memeluk punggung
Se Hun, berusaha sedikit menghibur namja itu, “Baiklah, aku senang lebih baik
jujur seperti ini…”
*ÜHeart LonelyÞ*
Lu Han baru saja berpamitan padanya
untuk pulang. Saat ia menanyakan kenapa tidak menemaninya sampai Kyungsoo
datang, Lu Han hanya menjawabnya dengan “Maaf, aku lelah. Aku butuh waktu untuk
sendiri.” dan kalimat itu jelas membuatnya terus-terusan melamunkan…
Ia takut mati, takut jika waktu suatu
nanti akan mengkhianatinya. Bukan jika lagi tapi pasti. Ia membayangkan sosok
Lu Han yang rapuh, butuh kehadirannya disisinya, bagaimana jika tiba waktu
dirinya meninggalkan Lu Han.
Ia tidak mampu. Menjerit untuk jangan
meninggalkan Lu Han lagi untuk kesekian kalinya sepertinya sia-sia. Waktu yang
mendengarnya pun pasti takkan mengabulkan jeritannya. Ia menghela nafas, harus
berbuat apa lagi agar Lu Han ia bis amenyembuhkan luka dihati namja itu yang
sudah disakiti oleh namja bernama Se Hun itu.
“Masih memikirkan Lu Han?” ujar lirih
Kyungsoo menghampirinya.
Kai menggumam
“Datangi saja dirinya, mungkin dia
membutuhkan orang sepertimu disisinya.”
Kai membulatkan matanya, “Kau tidak
sedang sakit kan?”
“Tidak, memang ada yang salah dengan
kata-kataku?” Kyungsoo melipat tangannya didada.
“Tidak, hanya saja seperti bukan
dirimu.”
Kyungsoo menghela nafas kecil, “Apa aku
salah jika Kyungsoo yang sekarang sudah merelakanmu dengan si Lu Han itu?”
Kai berdiri, kemudian melepas paksa
jarum infuse yang ada ditangannya itu. sontak membuat kaget Kyungsoo yang
menyaksikannya. “Kenapa kaget seperti itu?”
Kyungsoo masih terkejut, betapa kuatnya
Kai melepas jarum itu tanpa sakit sama sekali, “Ani…tidak ada apa-apa. perlu ku
antar?” Kai menganggukkan ajakannya. Ia membukakan pintu kamar itu. suster yang
ada di lobby rumah sakit itu langsung melongos ketika melihat tangan Kai yang
sedikit berlubang yang kebetulan tangan Kai saat itu tengah menggaruk
kepalanya.
*ÜHeart LonelyÞ*
Dunia ini seperti sedang mengangkat
tubuhnya menuju angin. Langkahnya semakin ringan ketika hampir melewati pagar
rumahnya. Ia melihat rumah beserta pekarangannya seakan menjadi 3 bayangan.
Ia memegangi keningnya, memijat sedikit.
Melihat kembali pandangannya yang kabur, cepat-cepat ia menggeleng dan menolak
agar tidak terjatuh sebelum sampai di tempat tidurnya.
Lu Han berhasil mengalahkan kondisinya
yang mulai melemah. Perlahan
pandangannya kembali normal. Ada hal yang aneh sepertinya menghalangi niatnya
untuk membuka pintu. Kemudian ia menoleh ke arah jendela yang terbuka lebar.
Ia terkejut, melihat Se Hun yang damai
dengan memejamkan matanya dalam pelukan Baek Hyun. Lu Han tersenyum dengan
menahan kecewanya. Memang tepat Se Hun memilih namja lain dibandingnya. Ia
sampai tidak pernah melihat Se Hun sedamai itu.
Namun sebenarnya jika dibalikkan
padanya, kenapa ia harus kecewa? Bukankah ia sudah merelakan Se Hun untuk namja
itu, terlebih ternyata namja yang dimaksud ialah Baek Hyun. Harusnya ia turut
bahagia tapi… sekali lagi kecewa dan tidak rela menyelimutinya.
Baek Hyun yang tadinya memejamkan mata,
sekarang melihat kehadirannya yang memperhatikannya dan Se Hun dari jendela. Lu
Han langsung berbalik, memegangi dadanya yang mulai sakit.
“Lu Han, mau keluar denganku?”
Ia menoleh ke sumber suara, “Eh? Sejak
kapan kau disini Kai.” Ia melirik ke arah jendela, melihat Se Hun yang spontan
melepaskan pelukannya lalu berdiri.
“Baru saja, hanya mungkin kau tidak
melihatku.” Kai tersenyum dan menutupi tangannya yang terluka.
Lu Han menoleh ke seberang rumahnya,
melihat mobil keluaran terbaru terparkir didepannya. “Itu mobilmu? Kau kesini
dengan siapa? Apa itu…Do Kyungsoo?”
Kai menggaruk kepala belakangnya (?)
“E…itu, iya mobilku. Itu bukan siapa-siapa. Kajja.” Kai langsung menggandeng
tangan namja itu.
Masih sempat saat itu juga, Lu Han
melirik jendela itu. betapa matanya
heran saat yang Se Hun yang diliriknya itu terpatung sendu sementara Baek Hyun
yang disebelahnya mengusap lembut bahu Se Hun.
Disela langkahnya, ia melirik tangan
kokoh yang sedang menggandengnya ke mobil. Dengan perasaannya yang tak percaya
jika Kai datang disaat yang tepat. Ia terjurus pada sesuatu ditangan Kai,
“Tanganmu kenapa? Eh, tanganmu yang ini
habis diinfuse?” sambil mengangkat punggung tangan namja itu.
“Ee..itu…”
“Ah, kau mencabut paksa kan? Ini bisa
infeksi ara.”
Kai tertawa kecut, “Jangan dipikirkan.
Akan cepat sembuh karena aku pribadi yang kuat.”
“Ckckck, kau meremehkan ya.”
Kai tidak menjawab, malah membukakan
pintu mobilnya untuk Lu Han. “Silahkan masuk.” Dengan lagaknya seperti hormat
dengan Yang Mulia-nya.
Lu Han jadi tidak mau kalah peran, ia
tersenyum manis dan “Gamsahamnida…” ia pun masuk dan terkejut dengan sosok yang
ada dikursi kemudi. “Eh? Kyungsoo-shii. Maaf aku__”
“Anggap aku bukan siapa-siapa dan
sebagai sopir untuk kalian.” Potong Kyungsoo tanpa menolehnya.
“Kai…”
Kai mengusap kepalanya, “Tidak apa-apa. dia
sendiri yang memintanya bukan.”
Lu Han merasa sungkan, “ng…”
*ÜHeart LonelyÞ*
“…Jangan lupa
nyatakan cinta sesempat mungkin. Lakukan seperti halnya dulu kau melakukannya
padaku.”
“…Berikan ice
cream kesukaannya atau minum tea agar suasana romantis untuknya makin berasa.
Kau paham? Intinya lakukan hal yang alami saja, jangan berlebihan dan jangan
ketahuan jika dibuat-buat.”
Kai mengangankan terus pesan-pesan dari
Kyungsoo saat sebelum ia sampai dirumah Lu Han. Ia bisa membayangkan bagaimana
nanti jika semuanya berjalan lancar sesuai pesan Kyungsoo.
Lu Han menyikut pinggangnya, “Kai… kita
mau kemana?”
“Tenanglah sebentar, kita akan sampai.”
Kai membalas senyum.
Ketika mobil itu yang dikemudikan
Kyungsoo telah berhenti disebuah taman hiburan. Kai merasakan tubuhnya yang
hendak melayang. Ia melihat sekitarnya menjadi bayangan yang kabur. Merasakan
ulu hatinya yang sakitnya mulai menggigit.
Kai berusaha memfokuskan pandangannya
lagi. Karena ia dekat dengan pintu, maka dari mobil ia keluar duluan untuk
membuka dan menutup pintunya sambil menggandeng tangan Lu Han.
“Mentari! Kami sudah sampai!!” ungkapnya
dengan semangat, kemudian ia mendesis menoleh ke arah lain. Sepertinya sakit
itu akan merusak kegembiraannya.
“Lu Han, aku ke toilet sebentar…” ucap
Kai yang matanya mulai berair.
“Kenapa wajahmu pucat lalu matamu
seperti akan menangis.” Lu Han menatapi tubuh Kai dengan detail.
Muncullah Kyungsoo yang berlari kearah
mereka, “Lu Han, kau tunggu disini ya. Aku menemani Kai sebentarrrr saja.”
sambil menepuk bahu Lu Han.
“Aku ikut ya,”
Kyungsoo tersenyum makna, “Disini saja,
tidak akan lama.” Kyungsoo melangkah setengah berlari mengikuti Kai dari
belakang.
Lu Han nampak kebingungan setengah mati
melihat mereka berdua, terutama Kai. “Apa mereka merencanakan diam-diam?”
lirihnya menduga yang tidak-tidak.
*ÜHeart LonelyÞ*
Kai menatapi wajahnya yang pucat didalam
cermin toilet itu. salah satu tangannya sibuk memegang kuat ulu hatinya yang
sakitnya semakin membuatnya hampir pingsan.
“Kai… kau sanggup bertahan?” tanya
Kyungsoo semakin khawatir
Kai memejamkan mata sejenak sambil
menggeleng kecil. Tak lama kemudian Kai mendesis kesakitan. Ketika tangan
Kyungsoo hendak membantunya, Kai malah menepisnya. Tidak ada perkataan apa pun,
ia segera mengambil sebungkus yang berisi 2 butir obatnya dari saku jaketnya.
Tanpa sengaja, Kai yang semakin mendesis
menahan sakitnya tidak sengaja menyenggol obatnya. Membuat sebutir obatnya
jatuh ke lantai toilet. Kyungsoo menahan tubuh Kai yang hampir ambruk karena
ingin mengambil obatnya yang jatuh.
“Kebetulan aku membawa lebih.” Kyungsoo
mengeluarkan bungkus obat yang sama seperti milik Kai. Kai merampasnya lalu
menelannya seperti orang kelaparan. Kemudian Kai kembali menatap wajahnya
dicermin, Kyungsoo masih setia memegangi tubuhnya.
“Kai…tubuh mu panas. Apa tidak kau
batalkan saja?”
Kai menatapnya setengah tajam, “Jangan
patahkan semangatku hyung.”
“Tapi nanti kau…”
Kai membuka kran didepannya lalu mencuci
mukanya dan membasahi sedikit rambutnya, “Gwenchana, biarkan begini hyung.
Sebentar lagi akan sembuh.”
“Kai…” lirih Kyungsoo meragukan kondisi
Kai yang wajahnya pucat seperti mayat meski pun namja itu sudah mencuci
mukanya.
“Kalian lamanya?” tanya Lu Han saat
melihat Kai dan Kyungsoo dibelakangnya berjalan ke arahnya.
Kai tersenyum kecut dan melirik Kyungsoo
disampingnya dengan penuh makan permohonan.
“Mi…mianhae Lu Han karena tadi, aku tergelincir
lantai toilet. Makanya kami jadi lama datang.” Maaf aku harus membohongimu__ Ungkap Kyungsoo.
“Wae? Mana yang sakit? Apa sudah
diobati? Apa kakimu sempat terkilir? Kebetulan aku membawa salep pereda nyeri
luka.”
“Lu Han-shii, bukan aku yang sakit.” Tak
sengaja Kyungsoo sedikit membocorkan hal yang sebenarnya, Kai menatapnya tajam
tanpa berkedip. “Ng…. maksudku… tidak
ada yang sakit. Sebaiknya aku menunggu kalian didalam mobil saja.” kemudian
Kyungsoo pamit terburu-buru pada mereka, terutama pada Lu Han.
“Kyungsoo kenapa memangnya? Apa itu efek
dari tergelincir dilantai toilet ya?” tanya Lu Han masih memandangi punggung
Kyungsoo yang mulai menjauh.
“Kajja, kita naik parody saja ya…” Kai
lalu menggandengnya.
Lu Han merasakan suhu berbeda ditangan
yang menggandengnya, “Kai, badanmu panas.”
“Aku tau itu. anggap saja badanku sehat.
Kajja.”
Mereka bergandengan dengan senangnya
meskipun dalam hati Lu Han ia merasa khawatir melihat wajah namja itu semakin
pucat.
*Mianhae kalo ngebosenin :< semoga kalian suka dinext partnya.
Gomawo*
CONTINUED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar