Rabu, 23 Oktober 2013

[FF] Love In Trap - BaeKris || KrisBaek (Chapter 3)


Harurainblue present


Tittle : Love In Trap
Author : VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length : Chaptered
Rating : T (can) PG15 (maybe)
Main Cast :
- Baek Hyun
- Kris
- Suho
- Tao
- Sehun
Dll,
Ryu Gak, Gyu Rim, and secret someone (OC)
Disclaimer : Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama untuk imajinasi semata.
This story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Author Note : suuutt…disini jgn ada yg kaget dlu yeah. Chapter ini lebih banyak menampilkan tokoh kedua. Jadi ati-ati salah penapsiran yeah. Ati-ati loh asal kelakon, hehe. Dan permintaan maaf juga kelamaan ngepost cause sibuk UTS,mianhae. Semoga kalian menikmatinya~
Special present fanfiction comeback of me. Semoga kalian-nim terhibur. aku membuatnya udah semampunya.
Summary : “aku berusaha untuk menghapus cinta terlarang ini. jika seandainya aku tidak bercinta dengan namja yang menjadi musuh perusahaanku… mungkin cinta kami akan wajar terjadi…”

LOVE IN TRAP
Chapter 3
AUTHOR POV

Seorang namja berjas hitam itu sedang menunggu seorang namja cantik disebuah perusahaan cabang di China milik tuan Choi Min.

Meski belum mendapat telpon dari namja cantik itu, Kris bersikeras menjemputnya karena perasaan buruk yang mempengaruhinya. Pertanda bahwa kekasihnya, Tao mengalami hal yang tidak-tidak.

Sesaat kemudian, seorang namja yang manis berambut hitam itu langsung masuk ke dalam mobil Kris. Duduk kursi mobil yang dekat dengan kemudinya.

“Kris-chagi, aku lupa menelponmu. Kulihat ada mobilmu, aku langsung masuk saja.” kata namja itu tanpa terlihat sedikit pun bersalah padanya.

“Hm. Tadi kenapa lama? Tumbennya kau melanggar janjimu. Ceritakan apa yang kau sembunyikan tadi.” Meski suara berat Kris terdengar pelan, namun itulah ketegasannya pada Tao.

“Maafkan aku Kris…”

FLASHBACK
Ketika itu, Tao telah disambut oleh direkturnya yang tengah duduk di meja kerjanya. Ia lumayan terkejut, tidak biasanya direkturnya itu datang pada jam terakhir ia bekerja. Apalagi langsung duduk di mejanya.

“Hwang Zhi Tao… kebetulan aku belum lama menunggumu. Duduklah dulu.” Kata Direktur Lim dengan memandangi pigura foto kecil dimeja itu. foto itu adalah fotonya bersama adik lelakinya dan yeoja, teman SMUnya dulu.

“Tidak Direktur Lim, ada perlu apa direktur sejak tadi dimejaku. Apalagi melihat foto pribadiku.”

“Tidak ada apa-apa, semua yang pribadi bagimu itu juga pribadi yang boleh kulihat.”

Tao semakin menyipitkan matanya, “Apa maksud direktur.”

“Jangan formal seperti ini. masih ingat dengan semua yang sudah kuberi dan ucapanku menunggumu… ku dengar satpam disini melihatmu sedang berpacaran dengan direktur perusahaan penerbit lain. Benarkah itu?”

Tao terkejut,  matanya membulat sempurna. Saat itu juga, ia bergegas menghampiri direkturnya dan duduk dipangkuannya. Tidak lupa dengan melingkarkan tangannya dileher atasannya itu. “Itu tidak benar. Jangan pedulikan, hanya isu belaka saja. aku juga masih ingat semua pengorbananmu, apa kau meminta balas budinya?”

“Tentu. Ngomong-ngomong kapan kau akan menerimaku? Atau…kau tidak keberatan jika kuminta jadi tunanganku dulu lalu, menikah..” direkturnya itu mengambil kesempatan menciumi leher Tao.

“Ah, iya itu benar juga. Apalagi kau dan aku sudah lebih dari cukup umur. Tapi…” Tao semakin mendalami muslihat improvisasinya. Namja itu mengelus-elus kepala dan mengeratkan pelukan dileher direkturnya.

“Tapi apa… kau membuat nafsuku tegang.”

“Kabulkan permintaanku selanjutnya. Apa kau masih bersedia?”

“Masih dan sangat. Sebutkan saja.” balasnya antusias.

Tao memasang senyum termanjanya, “Ah, xie-xie direktur. Kusebutkan besok saja bisa kan? aku ingin menyelesaikan rapat direktorat yang sudah tertunda dulu-dulu.” Tao terpaksa, inilah improvisasinya. Kemudian Tao mencium pipi Direktur Lim.

Direktur Lim hendak mencium bibir namja itu tapi, namja itu malah berdiri. “Aku tunggu itu.”

FLASHBACK END

“Maafkan aku Kris-ge…” ulangnya lagi.

“Lanjutkan saja diapatement nanti. Aku mengemudi dulu.” Jawab Kris sedari tadi tidak menoleh pada Tao.

>>> 

Kris melempar sembarangan jasnya dan tas kerjanya. Mengacuhkan Tao yang terus menatapnya dengan rasa bersalahnya.

“Aku lelah. Kalau kau butuh aku, aku ada dikamar.”

“Kris… Kau marah…” Tao mencoab menghampiri namja jangkung itu, tapi nyatanya saat tubuhnya berjarak kurang dari setengah meter. Namja itu melambaikan tangan dan terus menjauh.

“Kalau butuh aku, aku ada dikamar.”

Dan…sebenarnya, dalam hati Kris menahan mati-matian senyumannya. Ia sudah melupakan pelanggaran yang dilakukan kekasihnya tadi sesaat ia menjemputnya. Namun, jika kekasihnya itu tidak mendatanginya dikamar semenit kemudian. Itu artinya seorang Hwang Zhi Tao telah berbuat dosa padanya. Yang sudah pasti, namja itu harus menerima ‘hukumannya’. Kris menutup pintunya dengan kaki. Merebahkan diri ke tempat tidurnya, menunggu…

Sampai satu menit kemudian… terhitung hampir dua menit… lalu…

Seseorang diluar sana membuka pintu kamarnya
Tap
Tap

“Kau sudah tidur Kris?” lirih Tao dengan nada bergetar. Ia setengah mati ketakutan benar-benar marah padanya. Terlebih jika ia akan diputus oleh namja jangkung yang terbaring lelah di kasur king size itu.

Tidak ada sahutan yang keluar dari Kris

“Ku harap kau… mau memaafkanku…”

…………

“Kris… aku, tidak tahan jika begini terus…bisa kau tidak badmood lagi padaku?”

Kris berusaha semakin kuat menahan senyum gemasnya dibalik bantal itu.

“Kris… aku tidak bermaksud menduakanmu…kau percaya padaku kan?”

Sampai pada titik yang hampir membuat nafasnya tidak kuat menahan tawa itu.

“Kris…”

Kris keluar dari balik bantalnya. “Apa?” tanya Kris dengan wajah seolah tidak terjadi apa-apa. malah menyungging senyum pada namja yang hampir menangis itu. “Sini.” Ktis memeluk namja cantik itu.  Mengajaknya ikut berbaring ditempat tidur mereka.

PLAK~

“Aish, kau ini apa-apaan!” kesal Kris setelah ia ditampar oleh Tao.

“Kau yang apa-apaan.  Lihatlah ke cermin, wajahmu seolah tidak terjadi apa-apa padahal aku ketakutan sendiri melihatmu mendiamiku dan bersikap dingin padaku Kris…”

“Harusnya kau tidak perlu memohon banyak padaku. Cukup peluk dan agresiflah memanjakanku, aku pasti tidak marah lagi. Tindakan seperti itu lebih berguna dibanding ucapanmu itu.”

“Tapi aku takut…kau…” lirih Tao sambil meremas kain yang menyelimuti tempat tidur mereka.

“Kenapa harus takut? Atau aku bukan kekasihmu.” Potong Kris cepat dengan pertanyaannya.

Mata Tao membelalak kaget, “Ani…bukan begitu. Tapi…yang pasti kau tetap kekasihku.”

“Lalu kenapa takut?”

“Kalau tiba-tiba kau menolak dan mendorongku bagaimana?”

“Tidak mungkin ku lakukan. Aku tidak sejahat itu pada kekasihku.”

“Kalau mungkin bagaimana?”

Kris tidak bisa menyembunyikan senyumannya lagi. Ia tidak tahan berlama-lama marah pada namja manis disampingnya itu, “Bukankah kedatanganmu kesini untuk minta maaf padaku? Jangan sampai kau membuatku kembali marah padamu.”

“Eh…jangan…” keluh namja itu bermuka sangat memelas padanya.

Ia kembali tertawa dan mulai membelai rambut Tao, “Kau punya rencana baru untuk misi kita ,hm?”

Tao membenahi posisi menyandar ditubuh kekar Kris, “Ada Kris.”

“Apa itu? biar ku ikuti sebisaku.”

“Tapi perhatikan ini hanya improvisasi. Tidak ada maksud lain.”

“Hm,aku tahu.”

“Permintaan yang akan ku ajukan besok ke direktur Lim adalah memberikanku sebuah gedung perusahaan siap pakai yang besarnya hampir seperti perusahaan ini. lalu setelah itu, jika ia memintaku menikah dengannya sebagai balas budi. Ku minta bertukar dengan bertunangan saja dulu…”

“APA tunangan??” potong Kris lumayan shock.

“Kau kira aku mau bertunangan dengannya? Itu tidak mungkin Kris. Tapi aku akan meracuninya sebelum dia beraksi menjadikanku miliknya seutuhnya… setelah dia mulai pusing, ku tinggal dia dan bersiap memanggil ahjumma suruhanku. Saat ahjumma itu masuk dan meninggalkan sidik jarinya. Paginya kepolisian akan menangkapnya. Beres bukan cara menghilangkan jejak versiku?”

Kris merasakan ucapan itu pahit dihatinya. Membuatnya harus menjinakkan sebentar perasaan kecewanya itu dengan senyum palsunya. “Itu bagus baby, sekarang kau mulai pandai tapi… jangan sampai direktur tua itu menjamahmu sama atau melebihi aku menjamahmu mengerti?”

“Aku mengerti ge.” Jawab Tao dengan anggukkan tegasnya.

>>> 

Di keesokan paginya, Tao yang sebelumnya sudah diantar oleh Kris menuju ruang kerjanya kini disambut oleh atasannya yangsudah menyukainya sejak lama.

“Tao sayang~ boleh aku minta morning kiss darimu~?” ucap namja yang lebih tua dari Kris, dan sudah pasti jauh lebih tua dari dirinya.

“Ah Direktur Lim ini masih pagi. Tidak boleh meningkatkan libido sepagi ini.” Tao berusaha menghindar dari pelukan direkturnya itu.

“Ck, alasan.” Dengus Direktur Lim duduk di sofa tamu di depan meja kerja milik Tao.

Jangan salah sikap, jangan salah tingkah, dan jangan salah mengambil langkah. Salah sedikit saja, improvisasimu tidak berjalan mulus. Lalu Tao menghela nafas kecil, “Masih ingat dengan tawaranmu kemarin Direktur sayang?”

Senyum kelegaan, kebahagiaan akhirnya didapatkan sang direktur dari pujaan hatinya yang selama ini bertepuk sebelah tangan, “Tentu saja. ayo sebutkan saja meskipun nyawaku yang kau minta.”

Tao mendekat dan memberi senyum genitnya, “Ah Direktur, kau sangat romantis.” Kemudian Tao duduk merapat disamping namja itu, “Bisakah kau berikan aku gedung perusahaan yang besarnya hampir seperti kantor ini? aku ingin belajar mandiri sebelum kita hidup serumah. Apa kau sanggup mengabulkannya?”

Direktur Lim mencolek dagunya “Sangat sanggup, kau mau kapan memakainya sayang?”

“Secepatnya lebih baik, bukankah direktur ingin cepat-cepat menikah denganku?”

“Hahaha, iya kau benar sekali Tao sayang. Tenang saja, gedung itu tidak akan memakan waktu.”

“Hm…direktur,” ia beralih ke taktik selanjutnya. “kalau aku meminta bertunangan dulu sebelum perusahaanku sukses dan kita menikah. Apa kau mau mengabulkannya?”

“Waah…bahkan itu lebih baik dari yang ku duga. Tentu aku mau sayang.” Lalu direkturnya memberi tanda dilehernya. “Xie xie, wo ai ni forever.” Direktur Lim memberi lambaian seiring dengan namja itu meninggalkan ruangan kerjanya.

“Hampir saja.”

Namja garang yang berjiwa cantik itu bernapas lega. Lalu ia meraih ponsel smartphonenya. “Halo selamat pagi, apa benar anda yang mencari tuan Hwang Zhi Tao?” Ungkap namja itu memulai komunikasinya, “Iya ahjumma, ini dengan saya. Bisa kita mulai ke intinya. Apa yang anda butuhkan?” sesekali itu ia melangkah ke dekat jendela. “Jangan sungkan, sebut saja berapa nominalnya.” Dan ia juga sesekali menghentakkan kecil ujung sepatu kanannya, “Tentu tidak keberatan ahjumma. Sekarang juga anda ke kantor saya. Anda tahu kan letaknya?” wajah itu mulai tersenyum dengan menangnya atas kerja samanya. “Anda tanyakan saja ruangan saya ke lobby, nanti biar bawahan saya yang mengantar anda kesini.” Dan terakhir dari balasannya, namja itu mengakhiri teleponnya dengan menggumam.

“Menelpon siapa Tao sayang?”

Namja cantik itu terkejut seiring dengan ia menoleh ke arah sumber suara. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan smartphonenya ke saku jasnya ketika namja yang mengejutkannya itu hendak menghampirinya. “Hanya rekan kerja, Direktur Lim.”

Satu tangan Direktur Lim itu menompang ditembok, dan satunya lagi dimasukkan di saku celananya. Namja itu tersenyum penuh kecurigaan pada Tao. “Rekan kerja atau kekasih simpanan?”

“Ah Direktur, ada apa direktur kesini? Bukankah pembicaraan kita baru saja usai.” Ujar Tao mengalihkan topic, berharap agar namja tua itu cepat-cepat pergi dari ruangannya sebelum orang yang ditelponnya tadi akan tiba di kantornya.

Namja yang tampan meski agak tua itu berjalan ke meja kerja Tao, “Mengambil ini.” namja itu menunjukkan sebuah flashdisk yang cukup kecil padanya, “Tadi tertinggal.” Lalu namja itu tertawa hambar kepadanya.

>>> 

Diwaktu pagi dan wilayah yang sama, seorang namja berparas pangeran dengan rambut blondenya sedang berpikir keras mengambil keputusan untuk hasil dokumen yang ada diatas mejanya. Didekat dokumen itu pula, terdapat sebuah tag name berjabatan Direktur Perusahaan Penerbit K-Li.

BRAK

Pikiran namja itu tidak focus. Sesekali ia melirik sebuah kertas disamping pigura fotonya, kertas itu yang tidak sengaja ia ambil diperusahaannya Suho. Kali ini ia akan mencoba lagi untuk memfokuskan keputusan atas dokumen itu lagi. Kemudian ia mencoba menghela nafas lalu berpikir.

30 detik………40 detik………60 detik……… lalu ia mengambil vas bunga berukuran kecil diatas mejanya dan___

PYARR

Kris membantingkan vas bunga itu ke cermin yang ada dibawah jam dinding yang ada ditembok sebelah kiri tubuhnya. Sebenarnya hal yang mengganggu pikirannya itu bisa ditundanya dengan mudah. Namun, ia baru kali ini tidak mampu menundanya. Lalu akhirnya ia memutuskan mengacuhkan sejenak dokumennya dan beralih meraih kertas yang sedari tadi diliriknya dan itu juga salah satu yang mengganggu pikirannya.

Ia menatap-natap kertas itu dengan herannya, “Aku harus bagaimana lagi…” sang direktur muda itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Dan ia juga kembali memegangi keningnya untuk kembali berpikir. Sampai kemudian suara telpon dimejanya bordering, menekan tombol loundspeakernya.

#“Direktur Wu Yi Fan, maaf saya mengganggu. Komisaris ingin menemui direktur dan memeriksa hasil keputusan dokumen tadi tuan.” Sahut yeoja yang adalah bawahannya Kris.

“Dokumennya biar aku saja yang antarkan ke ruangannya. Pokoknya katakan apa saja yang penting jangan biarkan komisaris masuk dulu. Aku ingin minta tolong kau suruh orang bereskan pecahan kaca di ruanganku. Cepat sedikit ya, ku tunggu.” Balas Kris dengan wajahnya yang masam.

#“Ba…baik Direktur saya mengerti.”

Kris tidak perlu lama menunggu orang suruhannya datang ke ruangannya. Dan didepannya sekarang, barulah datang dua orang bawahannya, satu yeoja yang tadi menghubunginya dan satu lagi namja ahjusshi yang telah membawa peralatan kebersihan.

“Direktur, maafkan saya tidak membawakan cleaning serviser karena hari ini banyak yang tidak masuk jadi saya meminta tuan Gyu Rim membereskannya.” Ujar yeoja yang berpangkat sebagai karyawan di lobby depan ruangannya.

“Hm, kau bisa pergi Xing Han.” Persilahkan Kris pada yeoja itu, lalu yeoja itu membalas dengan hormatnya dan menepuk semangat bahu namja bernama Gyu Rim itu.

Kemudian namja berketurunan China-Korea itu membereskan pecahan kaca yang kepingannya tersebar dimana-mana. “Tuan Direktur, maaf, permisi sebentar.” Ucap namja itu dengan sopan saat menyapu kepingan yang ada didekat ujung sepatu Kris.

“Maaf juga sudah merepotkan tuan, harusnya orang sebesar aku tidak membuat kekacauan seperti ini.” balas Kris tanpa menoleh, ia masih berpandang lurus dengan kertas komik yang dipegangnya.

Hening, Gyu Rim tidak merespon lagi balasan dari Kris. Namja itu sibuk sedikit merangkak meneliti apa masih ada kepingan lagi yang tersebar diruangan ini. sementara Kris juga tidak menambah topiknya, jadi suasana di ruang Direktur itu sunyi dan hanya suara mesin AC yang terdengar didalam sana.

“Em…Tuan Gyu Rim.” Panggil Kris melupakan sesuatu,

“Iya tuan direktur?” Gyu Rim menoleh dan menghampiri Kris yang masih duduk dimeja kerjanya.

“Bisa aku minta tolong lagi padamu? Tapi ini hal lain, bukan membersihkan seperti tadi.” Kris memberi waktu jeda pada namja itu, lalu namja itu membalas anggukan pasti. “Tolong cari tahu riwayat hidupnya Byun Baek Hyun di Korea. Hari ini secepatnya, bisa kan? karena ku lihat kau orangnya smart and low profile.”

Nampak agak sungkan dan takut salah mengambil jalan, akhirnya namja itu mengangguk, “Bisa tuan direktur.”

“Dia bekerja di perusahaan induk penerbit komik milik tuan Choi, yang terbesar di Korea.” Kemudian Kris meraih kertas cek di dalam dompetnya, “Ambil ini.” ia menyodorkannya pada namja itu. “3 jam kedepan tugasmu yang ini harus sampai padaku. Sambungkan juga langsung kesini.” Ia mengangkat smartphonenya dengan dua jari. “mengerti.” lanjut Kris kepastian.

“Baik tuan direktur.”

>>> 

Tao tengah itu dengan seksamanya memperhatikan layar computer yang tersambung oleh jaringan CCTV di kantor tempat ia bekerja. Berkali-kali itu juga ia terus menyungging senyum kemenangan tatkala melihat orang yang ia nanti sedang berjalan bersama bawahannya menuju ruangannya.

Lalu disaat dua yeoja di CCTV itu telah tiba didepan ruangannya. Tao bersikap jual mahal dengan menghadap membelakangi mereka saat pintu geser menyambut kedatangan mereka.

“Silahkan nyonya.” Suara mempersilahkan dari bawahannya pada tamunya, “Manager Hwang tamu anda telah datang. Permisi.” Ujarnya beralih pada atasannya lalu pergi.

“Ya.” Jawab singkat Tao masih duduk membelakangi alias menghadap ke jendela.

 “Tuan Hwang…” lirih yeoja berumur 40-an itu.

“Duduklah ahjumma.” Tao memutar posisinya hingga tidak membelakangi lagi. “Berapa tadi nominalnya? Aku ingin memastikan untuk kedua kalinya saja.”

Ahjumma itu sedikit menundukkan kepala, “Lima juta won tuan…”

“Yakin tidak tambah? Boleh aku tahu untuk apa uang sebanyak itu?” tanya lagi namja itu dengan memainkan jari-jari diatas mejanya.

“Tidak tuan, uang itu untuk melunasi hutang suami saya dan juga melunasi biaya kuliah dan rumah sakit anak saya tuan.”

“Hutang suami, memang dia kemana sampai tidak melunasi?”

“Dia telah mati.” Kata ahjumma itu dengan pandangan sendu.

“Maafkan aku ahjumma…” Tao berdiri lalu duduk di dekat ahjumma itu. Lalu ia mengeluarkan lembar cek yang siap ditulis nominalnya. “Ini tidak sulit ditukarkan di semua bank.”

Ahjumma itu menerima dan membaca nominal di cek itu, “T…Tuan, ini kelebihan 3 juta.”

“Hm, lantas apa kurang?”

“Tidak tuan, sama sekali tidak tuan. Terima kasih banyak tuan. Akan ku berikan semua jaminan pengabdianku pada tuan Hwang Zhi Tao.”

Kata-kata yang menurutnya terlalu berlebihan membuatnya tertawa kecil, “Tugasmu hanya berakting didepan polisi saja, ahjumma.”

Senyum keriangan yang dipaparnya perlahan mengkerut, “Maksud tuan saya akan dipenjara…”

Tao tersenyum, “Bukan itu…prosedurnya kau hanya tinggalkan jejak sidik jarimu dan pura-pura tidur disana. Apa kau tidak mau melakukannya untukku dan uang ini?” tangannya mengisyaratkan meminta cek itu lagi sebagai penggertak saja.

Ahjumma itu terdiam, matanya hampir tidak berkedip memikir panjang perkataan dari orang yang menjadi tempatnya meminta bantuan untuk pertama kalinya.

“Ku beri waktu semenit. Kalau tidak mau juga tidak masalah. Hanya konsekuensinya saja pulang dengan tangan kosong dan dipersulit untuk meminjam uang pada siapapun.” Lalu Tao mengambil smartphone miliknya dan bermain game didalamnya.

Mata ahjumma itu makin membulat tatkala kalimat terakhir itu ialah ancaman baginya. “Tuan, adakah cara lain? Jika ada, pasti kulakukan. Aku tidak ingin anak-anakku curiga dan malu melihatku dipenjara.”

Tao meletakkan cukup kasar smartphonenya di meja. Ia menatap penuh keseriusan, “Ada, taruhkan nyawamu padaku…”

Ahjumma itu seakan menahan nafasnya.

“saat polisi-polisi itu membawamu ke lorong hotel TKP.” Lanjut Tao dengan sangat dingin.

>>> 

Ahjumma itu keluar dari sebuah bank setelah mencairkan cek yang ia dapat dari manager muda diperusahaan yang ia datangi tadi. Bayangan kedua anaknya yang ia khawatirkan itu mengusik alam bawah sadarnya. Perasaan takut menghantui pikirannya terhadap kedua anaknya. Apa yang akan terjadi pada kehidupan anaknya setelah ia pertaruhkan nyawanya demi uang yang ia genggam sekarang. Dan bagaimana seandainya jika ia menolak pertaruhannya untuk uang ini. pastinya kehidupan anak tercintanya itu semakin sengsara, terlebih pada anak tertuanya yang tengah berkuliah. Dan itulah mimpi buruk baginya jika tidak ada tetangga yang memperkenalkan manager muda nan dermawan itu padanya.

Ia mengusap keringatnya yang mengucur disela-sela perjalanan. Ia memandangi lembar cek satunya yang diberikan tadi sebagai biaya bonus, lalu memasukkannya lagi ke dalam tas pinggangnya. “Yong In Ja…kau sudah melakukan yang terbaik, bahagiakanlah kedua anakmu dengan uang ini…”

>>> 

“Wah, eomma datang. Eommaaaa…”seru anak lelaki yang baru berumur 10 tahun saat seorang ahjumma masuk ke rumah tersebut.

“Hati-hati terpeleset lagi.” Peringat seorang namja muda yang adalah kakak dari lelaki itu.

“Jong Dae-ah, sudah kau beri obat adikmu?” tanya ahjumma itu pada anak tertuanya.

“Sudah eomma, tadi habis dari mana? Eomma lama sekali__”

“Ah, benarkah?” tanya ahjumma mencoba menghindari pernyataan lanjutannya

“Iya, adik sampai tertidur di depan pintu teras menunggu eomma…”

Ahjumma itu cepat-cepat membuyarkan pikirannya, ia langsung memberikan sebungkus besar kantong plastic pada anaknya, “Berikan pada adikmu.” Lalu ia merogoh beberapa lembar uang dalam tas pinggangnya, “Lunasi kuliahmu besok.”

“Eo…Eomma dapat uang sebanyak ini dari mana?” tanya namja bernama Kim Jong Dae dengan seriusnya.

“Dari kerja keras eomma selama ini dan, hari ini.” dan Yong In Ja tersenyum penuh pengertian padanya.

>>> 

3 bulan kemudian…

Kris memandangi sebuah pigura foto yang selalu terpajang diatas meja disudut kamarnya itu. ada sesuatu yang sakit menggerakkan dirinya. Ia raih foto yang berlatar taman itu, memandangi lagi dan mengingat-ingat masa di tiga bulan yang lalu dan bulan-bulan lama sebelumnya bersama namja cantik yang berfoto bersamanya itu.

“Sayangnya improvisasimu terlalu jauh.” Ungkapnya seorang diri

Lalu namja itu membanting foto itu bukan dengan perasaan marah, akan tetapi perasaan kecewa yang dipadu dengan rasa acuhnya pada Tao, kekasihnya. Bahkan ia sendiri tak tahu statusnya sekarang masih menjadi kekasihnya ataukah sudah menjadi, mantan. Jawabannya, ia tidak tahu dan tidak mau tahu.

Kemudian smartphonenya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk menghubunginya. Dengan malasnya ia hendak mengangkat karena nyatanya, pemanggil itu bernama Tao.

“Bisakah kita membicarakannya besok malam saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Mengerti! hubungi saja besok” ujar Kris lebih mengawali menjawab.

#”Tapi Kris, bisakah kita bertemu sebentar. Aku ingin bicara sesuatu.”

“Tao, perhatikan apa yang kubicarakan baru saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Arraso! Akan ku tutup.” Kris hampir menekan tombol merah untuk mengakhirinya.

#”Kris jeball!!!!” teriak Tao dari seberang sana.

Kris sedikit menjauhkan teleponnya dari telinganya. Dengan berat hati, ia mengurungkan niatnya mengakhiri sambungannya itu. “Apa?”

#”Ku mohon, hanya bicara sebentar. Apa kau mau menemuiku disini?”

“Baiklah, hanya sebentar sajaaa…”

#”Hm.”

“Aku tidak ingin kau seperti di neraka karena menungguku, maka dari itu bisakah kau saja yang kesini? Mengingat kau yang membutuhkanku.”

#”Aish, baiklah dasar pemalas.”

Sambungan itu diputus Kris, tidak peduli apakah Tao masih berniat ingin bicara lagi atau tidak. Yang pasti dirinya kini mulai acuh kepada namja cantik itu. beberapa detik setelah itu, Kris membuka lacinya. Mengambil kumpulan kertas yang berisikan identitas seseorang.

^Flashback^

3 bulan yang lalu, bertepatan dibulan Juli. Seorang ahjusshi sedang menjalankan tugasnya yang diperintahkan oleh seorang direktur yang satu perusahaan dengannya. Ahjusshi itu tengah mengamati seorang namja mungil yang cantik sedang menggambar karakter komik buatannya.

Kemudian ahjusshi itu pura-pura lewat didepannya. Setali tiga uang, ahjusshi itu juga sekalian menuju lobby yang menyediakan identitas para pekerja di kantor besar yang berada di Korea ini. setelah ahjusshi itu bernegoisasi membeli salinan dokumen data pribadi namja yang menjadi sasarannya. Akhirnya penjaga lobby itu memberikan data yang lebih dari lengkap.

Ahjusshi itu masih harus mencari data selanjutnya, dengan posisinya sembunyi dibalik tembok. Ahjusshi memotret Baek Hyun dengan cermatnya. Hasilnya pun tidak mengecewakan pula. Ahjusshi itu tersenyum bangga, ia yakin bahwa tuannya pasti  bangga pula dengan hasil fotonya. Kemudian sebagian fotonya ia kirimkan langsung ke format ponsel milik tuannya.

Ponsel disaku ahjusshi itu bergetar, menandakan ada pesan yang masuk ke ponselnya. Ia melihat ponselnya itu bertuliskan dari Tuan Direktur kemudian ia mulai membaca isi dari pesan itu. ‘Selamat, hasil kerjamu sungguh memuaskan’ lalu lagi-lagi senyum ahjusshi itu mengembang. Hanya tinggal selangkah lagi tugasnya pun akan tamat, yakni mengirim dan memberikan dokumen semua data tentang Byun Baek Hyun pada Tuan Direkturnya.

^Flashback End^

“Byun Baek Hyun, malaikat cantik…aku lebih mencintaimu dibanding Tao…” ungkapnya sendiri pada sebuah foto yang ada didalam dokumen itu.

Kris mendengar bel apartementnya berbunyi, itu artinya orang yang tidak diharapkannya lagi kini telah datang. Kris berjalan menuju pintu sambil tersenyum remeh mengingat baru saja Kris menyebutkan nama orang itu saat ia sedang bicara dengan foto Baek Hyun.

“Kris sayang~~”

Kris langsung menghentikan perilaku Tao yang hendak mencium dan memeluknya “Ada apa?”

Tao terheran dengan perubahan sikap kekasihnya itu tapi Tao tetap berusaha tersenyum padanya “Mau menciummulah. Aku sudah lama merindukanmu Kris…” Tao kembali hendak mencium kekasihnya lagi.

Kris menepis “Hanya itu? Kalau gitu tinggalkan aku.” Kris mundur selangkah “Aku mau tidur”

“Kris.” Peringat Tao masih belum mengerti arti dari perubahan sikap itu.

“Hm. Mau minta minum ya?” goda Kris berwajah dingin.

“Kris!”

“Kalau gitu ku tutup saja. Goodbye beib…” lagi-lagi dengan wajah dinginnya

“Kris ini penting!”bentak Tao setengah marah.

Kris menghela nafas terpaksa. Ia membuka lebar pintunya “Masuklah” Tao mengikutinya dari belakang. Lalu ia berbalik, “Duduk disana,aku ambilkan minum.” Ujarnya dengan nada malas

Beberapa saat kemudian Kris kembali dari kulkasnya. Ia meletakkan 2 kaleng minuman ion diatas meja. Sebelum ia duduk, ia kembali menghela nafas terpaksa dengan harapan agar Tao mengerti isyaratnya yang tidak ingin kehadirannya itu. “Minum dulu lalu ceritalah.”

Tao meraih kaleng itu, namja cantik itu membaca merek dan jenis apa minuman itu. “Tumben sekali bukan alcohol.” lalu Tao membuka dan meminumnya.

“ck, masih untung ku beri yang lebih sehat daripada ku beri racun serangga. Dasar cerewet…” rutuk Kris agak lirih diakhir kata.

“Aku dengar…” Tao menaruh minumnya, “Aku mau bilang kalau aku sudah berhasil…” Tao seakan memberi jeda

Kris membulatkan mata tajamnya yang menatap Tao. Rahangnya pun juga mengeras. Jangan-jangan ini saatnya…

To Be Continued