Harurainblue
present
Tittle
: Love In Trap
Author
: VieyRaaMoimoi
Genre
: Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length
: Chaptered
Rating
: T (can) PG15 (maybe)
Main
Cast :
-
Baek Hyun
-
Kris
-
Suho
-
Tao
-
Sehun
Dll,
Ryu
Gak, Gyu Rim, and secret someone (OC)
Disclaimer
: Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama
untuk imajinasi semata.
This
story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t
copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Author
Note : suuutt…disini jgn ada yg kaget dlu yeah. Chapter ini lebih banyak
menampilkan tokoh kedua. Jadi ati-ati salah penapsiran yeah. Ati-ati loh asal
kelakon, hehe. Dan permintaan maaf juga kelamaan ngepost cause sibuk
UTS,mianhae. Semoga kalian menikmatinya~
Special
present fanfiction comeback of me. Semoga kalian-nim terhibur. aku membuatnya
udah semampunya.
Summary
: “aku berusaha untuk menghapus cinta terlarang ini. jika seandainya aku tidak
bercinta dengan namja yang menjadi musuh perusahaanku… mungkin cinta kami akan
wajar terjadi…”
LOVE IN TRAP
Chapter 3
AUTHOR POV
Seorang namja berjas hitam itu sedang
menunggu seorang namja cantik disebuah perusahaan cabang di China milik tuan
Choi Min.
Meski belum mendapat telpon dari namja
cantik itu, Kris bersikeras menjemputnya karena perasaan buruk yang
mempengaruhinya. Pertanda bahwa kekasihnya, Tao mengalami hal yang tidak-tidak.
Sesaat
kemudian, seorang namja yang manis berambut hitam itu langsung masuk ke dalam
mobil Kris. Duduk kursi mobil yang dekat dengan kemudinya.
“Kris-chagi,
aku lupa menelponmu. Kulihat ada mobilmu, aku langsung masuk saja.” kata namja
itu tanpa terlihat sedikit pun bersalah padanya.
“Hm.
Tadi kenapa lama? Tumbennya kau melanggar janjimu. Ceritakan apa yang kau
sembunyikan tadi.” Meski suara berat Kris terdengar pelan, namun itulah
ketegasannya pada Tao.
“Maafkan
aku Kris…”
FLASHBACK
Ketika
itu, Tao telah disambut oleh direkturnya yang tengah duduk di meja kerjanya. Ia
lumayan terkejut, tidak biasanya direkturnya itu datang pada jam terakhir ia
bekerja. Apalagi langsung duduk di mejanya.
“Hwang
Zhi Tao… kebetulan aku belum lama menunggumu. Duduklah dulu.” Kata Direktur Lim
dengan memandangi pigura foto kecil dimeja itu. foto itu adalah fotonya bersama
adik lelakinya dan yeoja, teman SMUnya dulu.
“Tidak
Direktur Lim, ada perlu apa direktur sejak tadi dimejaku. Apalagi melihat foto
pribadiku.”
“Tidak
ada apa-apa, semua yang pribadi bagimu itu juga pribadi yang boleh kulihat.”
Tao
semakin menyipitkan matanya, “Apa maksud direktur.”
“Jangan
formal seperti ini. masih ingat dengan semua yang sudah kuberi dan ucapanku
menunggumu… ku dengar satpam disini melihatmu sedang berpacaran dengan direktur
perusahaan penerbit lain. Benarkah itu?”
Tao
terkejut, matanya membulat sempurna.
Saat itu juga, ia bergegas menghampiri direkturnya dan duduk dipangkuannya.
Tidak lupa dengan melingkarkan tangannya dileher atasannya itu. “Itu tidak
benar. Jangan pedulikan, hanya isu belaka saja. aku juga masih ingat semua
pengorbananmu, apa kau meminta balas budinya?”
“Tentu.
Ngomong-ngomong kapan kau akan menerimaku? Atau…kau tidak keberatan jika
kuminta jadi tunanganku dulu lalu, menikah..” direkturnya itu mengambil
kesempatan menciumi leher Tao.
“Ah,
iya itu benar juga. Apalagi kau dan aku sudah lebih dari cukup umur. Tapi…” Tao
semakin mendalami muslihat improvisasinya. Namja itu mengelus-elus kepala dan
mengeratkan pelukan dileher direkturnya.
“Tapi
apa… kau membuat nafsuku tegang.”
“Kabulkan
permintaanku selanjutnya. Apa kau masih bersedia?”
“Masih
dan sangat. Sebutkan saja.” balasnya antusias.
Tao
memasang senyum termanjanya, “Ah, xie-xie direktur. Kusebutkan besok saja bisa
kan? aku ingin menyelesaikan rapat direktorat yang sudah tertunda dulu-dulu.”
Tao terpaksa, inilah improvisasinya. Kemudian Tao mencium pipi Direktur Lim.
Direktur
Lim hendak mencium bibir namja itu tapi, namja itu malah berdiri. “Aku tunggu
itu.”
FLASHBACK
END
“Maafkan
aku Kris-ge…” ulangnya lagi.
“Lanjutkan
saja diapatement nanti. Aku mengemudi dulu.” Jawab Kris sedari tadi tidak
menoleh pada Tao.
>>>
Kris
melempar sembarangan jasnya dan tas kerjanya. Mengacuhkan Tao yang terus
menatapnya dengan rasa bersalahnya.
“Aku
lelah. Kalau kau butuh aku, aku ada dikamar.”
“Kris…
Kau marah…” Tao mencoab menghampiri namja jangkung itu, tapi nyatanya saat
tubuhnya berjarak kurang dari setengah meter. Namja itu melambaikan tangan dan
terus menjauh.
“Kalau
butuh aku, aku ada dikamar.”
Dan…sebenarnya,
dalam hati Kris menahan mati-matian senyumannya. Ia sudah melupakan pelanggaran
yang dilakukan kekasihnya tadi sesaat ia menjemputnya. Namun, jika kekasihnya
itu tidak mendatanginya dikamar semenit kemudian. Itu artinya seorang Hwang Zhi
Tao telah berbuat dosa padanya. Yang sudah pasti, namja itu harus menerima
‘hukumannya’. Kris menutup pintunya dengan kaki. Merebahkan diri ke tempat
tidurnya, menunggu…
Sampai
satu menit kemudian… terhitung hampir dua menit… lalu…
Seseorang
diluar sana membuka pintu kamarnya
Tap
Tap
“Kau
sudah tidur Kris?” lirih Tao dengan nada bergetar. Ia setengah mati ketakutan
benar-benar marah padanya. Terlebih jika ia akan diputus oleh namja jangkung
yang terbaring lelah di kasur king size itu.
Tidak
ada sahutan yang keluar dari Kris
“Ku
harap kau… mau memaafkanku…”
…………
“Kris…
aku, tidak tahan jika begini terus…bisa kau tidak badmood lagi padaku?”
Kris
berusaha semakin kuat menahan senyum gemasnya dibalik bantal itu.
“Kris…
aku tidak bermaksud menduakanmu…kau percaya padaku kan?”
Sampai
pada titik yang hampir membuat nafasnya tidak kuat menahan tawa itu.
“Kris…”
Kris
keluar dari balik bantalnya. “Apa?” tanya Kris dengan wajah seolah tidak
terjadi apa-apa. malah menyungging senyum pada namja yang hampir menangis itu.
“Sini.” Ktis memeluk namja cantik itu. Mengajaknya
ikut berbaring ditempat tidur mereka.
PLAK~
“Aish,
kau ini apa-apaan!” kesal Kris setelah ia ditampar oleh Tao.
“Kau
yang apa-apaan. Lihatlah ke cermin,
wajahmu seolah tidak terjadi apa-apa padahal aku ketakutan sendiri melihatmu mendiamiku
dan bersikap dingin padaku Kris…”
“Harusnya
kau tidak perlu memohon banyak padaku. Cukup peluk dan agresiflah memanjakanku,
aku pasti tidak marah lagi. Tindakan seperti itu lebih berguna dibanding
ucapanmu itu.”
“Tapi
aku takut…kau…” lirih Tao sambil meremas kain yang menyelimuti tempat tidur
mereka.
“Kenapa
harus takut? Atau aku bukan kekasihmu.” Potong Kris cepat dengan pertanyaannya.
Mata
Tao membelalak kaget, “Ani…bukan begitu. Tapi…yang pasti kau tetap kekasihku.”
“Lalu
kenapa takut?”
“Kalau
tiba-tiba kau menolak dan mendorongku bagaimana?”
“Tidak
mungkin ku lakukan. Aku tidak sejahat itu pada kekasihku.”
“Kalau
mungkin bagaimana?”
Kris
tidak bisa menyembunyikan senyumannya lagi. Ia tidak tahan berlama-lama marah
pada namja manis disampingnya itu, “Bukankah kedatanganmu kesini untuk minta
maaf padaku? Jangan sampai kau membuatku kembali marah padamu.”
“Eh…jangan…”
keluh namja itu bermuka sangat memelas padanya.
Ia
kembali tertawa dan mulai membelai rambut Tao, “Kau punya rencana baru untuk
misi kita ,hm?”
Tao
membenahi posisi menyandar ditubuh kekar Kris, “Ada Kris.”
“Apa
itu? biar ku ikuti sebisaku.”
“Tapi
perhatikan ini hanya improvisasi. Tidak ada maksud lain.”
“Hm,aku
tahu.”
“Permintaan
yang akan ku ajukan besok ke direktur Lim adalah memberikanku sebuah gedung
perusahaan siap pakai yang besarnya hampir seperti perusahaan ini. lalu setelah
itu, jika ia memintaku menikah dengannya sebagai balas budi. Ku minta bertukar
dengan bertunangan saja dulu…”
“APA
tunangan??” potong Kris lumayan shock.
“Kau
kira aku mau bertunangan dengannya? Itu tidak mungkin Kris. Tapi aku akan
meracuninya sebelum dia beraksi menjadikanku miliknya seutuhnya… setelah dia
mulai pusing, ku tinggal dia dan bersiap memanggil ahjumma suruhanku. Saat ahjumma
itu masuk dan meninggalkan sidik jarinya. Paginya kepolisian akan menangkapnya.
Beres bukan cara menghilangkan jejak versiku?”
Kris
merasakan ucapan itu pahit dihatinya. Membuatnya harus menjinakkan sebentar
perasaan kecewanya itu dengan senyum palsunya. “Itu bagus baby, sekarang kau
mulai pandai tapi… jangan sampai direktur tua itu menjamahmu sama atau melebihi
aku menjamahmu mengerti?”
“Aku
mengerti ge.” Jawab Tao dengan anggukkan tegasnya.
>>>
Di keesokan
paginya, Tao yang sebelumnya sudah diantar oleh Kris menuju ruang kerjanya kini
disambut oleh atasannya yangsudah menyukainya sejak lama.
“Tao
sayang~ boleh aku minta morning kiss darimu~?” ucap namja yang lebih tua dari
Kris, dan sudah pasti jauh lebih tua dari dirinya.
“Ah
Direktur Lim ini masih pagi. Tidak boleh meningkatkan libido sepagi ini.” Tao
berusaha menghindar dari pelukan direkturnya itu.
“Ck,
alasan.” Dengus Direktur Lim duduk di sofa tamu di depan meja kerja milik Tao.
Jangan salah
sikap, jangan salah tingkah, dan jangan salah mengambil langkah. Salah sedikit
saja, improvisasimu tidak berjalan mulus. Lalu Tao menghela nafas kecil, “Masih
ingat dengan tawaranmu kemarin Direktur sayang?”
Senyum
kelegaan, kebahagiaan akhirnya didapatkan sang direktur dari pujaan hatinya
yang selama ini bertepuk sebelah tangan, “Tentu saja. ayo sebutkan saja
meskipun nyawaku yang kau minta.”
Tao
mendekat dan memberi senyum genitnya, “Ah Direktur, kau sangat romantis.”
Kemudian Tao duduk merapat disamping namja itu, “Bisakah kau berikan aku gedung
perusahaan yang besarnya hampir seperti kantor ini? aku ingin belajar mandiri
sebelum kita hidup serumah. Apa kau sanggup mengabulkannya?”
Direktur
Lim mencolek dagunya “Sangat sanggup, kau mau kapan memakainya sayang?”
“Secepatnya
lebih baik, bukankah direktur ingin cepat-cepat menikah denganku?”
“Hahaha,
iya kau benar sekali Tao sayang. Tenang saja, gedung itu tidak akan memakan
waktu.”
“Hm…direktur,”
ia beralih ke taktik selanjutnya. “kalau aku meminta bertunangan dulu sebelum
perusahaanku sukses dan kita menikah. Apa kau mau mengabulkannya?”
“Waah…bahkan
itu lebih baik dari yang ku duga. Tentu aku mau sayang.” Lalu direkturnya
memberi tanda dilehernya. “Xie xie, wo ai ni forever.” Direktur Lim memberi
lambaian seiring dengan namja itu meninggalkan ruangan kerjanya.
“Hampir
saja.”
Namja
garang yang berjiwa cantik itu bernapas lega. Lalu ia meraih ponsel
smartphonenya. “Halo selamat pagi, apa benar anda yang mencari tuan Hwang Zhi
Tao?” Ungkap namja itu memulai komunikasinya, “Iya ahjumma, ini dengan saya.
Bisa kita mulai ke intinya. Apa yang anda butuhkan?” sesekali itu ia melangkah
ke dekat jendela. “Jangan sungkan, sebut saja berapa nominalnya.” Dan ia juga
sesekali menghentakkan kecil ujung sepatu kanannya, “Tentu tidak keberatan
ahjumma. Sekarang juga anda ke kantor saya. Anda tahu kan letaknya?” wajah itu
mulai tersenyum dengan menangnya atas kerja samanya. “Anda tanyakan saja
ruangan saya ke lobby, nanti biar bawahan saya yang mengantar anda kesini.” Dan
terakhir dari balasannya, namja itu mengakhiri teleponnya dengan menggumam.
“Menelpon
siapa Tao sayang?”
Namja
cantik itu terkejut seiring dengan ia menoleh ke arah sumber suara. Dengan
tergesa-gesa ia memasukkan smartphonenya ke saku jasnya ketika namja yang
mengejutkannya itu hendak menghampirinya. “Hanya rekan kerja, Direktur Lim.”
Satu
tangan Direktur Lim itu menompang ditembok, dan satunya lagi dimasukkan di saku
celananya. Namja itu tersenyum penuh kecurigaan pada Tao. “Rekan kerja atau kekasih
simpanan?”
“Ah
Direktur, ada apa direktur kesini? Bukankah pembicaraan kita baru saja usai.”
Ujar Tao mengalihkan topic, berharap agar namja tua itu cepat-cepat pergi dari
ruangannya sebelum orang yang ditelponnya tadi akan tiba di kantornya.
Namja
yang tampan meski agak tua itu berjalan ke meja kerja Tao, “Mengambil ini.”
namja itu menunjukkan sebuah flashdisk yang cukup kecil padanya, “Tadi
tertinggal.” Lalu namja itu tertawa hambar kepadanya.
>>>
Diwaktu
pagi dan wilayah yang sama, seorang namja berparas pangeran dengan rambut
blondenya sedang berpikir keras mengambil keputusan untuk hasil dokumen yang
ada diatas mejanya. Didekat dokumen itu pula, terdapat sebuah tag name
berjabatan Direktur Perusahaan Penerbit K-Li.
BRAK
Pikiran
namja itu tidak focus. Sesekali ia melirik sebuah kertas disamping pigura
fotonya, kertas itu yang tidak sengaja ia ambil diperusahaannya Suho. Kali ini
ia akan mencoba lagi untuk memfokuskan keputusan atas dokumen itu lagi.
Kemudian ia mencoba menghela nafas lalu berpikir.
30
detik………40 detik………60 detik……… lalu ia mengambil vas bunga berukuran kecil
diatas mejanya dan___
PYARR
Kris
membantingkan vas bunga itu ke cermin yang ada dibawah jam dinding yang ada
ditembok sebelah kiri tubuhnya. Sebenarnya hal yang mengganggu pikirannya itu
bisa ditundanya dengan mudah. Namun, ia baru kali ini tidak mampu menundanya.
Lalu akhirnya ia memutuskan mengacuhkan sejenak dokumennya dan beralih meraih
kertas yang sedari tadi diliriknya dan itu juga salah satu yang mengganggu pikirannya.
Ia
menatap-natap kertas itu dengan herannya, “Aku harus bagaimana lagi…” sang
direktur muda itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Dan ia juga kembali
memegangi keningnya untuk kembali berpikir. Sampai kemudian suara telpon
dimejanya bordering, menekan tombol loundspeakernya.
#“Direktur
Wu Yi Fan, maaf saya mengganggu. Komisaris ingin menemui direktur dan memeriksa
hasil keputusan dokumen tadi tuan.” Sahut yeoja yang adalah bawahannya Kris.
“Dokumennya
biar aku saja yang antarkan ke ruangannya. Pokoknya katakan apa saja yang
penting jangan biarkan komisaris masuk dulu. Aku ingin minta tolong kau suruh
orang bereskan pecahan kaca di ruanganku. Cepat sedikit ya, ku tunggu.” Balas
Kris dengan wajahnya yang masam.
#“Ba…baik
Direktur saya mengerti.”
Kris
tidak perlu lama menunggu orang suruhannya datang ke ruangannya. Dan didepannya
sekarang, barulah datang dua orang bawahannya, satu yeoja yang tadi
menghubunginya dan satu lagi namja ahjusshi yang telah membawa peralatan
kebersihan.
“Direktur,
maafkan saya tidak membawakan cleaning serviser karena hari ini banyak yang
tidak masuk jadi saya meminta tuan Gyu Rim membereskannya.” Ujar yeoja yang
berpangkat sebagai karyawan di lobby depan ruangannya.
“Hm,
kau bisa pergi Xing Han.” Persilahkan Kris pada yeoja itu, lalu yeoja itu
membalas dengan hormatnya dan menepuk semangat bahu namja bernama Gyu Rim itu.
Kemudian
namja berketurunan China-Korea itu membereskan pecahan kaca yang kepingannya
tersebar dimana-mana. “Tuan Direktur, maaf, permisi sebentar.” Ucap namja itu
dengan sopan saat menyapu kepingan yang ada didekat ujung sepatu Kris.
“Maaf
juga sudah merepotkan tuan, harusnya orang sebesar aku tidak membuat kekacauan
seperti ini.” balas Kris tanpa menoleh, ia masih berpandang lurus dengan kertas
komik yang dipegangnya.
Hening,
Gyu Rim tidak merespon lagi balasan dari Kris. Namja itu sibuk sedikit
merangkak meneliti apa masih ada kepingan lagi yang tersebar diruangan ini.
sementara Kris juga tidak menambah topiknya, jadi suasana di ruang Direktur itu
sunyi dan hanya suara mesin AC yang terdengar didalam sana.
“Em…Tuan
Gyu Rim.” Panggil Kris melupakan sesuatu,
“Iya
tuan direktur?” Gyu Rim menoleh dan menghampiri Kris yang masih duduk dimeja
kerjanya.
“Bisa
aku minta tolong lagi padamu? Tapi ini hal lain, bukan membersihkan seperti
tadi.” Kris memberi waktu jeda pada namja itu, lalu namja itu membalas anggukan
pasti. “Tolong cari tahu riwayat hidupnya Byun Baek Hyun di Korea. Hari ini
secepatnya, bisa kan? karena ku lihat kau orangnya smart and low profile.”
Nampak
agak sungkan dan takut salah mengambil jalan, akhirnya namja itu mengangguk,
“Bisa tuan direktur.”
“Dia
bekerja di perusahaan induk penerbit komik milik tuan Choi, yang terbesar di
Korea.” Kemudian Kris meraih kertas cek di dalam dompetnya, “Ambil ini.” ia
menyodorkannya pada namja itu. “3 jam kedepan tugasmu yang ini harus sampai
padaku. Sambungkan juga langsung kesini.” Ia mengangkat smartphonenya dengan
dua jari. “mengerti.” lanjut Kris kepastian.
“Baik
tuan direktur.”
>>>
Tao
tengah itu dengan seksamanya memperhatikan layar computer yang tersambung oleh
jaringan CCTV di kantor tempat ia bekerja. Berkali-kali itu juga ia terus
menyungging senyum kemenangan tatkala melihat orang yang ia nanti sedang
berjalan bersama bawahannya menuju ruangannya.
Lalu
disaat dua yeoja di CCTV itu telah tiba didepan ruangannya. Tao bersikap jual
mahal dengan menghadap membelakangi mereka saat pintu geser menyambut
kedatangan mereka.
“Silahkan
nyonya.” Suara mempersilahkan dari bawahannya pada tamunya, “Manager Hwang tamu
anda telah datang. Permisi.” Ujarnya beralih pada atasannya lalu pergi.
“Ya.”
Jawab singkat Tao masih duduk membelakangi alias menghadap ke jendela.
“Tuan Hwang…” lirih yeoja berumur 40-an itu.
“Duduklah
ahjumma.” Tao memutar posisinya hingga tidak membelakangi lagi. “Berapa tadi
nominalnya? Aku ingin memastikan untuk kedua kalinya saja.”
Ahjumma
itu sedikit menundukkan kepala, “Lima juta won tuan…”
“Yakin
tidak tambah? Boleh aku tahu untuk apa uang sebanyak itu?” tanya lagi namja itu
dengan memainkan jari-jari diatas mejanya.
“Tidak
tuan, uang itu untuk melunasi hutang suami saya dan juga melunasi biaya kuliah
dan rumah sakit anak saya tuan.”
“Hutang
suami, memang dia kemana sampai tidak melunasi?”
“Dia
telah mati.” Kata ahjumma itu dengan pandangan sendu.
“Maafkan
aku ahjumma…” Tao berdiri lalu duduk di dekat ahjumma itu. Lalu ia mengeluarkan
lembar cek yang siap ditulis nominalnya. “Ini tidak sulit ditukarkan di semua
bank.”
Ahjumma
itu menerima dan membaca nominal di cek itu, “T…Tuan, ini kelebihan 3 juta.”
“Hm,
lantas apa kurang?”
“Tidak
tuan, sama sekali tidak tuan. Terima kasih banyak tuan. Akan ku berikan semua
jaminan pengabdianku pada tuan Hwang Zhi Tao.”
Kata-kata
yang menurutnya terlalu berlebihan membuatnya tertawa kecil, “Tugasmu hanya
berakting didepan polisi saja, ahjumma.”
Senyum
keriangan yang dipaparnya perlahan mengkerut, “Maksud tuan saya akan
dipenjara…”
Tao
tersenyum, “Bukan itu…prosedurnya kau hanya tinggalkan jejak sidik jarimu dan
pura-pura tidur disana. Apa kau tidak mau melakukannya untukku dan uang ini?”
tangannya mengisyaratkan meminta cek itu lagi sebagai penggertak saja.
Ahjumma
itu terdiam, matanya hampir tidak berkedip memikir panjang perkataan dari orang
yang menjadi tempatnya meminta bantuan untuk pertama kalinya.
“Ku
beri waktu semenit. Kalau tidak mau juga tidak masalah. Hanya konsekuensinya
saja pulang dengan tangan kosong dan dipersulit untuk meminjam uang pada
siapapun.” Lalu Tao mengambil smartphone miliknya dan bermain game didalamnya.
Mata
ahjumma itu makin membulat tatkala kalimat terakhir itu ialah ancaman baginya.
“Tuan, adakah cara lain? Jika ada, pasti kulakukan. Aku tidak ingin anak-anakku
curiga dan malu melihatku dipenjara.”
Tao
meletakkan cukup kasar smartphonenya di meja. Ia menatap penuh keseriusan,
“Ada, taruhkan nyawamu padaku…”
Ahjumma
itu seakan menahan nafasnya.
“saat
polisi-polisi itu membawamu ke lorong hotel TKP.” Lanjut Tao dengan sangat
dingin.
>>>
Ahjumma
itu keluar dari sebuah bank setelah mencairkan cek yang ia dapat dari manager
muda diperusahaan yang ia datangi tadi. Bayangan kedua anaknya yang ia
khawatirkan itu mengusik alam bawah sadarnya. Perasaan takut menghantui pikirannya
terhadap kedua anaknya. Apa yang akan terjadi pada kehidupan anaknya setelah ia
pertaruhkan nyawanya demi uang yang ia genggam sekarang. Dan bagaimana
seandainya jika ia menolak pertaruhannya untuk uang ini. pastinya kehidupan
anak tercintanya itu semakin sengsara, terlebih pada anak tertuanya yang tengah
berkuliah. Dan itulah mimpi buruk baginya jika tidak ada tetangga yang
memperkenalkan manager muda nan dermawan itu padanya.
Ia
mengusap keringatnya yang mengucur disela-sela perjalanan. Ia memandangi lembar
cek satunya yang diberikan tadi sebagai biaya bonus, lalu memasukkannya lagi ke
dalam tas pinggangnya. “Yong In Ja…kau sudah melakukan yang terbaik, bahagiakanlah
kedua anakmu dengan uang ini…”
>>>
“Wah,
eomma datang. Eommaaaa…”seru anak lelaki yang baru berumur 10 tahun saat
seorang ahjumma masuk ke rumah tersebut.
“Hati-hati
terpeleset lagi.” Peringat seorang namja muda yang adalah kakak dari lelaki
itu.
“Jong
Dae-ah, sudah kau beri obat adikmu?” tanya ahjumma itu pada anak tertuanya.
“Sudah
eomma, tadi habis dari mana? Eomma lama sekali__”
“Ah,
benarkah?” tanya ahjumma mencoba menghindari pernyataan lanjutannya
“Iya,
adik sampai tertidur di depan pintu teras menunggu eomma…”
Ahjumma
itu cepat-cepat membuyarkan pikirannya, ia langsung memberikan sebungkus besar
kantong plastic pada anaknya, “Berikan pada adikmu.” Lalu ia merogoh beberapa
lembar uang dalam tas pinggangnya, “Lunasi kuliahmu besok.”
“Eo…Eomma
dapat uang sebanyak ini dari mana?” tanya namja bernama Kim Jong Dae dengan seriusnya.
“Dari
kerja keras eomma selama ini dan, hari ini.” dan Yong In Ja tersenyum penuh
pengertian padanya.
>>>
3 bulan
kemudian…
Kris
memandangi sebuah pigura foto yang selalu terpajang diatas meja disudut
kamarnya itu. ada sesuatu yang sakit menggerakkan dirinya. Ia raih foto yang
berlatar taman itu, memandangi lagi dan mengingat-ingat masa di tiga bulan yang
lalu dan bulan-bulan lama sebelumnya bersama namja cantik yang berfoto
bersamanya itu.
“Sayangnya
improvisasimu terlalu jauh.” Ungkapnya seorang diri
Lalu
namja itu membanting foto itu bukan dengan perasaan marah, akan tetapi perasaan
kecewa yang dipadu dengan rasa acuhnya pada Tao, kekasihnya. Bahkan ia sendiri
tak tahu statusnya sekarang masih menjadi kekasihnya ataukah sudah menjadi,
mantan. Jawabannya, ia tidak tahu dan tidak mau tahu.
Kemudian
smartphonenya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk menghubunginya.
Dengan malasnya ia hendak mengangkat karena nyatanya, pemanggil itu bernama
Tao.
“Bisakah
kita membicarakannya besok malam saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan
siapapun. Mengerti! hubungi saja besok” ujar Kris lebih mengawali menjawab.
#”Tapi
Kris, bisakah kita bertemu sebentar. Aku ingin bicara sesuatu.”
“Tao,
perhatikan apa yang kubicarakan baru saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan
siapapun. Arraso! Akan ku tutup.” Kris hampir menekan tombol merah untuk
mengakhirinya.
#”Kris
jeball!!!!” teriak Tao dari seberang sana.
Kris
sedikit menjauhkan teleponnya dari telinganya. Dengan berat hati, ia
mengurungkan niatnya mengakhiri sambungannya itu. “Apa?”
#”Ku
mohon, hanya bicara sebentar. Apa kau mau menemuiku disini?”
“Baiklah,
hanya sebentar sajaaa…”
#”Hm.”
“Aku
tidak ingin kau seperti di neraka karena menungguku, maka dari itu bisakah kau
saja yang kesini? Mengingat kau yang membutuhkanku.”
#”Aish,
baiklah dasar pemalas.”
Sambungan
itu diputus Kris, tidak peduli apakah Tao masih berniat ingin bicara lagi atau
tidak. Yang pasti dirinya kini mulai acuh kepada namja cantik itu. beberapa detik
setelah itu, Kris membuka lacinya. Mengambil kumpulan kertas yang berisikan
identitas seseorang.
^Flashback^
3 bulan
yang lalu, bertepatan dibulan Juli. Seorang ahjusshi sedang menjalankan
tugasnya yang diperintahkan oleh seorang direktur yang satu perusahaan
dengannya. Ahjusshi itu tengah mengamati seorang namja mungil yang cantik
sedang menggambar karakter komik buatannya.
Kemudian
ahjusshi itu pura-pura lewat didepannya. Setali tiga uang, ahjusshi itu juga
sekalian menuju lobby yang menyediakan identitas para pekerja di kantor besar yang
berada di Korea ini. setelah ahjusshi itu bernegoisasi membeli salinan dokumen
data pribadi namja yang menjadi sasarannya. Akhirnya penjaga lobby itu
memberikan data yang lebih dari lengkap.
Ahjusshi
itu masih harus mencari data selanjutnya, dengan posisinya sembunyi dibalik
tembok. Ahjusshi memotret Baek Hyun dengan cermatnya. Hasilnya pun tidak
mengecewakan pula. Ahjusshi itu tersenyum bangga, ia yakin bahwa tuannya
pasti bangga pula dengan hasil fotonya.
Kemudian sebagian fotonya ia kirimkan langsung ke format ponsel milik tuannya.
Ponsel
disaku ahjusshi itu bergetar, menandakan ada pesan yang masuk ke ponselnya. Ia
melihat ponselnya itu bertuliskan dari Tuan Direktur kemudian ia mulai membaca
isi dari pesan itu. ‘Selamat, hasil kerjamu sungguh memuaskan’ lalu lagi-lagi
senyum ahjusshi itu mengembang. Hanya tinggal selangkah lagi tugasnya pun akan
tamat, yakni mengirim dan memberikan dokumen semua data tentang Byun Baek Hyun
pada Tuan Direkturnya.
^Flashback
End^
“Byun
Baek Hyun, malaikat cantik…aku lebih mencintaimu dibanding Tao…” ungkapnya
sendiri pada sebuah foto yang ada didalam dokumen itu.
Kris
mendengar bel apartementnya berbunyi, itu artinya orang yang tidak
diharapkannya lagi kini telah datang. Kris berjalan menuju pintu sambil
tersenyum remeh mengingat baru saja Kris menyebutkan nama orang itu saat ia
sedang bicara dengan foto Baek Hyun.
“Kris
sayang~~”
Kris
langsung menghentikan perilaku Tao yang hendak mencium dan memeluknya “Ada
apa?”
Tao
terheran dengan perubahan sikap kekasihnya itu tapi Tao tetap berusaha
tersenyum padanya “Mau menciummulah. Aku sudah lama merindukanmu Kris…” Tao
kembali hendak mencium kekasihnya lagi.
Kris
menepis “Hanya itu? Kalau gitu tinggalkan aku.” Kris mundur selangkah “Aku mau
tidur”
“Kris.”
Peringat Tao masih belum mengerti arti dari perubahan sikap itu.
“Hm.
Mau minta minum ya?” goda Kris berwajah dingin.
“Kris!”
“Kalau
gitu ku tutup saja. Goodbye beib…” lagi-lagi dengan wajah dinginnya
“Kris
ini penting!”bentak Tao setengah marah.
Kris
menghela nafas terpaksa. Ia membuka lebar pintunya “Masuklah” Tao mengikutinya
dari belakang. Lalu ia berbalik, “Duduk disana,aku ambilkan minum.” Ujarnya
dengan nada malas
Beberapa
saat kemudian Kris kembali dari kulkasnya. Ia meletakkan 2 kaleng minuman ion
diatas meja. Sebelum ia duduk, ia kembali menghela nafas terpaksa dengan
harapan agar Tao mengerti isyaratnya yang tidak ingin kehadirannya itu. “Minum
dulu lalu ceritalah.”
Tao
meraih kaleng itu, namja cantik itu membaca merek dan jenis apa minuman itu.
“Tumben sekali bukan alcohol.” lalu Tao membuka dan meminumnya.
“ck,
masih untung ku beri yang lebih sehat daripada ku beri racun serangga. Dasar
cerewet…” rutuk Kris agak lirih diakhir kata.
“Aku
dengar…” Tao menaruh minumnya, “Aku mau bilang kalau aku sudah berhasil…” Tao
seakan memberi jeda
Kris
membulatkan mata tajamnya yang menatap Tao. Rahangnya pun juga mengeras. Jangan-jangan
ini saatnya…
To
Be Continued