Rabu, 23 Oktober 2013

[FF] Love In Trap - BaeKris || KrisBaek (Chapter 3)


Harurainblue present


Tittle : Love In Trap
Author : VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length : Chaptered
Rating : T (can) PG15 (maybe)
Main Cast :
- Baek Hyun
- Kris
- Suho
- Tao
- Sehun
Dll,
Ryu Gak, Gyu Rim, and secret someone (OC)
Disclaimer : Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama untuk imajinasi semata.
This story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Author Note : suuutt…disini jgn ada yg kaget dlu yeah. Chapter ini lebih banyak menampilkan tokoh kedua. Jadi ati-ati salah penapsiran yeah. Ati-ati loh asal kelakon, hehe. Dan permintaan maaf juga kelamaan ngepost cause sibuk UTS,mianhae. Semoga kalian menikmatinya~
Special present fanfiction comeback of me. Semoga kalian-nim terhibur. aku membuatnya udah semampunya.
Summary : “aku berusaha untuk menghapus cinta terlarang ini. jika seandainya aku tidak bercinta dengan namja yang menjadi musuh perusahaanku… mungkin cinta kami akan wajar terjadi…”

LOVE IN TRAP
Chapter 3
AUTHOR POV

Seorang namja berjas hitam itu sedang menunggu seorang namja cantik disebuah perusahaan cabang di China milik tuan Choi Min.

Meski belum mendapat telpon dari namja cantik itu, Kris bersikeras menjemputnya karena perasaan buruk yang mempengaruhinya. Pertanda bahwa kekasihnya, Tao mengalami hal yang tidak-tidak.

Sesaat kemudian, seorang namja yang manis berambut hitam itu langsung masuk ke dalam mobil Kris. Duduk kursi mobil yang dekat dengan kemudinya.

“Kris-chagi, aku lupa menelponmu. Kulihat ada mobilmu, aku langsung masuk saja.” kata namja itu tanpa terlihat sedikit pun bersalah padanya.

“Hm. Tadi kenapa lama? Tumbennya kau melanggar janjimu. Ceritakan apa yang kau sembunyikan tadi.” Meski suara berat Kris terdengar pelan, namun itulah ketegasannya pada Tao.

“Maafkan aku Kris…”

FLASHBACK
Ketika itu, Tao telah disambut oleh direkturnya yang tengah duduk di meja kerjanya. Ia lumayan terkejut, tidak biasanya direkturnya itu datang pada jam terakhir ia bekerja. Apalagi langsung duduk di mejanya.

“Hwang Zhi Tao… kebetulan aku belum lama menunggumu. Duduklah dulu.” Kata Direktur Lim dengan memandangi pigura foto kecil dimeja itu. foto itu adalah fotonya bersama adik lelakinya dan yeoja, teman SMUnya dulu.

“Tidak Direktur Lim, ada perlu apa direktur sejak tadi dimejaku. Apalagi melihat foto pribadiku.”

“Tidak ada apa-apa, semua yang pribadi bagimu itu juga pribadi yang boleh kulihat.”

Tao semakin menyipitkan matanya, “Apa maksud direktur.”

“Jangan formal seperti ini. masih ingat dengan semua yang sudah kuberi dan ucapanku menunggumu… ku dengar satpam disini melihatmu sedang berpacaran dengan direktur perusahaan penerbit lain. Benarkah itu?”

Tao terkejut,  matanya membulat sempurna. Saat itu juga, ia bergegas menghampiri direkturnya dan duduk dipangkuannya. Tidak lupa dengan melingkarkan tangannya dileher atasannya itu. “Itu tidak benar. Jangan pedulikan, hanya isu belaka saja. aku juga masih ingat semua pengorbananmu, apa kau meminta balas budinya?”

“Tentu. Ngomong-ngomong kapan kau akan menerimaku? Atau…kau tidak keberatan jika kuminta jadi tunanganku dulu lalu, menikah..” direkturnya itu mengambil kesempatan menciumi leher Tao.

“Ah, iya itu benar juga. Apalagi kau dan aku sudah lebih dari cukup umur. Tapi…” Tao semakin mendalami muslihat improvisasinya. Namja itu mengelus-elus kepala dan mengeratkan pelukan dileher direkturnya.

“Tapi apa… kau membuat nafsuku tegang.”

“Kabulkan permintaanku selanjutnya. Apa kau masih bersedia?”

“Masih dan sangat. Sebutkan saja.” balasnya antusias.

Tao memasang senyum termanjanya, “Ah, xie-xie direktur. Kusebutkan besok saja bisa kan? aku ingin menyelesaikan rapat direktorat yang sudah tertunda dulu-dulu.” Tao terpaksa, inilah improvisasinya. Kemudian Tao mencium pipi Direktur Lim.

Direktur Lim hendak mencium bibir namja itu tapi, namja itu malah berdiri. “Aku tunggu itu.”

FLASHBACK END

“Maafkan aku Kris-ge…” ulangnya lagi.

“Lanjutkan saja diapatement nanti. Aku mengemudi dulu.” Jawab Kris sedari tadi tidak menoleh pada Tao.

>>> 

Kris melempar sembarangan jasnya dan tas kerjanya. Mengacuhkan Tao yang terus menatapnya dengan rasa bersalahnya.

“Aku lelah. Kalau kau butuh aku, aku ada dikamar.”

“Kris… Kau marah…” Tao mencoab menghampiri namja jangkung itu, tapi nyatanya saat tubuhnya berjarak kurang dari setengah meter. Namja itu melambaikan tangan dan terus menjauh.

“Kalau butuh aku, aku ada dikamar.”

Dan…sebenarnya, dalam hati Kris menahan mati-matian senyumannya. Ia sudah melupakan pelanggaran yang dilakukan kekasihnya tadi sesaat ia menjemputnya. Namun, jika kekasihnya itu tidak mendatanginya dikamar semenit kemudian. Itu artinya seorang Hwang Zhi Tao telah berbuat dosa padanya. Yang sudah pasti, namja itu harus menerima ‘hukumannya’. Kris menutup pintunya dengan kaki. Merebahkan diri ke tempat tidurnya, menunggu…

Sampai satu menit kemudian… terhitung hampir dua menit… lalu…

Seseorang diluar sana membuka pintu kamarnya
Tap
Tap

“Kau sudah tidur Kris?” lirih Tao dengan nada bergetar. Ia setengah mati ketakutan benar-benar marah padanya. Terlebih jika ia akan diputus oleh namja jangkung yang terbaring lelah di kasur king size itu.

Tidak ada sahutan yang keluar dari Kris

“Ku harap kau… mau memaafkanku…”

…………

“Kris… aku, tidak tahan jika begini terus…bisa kau tidak badmood lagi padaku?”

Kris berusaha semakin kuat menahan senyum gemasnya dibalik bantal itu.

“Kris… aku tidak bermaksud menduakanmu…kau percaya padaku kan?”

Sampai pada titik yang hampir membuat nafasnya tidak kuat menahan tawa itu.

“Kris…”

Kris keluar dari balik bantalnya. “Apa?” tanya Kris dengan wajah seolah tidak terjadi apa-apa. malah menyungging senyum pada namja yang hampir menangis itu. “Sini.” Ktis memeluk namja cantik itu.  Mengajaknya ikut berbaring ditempat tidur mereka.

PLAK~

“Aish, kau ini apa-apaan!” kesal Kris setelah ia ditampar oleh Tao.

“Kau yang apa-apaan.  Lihatlah ke cermin, wajahmu seolah tidak terjadi apa-apa padahal aku ketakutan sendiri melihatmu mendiamiku dan bersikap dingin padaku Kris…”

“Harusnya kau tidak perlu memohon banyak padaku. Cukup peluk dan agresiflah memanjakanku, aku pasti tidak marah lagi. Tindakan seperti itu lebih berguna dibanding ucapanmu itu.”

“Tapi aku takut…kau…” lirih Tao sambil meremas kain yang menyelimuti tempat tidur mereka.

“Kenapa harus takut? Atau aku bukan kekasihmu.” Potong Kris cepat dengan pertanyaannya.

Mata Tao membelalak kaget, “Ani…bukan begitu. Tapi…yang pasti kau tetap kekasihku.”

“Lalu kenapa takut?”

“Kalau tiba-tiba kau menolak dan mendorongku bagaimana?”

“Tidak mungkin ku lakukan. Aku tidak sejahat itu pada kekasihku.”

“Kalau mungkin bagaimana?”

Kris tidak bisa menyembunyikan senyumannya lagi. Ia tidak tahan berlama-lama marah pada namja manis disampingnya itu, “Bukankah kedatanganmu kesini untuk minta maaf padaku? Jangan sampai kau membuatku kembali marah padamu.”

“Eh…jangan…” keluh namja itu bermuka sangat memelas padanya.

Ia kembali tertawa dan mulai membelai rambut Tao, “Kau punya rencana baru untuk misi kita ,hm?”

Tao membenahi posisi menyandar ditubuh kekar Kris, “Ada Kris.”

“Apa itu? biar ku ikuti sebisaku.”

“Tapi perhatikan ini hanya improvisasi. Tidak ada maksud lain.”

“Hm,aku tahu.”

“Permintaan yang akan ku ajukan besok ke direktur Lim adalah memberikanku sebuah gedung perusahaan siap pakai yang besarnya hampir seperti perusahaan ini. lalu setelah itu, jika ia memintaku menikah dengannya sebagai balas budi. Ku minta bertukar dengan bertunangan saja dulu…”

“APA tunangan??” potong Kris lumayan shock.

“Kau kira aku mau bertunangan dengannya? Itu tidak mungkin Kris. Tapi aku akan meracuninya sebelum dia beraksi menjadikanku miliknya seutuhnya… setelah dia mulai pusing, ku tinggal dia dan bersiap memanggil ahjumma suruhanku. Saat ahjumma itu masuk dan meninggalkan sidik jarinya. Paginya kepolisian akan menangkapnya. Beres bukan cara menghilangkan jejak versiku?”

Kris merasakan ucapan itu pahit dihatinya. Membuatnya harus menjinakkan sebentar perasaan kecewanya itu dengan senyum palsunya. “Itu bagus baby, sekarang kau mulai pandai tapi… jangan sampai direktur tua itu menjamahmu sama atau melebihi aku menjamahmu mengerti?”

“Aku mengerti ge.” Jawab Tao dengan anggukkan tegasnya.

>>> 

Di keesokan paginya, Tao yang sebelumnya sudah diantar oleh Kris menuju ruang kerjanya kini disambut oleh atasannya yangsudah menyukainya sejak lama.

“Tao sayang~ boleh aku minta morning kiss darimu~?” ucap namja yang lebih tua dari Kris, dan sudah pasti jauh lebih tua dari dirinya.

“Ah Direktur Lim ini masih pagi. Tidak boleh meningkatkan libido sepagi ini.” Tao berusaha menghindar dari pelukan direkturnya itu.

“Ck, alasan.” Dengus Direktur Lim duduk di sofa tamu di depan meja kerja milik Tao.

Jangan salah sikap, jangan salah tingkah, dan jangan salah mengambil langkah. Salah sedikit saja, improvisasimu tidak berjalan mulus. Lalu Tao menghela nafas kecil, “Masih ingat dengan tawaranmu kemarin Direktur sayang?”

Senyum kelegaan, kebahagiaan akhirnya didapatkan sang direktur dari pujaan hatinya yang selama ini bertepuk sebelah tangan, “Tentu saja. ayo sebutkan saja meskipun nyawaku yang kau minta.”

Tao mendekat dan memberi senyum genitnya, “Ah Direktur, kau sangat romantis.” Kemudian Tao duduk merapat disamping namja itu, “Bisakah kau berikan aku gedung perusahaan yang besarnya hampir seperti kantor ini? aku ingin belajar mandiri sebelum kita hidup serumah. Apa kau sanggup mengabulkannya?”

Direktur Lim mencolek dagunya “Sangat sanggup, kau mau kapan memakainya sayang?”

“Secepatnya lebih baik, bukankah direktur ingin cepat-cepat menikah denganku?”

“Hahaha, iya kau benar sekali Tao sayang. Tenang saja, gedung itu tidak akan memakan waktu.”

“Hm…direktur,” ia beralih ke taktik selanjutnya. “kalau aku meminta bertunangan dulu sebelum perusahaanku sukses dan kita menikah. Apa kau mau mengabulkannya?”

“Waah…bahkan itu lebih baik dari yang ku duga. Tentu aku mau sayang.” Lalu direkturnya memberi tanda dilehernya. “Xie xie, wo ai ni forever.” Direktur Lim memberi lambaian seiring dengan namja itu meninggalkan ruangan kerjanya.

“Hampir saja.”

Namja garang yang berjiwa cantik itu bernapas lega. Lalu ia meraih ponsel smartphonenya. “Halo selamat pagi, apa benar anda yang mencari tuan Hwang Zhi Tao?” Ungkap namja itu memulai komunikasinya, “Iya ahjumma, ini dengan saya. Bisa kita mulai ke intinya. Apa yang anda butuhkan?” sesekali itu ia melangkah ke dekat jendela. “Jangan sungkan, sebut saja berapa nominalnya.” Dan ia juga sesekali menghentakkan kecil ujung sepatu kanannya, “Tentu tidak keberatan ahjumma. Sekarang juga anda ke kantor saya. Anda tahu kan letaknya?” wajah itu mulai tersenyum dengan menangnya atas kerja samanya. “Anda tanyakan saja ruangan saya ke lobby, nanti biar bawahan saya yang mengantar anda kesini.” Dan terakhir dari balasannya, namja itu mengakhiri teleponnya dengan menggumam.

“Menelpon siapa Tao sayang?”

Namja cantik itu terkejut seiring dengan ia menoleh ke arah sumber suara. Dengan tergesa-gesa ia memasukkan smartphonenya ke saku jasnya ketika namja yang mengejutkannya itu hendak menghampirinya. “Hanya rekan kerja, Direktur Lim.”

Satu tangan Direktur Lim itu menompang ditembok, dan satunya lagi dimasukkan di saku celananya. Namja itu tersenyum penuh kecurigaan pada Tao. “Rekan kerja atau kekasih simpanan?”

“Ah Direktur, ada apa direktur kesini? Bukankah pembicaraan kita baru saja usai.” Ujar Tao mengalihkan topic, berharap agar namja tua itu cepat-cepat pergi dari ruangannya sebelum orang yang ditelponnya tadi akan tiba di kantornya.

Namja yang tampan meski agak tua itu berjalan ke meja kerja Tao, “Mengambil ini.” namja itu menunjukkan sebuah flashdisk yang cukup kecil padanya, “Tadi tertinggal.” Lalu namja itu tertawa hambar kepadanya.

>>> 

Diwaktu pagi dan wilayah yang sama, seorang namja berparas pangeran dengan rambut blondenya sedang berpikir keras mengambil keputusan untuk hasil dokumen yang ada diatas mejanya. Didekat dokumen itu pula, terdapat sebuah tag name berjabatan Direktur Perusahaan Penerbit K-Li.

BRAK

Pikiran namja itu tidak focus. Sesekali ia melirik sebuah kertas disamping pigura fotonya, kertas itu yang tidak sengaja ia ambil diperusahaannya Suho. Kali ini ia akan mencoba lagi untuk memfokuskan keputusan atas dokumen itu lagi. Kemudian ia mencoba menghela nafas lalu berpikir.

30 detik………40 detik………60 detik……… lalu ia mengambil vas bunga berukuran kecil diatas mejanya dan___

PYARR

Kris membantingkan vas bunga itu ke cermin yang ada dibawah jam dinding yang ada ditembok sebelah kiri tubuhnya. Sebenarnya hal yang mengganggu pikirannya itu bisa ditundanya dengan mudah. Namun, ia baru kali ini tidak mampu menundanya. Lalu akhirnya ia memutuskan mengacuhkan sejenak dokumennya dan beralih meraih kertas yang sedari tadi diliriknya dan itu juga salah satu yang mengganggu pikirannya.

Ia menatap-natap kertas itu dengan herannya, “Aku harus bagaimana lagi…” sang direktur muda itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Dan ia juga kembali memegangi keningnya untuk kembali berpikir. Sampai kemudian suara telpon dimejanya bordering, menekan tombol loundspeakernya.

#“Direktur Wu Yi Fan, maaf saya mengganggu. Komisaris ingin menemui direktur dan memeriksa hasil keputusan dokumen tadi tuan.” Sahut yeoja yang adalah bawahannya Kris.

“Dokumennya biar aku saja yang antarkan ke ruangannya. Pokoknya katakan apa saja yang penting jangan biarkan komisaris masuk dulu. Aku ingin minta tolong kau suruh orang bereskan pecahan kaca di ruanganku. Cepat sedikit ya, ku tunggu.” Balas Kris dengan wajahnya yang masam.

#“Ba…baik Direktur saya mengerti.”

Kris tidak perlu lama menunggu orang suruhannya datang ke ruangannya. Dan didepannya sekarang, barulah datang dua orang bawahannya, satu yeoja yang tadi menghubunginya dan satu lagi namja ahjusshi yang telah membawa peralatan kebersihan.

“Direktur, maafkan saya tidak membawakan cleaning serviser karena hari ini banyak yang tidak masuk jadi saya meminta tuan Gyu Rim membereskannya.” Ujar yeoja yang berpangkat sebagai karyawan di lobby depan ruangannya.

“Hm, kau bisa pergi Xing Han.” Persilahkan Kris pada yeoja itu, lalu yeoja itu membalas dengan hormatnya dan menepuk semangat bahu namja bernama Gyu Rim itu.

Kemudian namja berketurunan China-Korea itu membereskan pecahan kaca yang kepingannya tersebar dimana-mana. “Tuan Direktur, maaf, permisi sebentar.” Ucap namja itu dengan sopan saat menyapu kepingan yang ada didekat ujung sepatu Kris.

“Maaf juga sudah merepotkan tuan, harusnya orang sebesar aku tidak membuat kekacauan seperti ini.” balas Kris tanpa menoleh, ia masih berpandang lurus dengan kertas komik yang dipegangnya.

Hening, Gyu Rim tidak merespon lagi balasan dari Kris. Namja itu sibuk sedikit merangkak meneliti apa masih ada kepingan lagi yang tersebar diruangan ini. sementara Kris juga tidak menambah topiknya, jadi suasana di ruang Direktur itu sunyi dan hanya suara mesin AC yang terdengar didalam sana.

“Em…Tuan Gyu Rim.” Panggil Kris melupakan sesuatu,

“Iya tuan direktur?” Gyu Rim menoleh dan menghampiri Kris yang masih duduk dimeja kerjanya.

“Bisa aku minta tolong lagi padamu? Tapi ini hal lain, bukan membersihkan seperti tadi.” Kris memberi waktu jeda pada namja itu, lalu namja itu membalas anggukan pasti. “Tolong cari tahu riwayat hidupnya Byun Baek Hyun di Korea. Hari ini secepatnya, bisa kan? karena ku lihat kau orangnya smart and low profile.”

Nampak agak sungkan dan takut salah mengambil jalan, akhirnya namja itu mengangguk, “Bisa tuan direktur.”

“Dia bekerja di perusahaan induk penerbit komik milik tuan Choi, yang terbesar di Korea.” Kemudian Kris meraih kertas cek di dalam dompetnya, “Ambil ini.” ia menyodorkannya pada namja itu. “3 jam kedepan tugasmu yang ini harus sampai padaku. Sambungkan juga langsung kesini.” Ia mengangkat smartphonenya dengan dua jari. “mengerti.” lanjut Kris kepastian.

“Baik tuan direktur.”

>>> 

Tao tengah itu dengan seksamanya memperhatikan layar computer yang tersambung oleh jaringan CCTV di kantor tempat ia bekerja. Berkali-kali itu juga ia terus menyungging senyum kemenangan tatkala melihat orang yang ia nanti sedang berjalan bersama bawahannya menuju ruangannya.

Lalu disaat dua yeoja di CCTV itu telah tiba didepan ruangannya. Tao bersikap jual mahal dengan menghadap membelakangi mereka saat pintu geser menyambut kedatangan mereka.

“Silahkan nyonya.” Suara mempersilahkan dari bawahannya pada tamunya, “Manager Hwang tamu anda telah datang. Permisi.” Ujarnya beralih pada atasannya lalu pergi.

“Ya.” Jawab singkat Tao masih duduk membelakangi alias menghadap ke jendela.

 “Tuan Hwang…” lirih yeoja berumur 40-an itu.

“Duduklah ahjumma.” Tao memutar posisinya hingga tidak membelakangi lagi. “Berapa tadi nominalnya? Aku ingin memastikan untuk kedua kalinya saja.”

Ahjumma itu sedikit menundukkan kepala, “Lima juta won tuan…”

“Yakin tidak tambah? Boleh aku tahu untuk apa uang sebanyak itu?” tanya lagi namja itu dengan memainkan jari-jari diatas mejanya.

“Tidak tuan, uang itu untuk melunasi hutang suami saya dan juga melunasi biaya kuliah dan rumah sakit anak saya tuan.”

“Hutang suami, memang dia kemana sampai tidak melunasi?”

“Dia telah mati.” Kata ahjumma itu dengan pandangan sendu.

“Maafkan aku ahjumma…” Tao berdiri lalu duduk di dekat ahjumma itu. Lalu ia mengeluarkan lembar cek yang siap ditulis nominalnya. “Ini tidak sulit ditukarkan di semua bank.”

Ahjumma itu menerima dan membaca nominal di cek itu, “T…Tuan, ini kelebihan 3 juta.”

“Hm, lantas apa kurang?”

“Tidak tuan, sama sekali tidak tuan. Terima kasih banyak tuan. Akan ku berikan semua jaminan pengabdianku pada tuan Hwang Zhi Tao.”

Kata-kata yang menurutnya terlalu berlebihan membuatnya tertawa kecil, “Tugasmu hanya berakting didepan polisi saja, ahjumma.”

Senyum keriangan yang dipaparnya perlahan mengkerut, “Maksud tuan saya akan dipenjara…”

Tao tersenyum, “Bukan itu…prosedurnya kau hanya tinggalkan jejak sidik jarimu dan pura-pura tidur disana. Apa kau tidak mau melakukannya untukku dan uang ini?” tangannya mengisyaratkan meminta cek itu lagi sebagai penggertak saja.

Ahjumma itu terdiam, matanya hampir tidak berkedip memikir panjang perkataan dari orang yang menjadi tempatnya meminta bantuan untuk pertama kalinya.

“Ku beri waktu semenit. Kalau tidak mau juga tidak masalah. Hanya konsekuensinya saja pulang dengan tangan kosong dan dipersulit untuk meminjam uang pada siapapun.” Lalu Tao mengambil smartphone miliknya dan bermain game didalamnya.

Mata ahjumma itu makin membulat tatkala kalimat terakhir itu ialah ancaman baginya. “Tuan, adakah cara lain? Jika ada, pasti kulakukan. Aku tidak ingin anak-anakku curiga dan malu melihatku dipenjara.”

Tao meletakkan cukup kasar smartphonenya di meja. Ia menatap penuh keseriusan, “Ada, taruhkan nyawamu padaku…”

Ahjumma itu seakan menahan nafasnya.

“saat polisi-polisi itu membawamu ke lorong hotel TKP.” Lanjut Tao dengan sangat dingin.

>>> 

Ahjumma itu keluar dari sebuah bank setelah mencairkan cek yang ia dapat dari manager muda diperusahaan yang ia datangi tadi. Bayangan kedua anaknya yang ia khawatirkan itu mengusik alam bawah sadarnya. Perasaan takut menghantui pikirannya terhadap kedua anaknya. Apa yang akan terjadi pada kehidupan anaknya setelah ia pertaruhkan nyawanya demi uang yang ia genggam sekarang. Dan bagaimana seandainya jika ia menolak pertaruhannya untuk uang ini. pastinya kehidupan anak tercintanya itu semakin sengsara, terlebih pada anak tertuanya yang tengah berkuliah. Dan itulah mimpi buruk baginya jika tidak ada tetangga yang memperkenalkan manager muda nan dermawan itu padanya.

Ia mengusap keringatnya yang mengucur disela-sela perjalanan. Ia memandangi lembar cek satunya yang diberikan tadi sebagai biaya bonus, lalu memasukkannya lagi ke dalam tas pinggangnya. “Yong In Ja…kau sudah melakukan yang terbaik, bahagiakanlah kedua anakmu dengan uang ini…”

>>> 

“Wah, eomma datang. Eommaaaa…”seru anak lelaki yang baru berumur 10 tahun saat seorang ahjumma masuk ke rumah tersebut.

“Hati-hati terpeleset lagi.” Peringat seorang namja muda yang adalah kakak dari lelaki itu.

“Jong Dae-ah, sudah kau beri obat adikmu?” tanya ahjumma itu pada anak tertuanya.

“Sudah eomma, tadi habis dari mana? Eomma lama sekali__”

“Ah, benarkah?” tanya ahjumma mencoba menghindari pernyataan lanjutannya

“Iya, adik sampai tertidur di depan pintu teras menunggu eomma…”

Ahjumma itu cepat-cepat membuyarkan pikirannya, ia langsung memberikan sebungkus besar kantong plastic pada anaknya, “Berikan pada adikmu.” Lalu ia merogoh beberapa lembar uang dalam tas pinggangnya, “Lunasi kuliahmu besok.”

“Eo…Eomma dapat uang sebanyak ini dari mana?” tanya namja bernama Kim Jong Dae dengan seriusnya.

“Dari kerja keras eomma selama ini dan, hari ini.” dan Yong In Ja tersenyum penuh pengertian padanya.

>>> 

3 bulan kemudian…

Kris memandangi sebuah pigura foto yang selalu terpajang diatas meja disudut kamarnya itu. ada sesuatu yang sakit menggerakkan dirinya. Ia raih foto yang berlatar taman itu, memandangi lagi dan mengingat-ingat masa di tiga bulan yang lalu dan bulan-bulan lama sebelumnya bersama namja cantik yang berfoto bersamanya itu.

“Sayangnya improvisasimu terlalu jauh.” Ungkapnya seorang diri

Lalu namja itu membanting foto itu bukan dengan perasaan marah, akan tetapi perasaan kecewa yang dipadu dengan rasa acuhnya pada Tao, kekasihnya. Bahkan ia sendiri tak tahu statusnya sekarang masih menjadi kekasihnya ataukah sudah menjadi, mantan. Jawabannya, ia tidak tahu dan tidak mau tahu.

Kemudian smartphonenya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk menghubunginya. Dengan malasnya ia hendak mengangkat karena nyatanya, pemanggil itu bernama Tao.

“Bisakah kita membicarakannya besok malam saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Mengerti! hubungi saja besok” ujar Kris lebih mengawali menjawab.

#”Tapi Kris, bisakah kita bertemu sebentar. Aku ingin bicara sesuatu.”

“Tao, perhatikan apa yang kubicarakan baru saja. aku sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Arraso! Akan ku tutup.” Kris hampir menekan tombol merah untuk mengakhirinya.

#”Kris jeball!!!!” teriak Tao dari seberang sana.

Kris sedikit menjauhkan teleponnya dari telinganya. Dengan berat hati, ia mengurungkan niatnya mengakhiri sambungannya itu. “Apa?”

#”Ku mohon, hanya bicara sebentar. Apa kau mau menemuiku disini?”

“Baiklah, hanya sebentar sajaaa…”

#”Hm.”

“Aku tidak ingin kau seperti di neraka karena menungguku, maka dari itu bisakah kau saja yang kesini? Mengingat kau yang membutuhkanku.”

#”Aish, baiklah dasar pemalas.”

Sambungan itu diputus Kris, tidak peduli apakah Tao masih berniat ingin bicara lagi atau tidak. Yang pasti dirinya kini mulai acuh kepada namja cantik itu. beberapa detik setelah itu, Kris membuka lacinya. Mengambil kumpulan kertas yang berisikan identitas seseorang.

^Flashback^

3 bulan yang lalu, bertepatan dibulan Juli. Seorang ahjusshi sedang menjalankan tugasnya yang diperintahkan oleh seorang direktur yang satu perusahaan dengannya. Ahjusshi itu tengah mengamati seorang namja mungil yang cantik sedang menggambar karakter komik buatannya.

Kemudian ahjusshi itu pura-pura lewat didepannya. Setali tiga uang, ahjusshi itu juga sekalian menuju lobby yang menyediakan identitas para pekerja di kantor besar yang berada di Korea ini. setelah ahjusshi itu bernegoisasi membeli salinan dokumen data pribadi namja yang menjadi sasarannya. Akhirnya penjaga lobby itu memberikan data yang lebih dari lengkap.

Ahjusshi itu masih harus mencari data selanjutnya, dengan posisinya sembunyi dibalik tembok. Ahjusshi memotret Baek Hyun dengan cermatnya. Hasilnya pun tidak mengecewakan pula. Ahjusshi itu tersenyum bangga, ia yakin bahwa tuannya pasti  bangga pula dengan hasil fotonya. Kemudian sebagian fotonya ia kirimkan langsung ke format ponsel milik tuannya.

Ponsel disaku ahjusshi itu bergetar, menandakan ada pesan yang masuk ke ponselnya. Ia melihat ponselnya itu bertuliskan dari Tuan Direktur kemudian ia mulai membaca isi dari pesan itu. ‘Selamat, hasil kerjamu sungguh memuaskan’ lalu lagi-lagi senyum ahjusshi itu mengembang. Hanya tinggal selangkah lagi tugasnya pun akan tamat, yakni mengirim dan memberikan dokumen semua data tentang Byun Baek Hyun pada Tuan Direkturnya.

^Flashback End^

“Byun Baek Hyun, malaikat cantik…aku lebih mencintaimu dibanding Tao…” ungkapnya sendiri pada sebuah foto yang ada didalam dokumen itu.

Kris mendengar bel apartementnya berbunyi, itu artinya orang yang tidak diharapkannya lagi kini telah datang. Kris berjalan menuju pintu sambil tersenyum remeh mengingat baru saja Kris menyebutkan nama orang itu saat ia sedang bicara dengan foto Baek Hyun.

“Kris sayang~~”

Kris langsung menghentikan perilaku Tao yang hendak mencium dan memeluknya “Ada apa?”

Tao terheran dengan perubahan sikap kekasihnya itu tapi Tao tetap berusaha tersenyum padanya “Mau menciummulah. Aku sudah lama merindukanmu Kris…” Tao kembali hendak mencium kekasihnya lagi.

Kris menepis “Hanya itu? Kalau gitu tinggalkan aku.” Kris mundur selangkah “Aku mau tidur”

“Kris.” Peringat Tao masih belum mengerti arti dari perubahan sikap itu.

“Hm. Mau minta minum ya?” goda Kris berwajah dingin.

“Kris!”

“Kalau gitu ku tutup saja. Goodbye beib…” lagi-lagi dengan wajah dinginnya

“Kris ini penting!”bentak Tao setengah marah.

Kris menghela nafas terpaksa. Ia membuka lebar pintunya “Masuklah” Tao mengikutinya dari belakang. Lalu ia berbalik, “Duduk disana,aku ambilkan minum.” Ujarnya dengan nada malas

Beberapa saat kemudian Kris kembali dari kulkasnya. Ia meletakkan 2 kaleng minuman ion diatas meja. Sebelum ia duduk, ia kembali menghela nafas terpaksa dengan harapan agar Tao mengerti isyaratnya yang tidak ingin kehadirannya itu. “Minum dulu lalu ceritalah.”

Tao meraih kaleng itu, namja cantik itu membaca merek dan jenis apa minuman itu. “Tumben sekali bukan alcohol.” lalu Tao membuka dan meminumnya.

“ck, masih untung ku beri yang lebih sehat daripada ku beri racun serangga. Dasar cerewet…” rutuk Kris agak lirih diakhir kata.

“Aku dengar…” Tao menaruh minumnya, “Aku mau bilang kalau aku sudah berhasil…” Tao seakan memberi jeda

Kris membulatkan mata tajamnya yang menatap Tao. Rahangnya pun juga mengeras. Jangan-jangan ini saatnya…

To Be Continued

Jumat, 21 Juni 2013

[FF] Love In Trap - BaeKris || KrisBaek (Chapter 1)


Harurainblue present




Tittle : Love In Trap – Sequel from prolog Special Leader
Author : VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length : Chaptered
Main Cast :
- Baek Hyun
- Kris
- Suho
- Sehun
- Tao
Dll,
Ryu Gak, Gyu Rim, and other’s (OC)
Disclaimer : Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama untuk imajinasi semata.
This story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Author Note : Aku sengaja membuat tokoh utama yang agak beda dari Su Ho yang ada di Special Leader itu. Jadi nggak mesti baca FF Special Leader dulu. Nggak maksa, cuman FF itu adlh prolognya jadi biar tau tuh sejarah sblumnya itu gimana… bakal tetep nyambung meski langsung baca yg ini. yang pnting reader-nim membacanya tidk trburu-buru… jangan lupa rileks sblum baca.
Special present fanfiction comeback of me. Semoga kalian-nim terhibur. aku membuatnya udah semampunya.
Summary : “aku berusaha untuk menghapus cinta terlarang ini. jika seandainya aku tidak bercinta dengan namja yang menjadi musuh perusahaanku… mungkin cinta kami akan wajar terjadi…”

LOVE IN TRAP
Baekhyun POV

“Annyeonghaseyo, bangapda naneun Byun Baek Hyun-imnida. Usia 22 tahun.” Ucapku setelah yeoja berjas putih menyuruhku memperkenalkan diri.

Seorang yeoja disampingnya itu melihat-lihat data-dataku yang ku bawa saat melamar kerja perusahaan ini. lalu dia menatapku penuh keraguan. “Sebutkan alasanmu mengapa kau memilih melamar pekerjaan diperusahaan Glow Eyes Publishing Company?”

“Karena saya ingin mengabdikan bakat yang saya miliki untuk perusahaan ini.”

Yeoja itu membulatkan mulut kecilnya, “Bisa kau jelaskan asal mulanya kau mengenal perusahaan ini?”

“Waktu itu saya memiliki teman baru yang tidak sengaja ku tabrak. Kemudian kami berteman baik dan dia menanyaiku tentang bakatku. Lalu dia menceritakan pekerjaannya di perusahaan ini. dia berkata bekerjalah diperusahaan itu, kau pasti sejahtera disana.”

“Siapa namanya? Kau melamar sendiri kan? Bukan dilamarkan dia kan?”

“Namanya Zhang Yi Xing dan saya benar-benar melamar sendiri.”

Yeoja itu bertanya keraguan pada yeoja berjas putih. Ku harap mereka tidak membicarakan yang tidak-tidak. “Kau tidak salah menyebut Zhang Yi Xing bekerja diperusahaan ini?”

“Aniya eonnie.”

Yeoja berjas putih itu berdiri dan membawa dokumenku, “Tunggu sebentar. Aku akan mengeceknya langsung ke presdir. Eun Kara, tetap lanjutkan interviewnya.”

“Semoga kau tidak mengarang cerita ne.” timpal yeoja satunya berjas abu-abu.

Aku mengangguk yakin. Aku tak mungkin berbohong apalagi pada orang yang bukan siapa-siapaku. Jika itu sampai terjadi, berarti aku bukanlah Byun Baek Hyun. Aku masih ingat bagaimana Zhang Yi Xing itu memperkenalkan kartu kerjanya yang resmi padaku. Jadi, aku baik-baik saja meskipun masih diragukan.

>>>> 

Author POV

“Bisa ijinkan aku bertemu presdir Su Ho?” tanya yeoja yang menginterview Baek Hyun pada petugas keamanan tidak jauh dari pintu presdir perusahaan itu.

“Geure, silahkan masuk.” Ucap petugas itu mempersilahkan yeoja itu masuk ke ruangan itu.

Ia masuk dan disambut oleh pintu yang ringan dibukanya. Setelah itu memberi hormat “Presdir Su Ho, ada waktu sebentar?”

Su Ho menghentikan membaca-baca dokumennya, “Silahkan.”

“Presdir, kami mendapat pelamar baru. Dalam interview kami dia menyebut pekerja baru diperusahaan kami yang sebenarnya tidak ada dalam daftar pekerja sini presdir.”

“Langsung saja siapa namanya.”

“Pelamar itu menyebut Zhang Yi Xing. Apa dia adalah pekerja asing? Presdir mengenalnya?”

“Aku mengenalnya. Katanya dia bekerja sudah seminggu yang lalu. Kalau belum entry, masukkan dia ke daftar pekerja. Kelihatannya memang berbakat.”

“Tapi presdir…”

“Lanjutkan saja interviewnya sebelum pelamar itu kebosanan menunggu.”

Yeoja itu terpaksa menurut, “Baik presdir.” Yeoja itu memberi hormat.

>>>> 

Baekhyun POV

Yeoja itu masuk ke ruangan lagi dengan wajahnya yang terpaksa menurut. Mungkinkah dia habis berdebat dengan presdirnya. Rasa penasaranku lebih baik ku pendam dulu.

“Bagaimana?” tanya yeoja yang menungguiku tadi.

Yeoja itu duduk dan menghela nafas, “Pemeriksaanku tidak pernah salah. Data mengatakan tidak ada tapi, presdir bilang orang itu pekerja sini.”

“Mencurigakan.”

Aku mendehem, “Mianhae, apa urusanku sudah selesai?” tanyaku membuka suara karena aku mulai jenuh dengan perdebatan yang ada didepanku.

Yeoja berjas putih itu berdecak, “Interview berakhir. Selanjutnya kau jawab pertanyaan disini.” Yeoja itu menyodorkan tablet book padaku yang sudah terlihat banyak soal dimataku. Sanggupkah aku menjawab semuanya??

“Durasinya berapa?”

“Maksimal 40 menit.”

Aigoo… aku mengeluh untuk soal kecepatan. Andai aku pengujinya, sudah ku rubah menjadi waktu minimal. Kejamnya memberi waktu sesempit ini.

***

Yeoja berjas putih itu menatapi serius layar tablet book yang berisikan jawabanku. Rasa berdebarku semakin membara ditambah lagi ruangan ini bernuansa mencekam yang berisikan aku seorang dan namja ini. untuk temannya, dia sudah pergi saat aku sedang mengerjakannnya tadi.

“Daebak, ku ucapkan selamat tuan Byun Baek Hyun. Skor anda menakjubkan.” Ia mengulurkan tangannya.

Aku menjabat padanya. “Gamsahamnida, gamsahamnida.” Kemudian telfon disebelahnya berdering.

“Halo disini perusahaan Glow Eyes Publishing Company….Oh mianhae Presdir Suho, waeyo?....(yeoja itu memutar matanya lalu melirikku)….tapi presdir yakin….baiklah presdir….” Yeoja itu menutup telfonnya, “Jarang sekali presdir memanggil pekerja barunya. Presdir memintamu menemuinya diruangannya.”

Aku sediikit terkejut, bukannya rumor yang selama ini ku dengar. Presdir perusahaan ini menuntut pelamar yang diterima disini harus berhasil dan hebat sebelum bertemu diruangannya. Ah, aku memikirkan hal yang sia-sia.

Aku membungkuk hormat pada yeoja itu dan membawa tas ranselku keluar ruangan. Seperti ada kejanggalan saja dalam hidupku ini. yang salah perusahaan ini atau hidupku saja yang merumitkan otakku.

***

“Oh sudah datang, silahkan duduk.” Sambut senyum presdir entah siapa namanya aku belum tau itu. yang ku dengar presdir mereka adalah tuan bermarga Choi.

 Aku duduk bersebrangan sesuai perintahnya, dan terbanyang sudah otakku menebak apa yang akan ditanyakan atau dilakukan oleh presdir ini. apa dia akan… akhhh, sudah lah. Didepan atasan tidak  boleh berfikiran seperti ini.

“Perkenalkan aku presdir baru di perusahaan tuan Choi, Presdir Suho. Kau pasti Byun Baek Hyun yang berumur 22 tahun kan?”

Aku  mengangguk, “Ne Presdir.”

“Karena ingin ku persingkat saja sebelum hal yang lebih fatal akan terjadi. Kau mau kan menjadi professional di mata presdirmu.”

Aku mengangguk pasti, “Ne Presdir.”

Atasanku bernama Suho itu memajukan tubuhnya, “Hari ini ialah hari pertamaku bekerja sebagai presdir semua perusahaan induk tuan Choi. Tak ku sangka banyak keganjilan dan kejadian yang membuatku shock seperti pesan singkat yang ku terima mengatakan bahwa Sehun, dia itu kekasihku…akkhhhh.” Dia menggaruk kasar kepalanya.

Aku berhasil terkejut dibuatnya. Ternyata selera presdir tidak jauh dengan anak buahnya, menyukai sesama namja. Untung aku tidak termasuk orangnya.

“…maksudku asistenku, disini dia menjabat manager pribadiku. Kejadian itu terjadi beberapa menit yang lalu setelah ada perwakilan dari perusahaan cabang China yang menginginkan Sehun yang menemuinya.”

“Lalu tugas saya apa presdir?” potongku karena telingaku bosan mendengarnya.

“Cari tau apa yang terjadi atas penculikan Sehun. Usahakan kau juga membawa Sehun dengan selamat.”

Aku terbelalak, “T...Tapi presdir. Bakatku membuat anime dan aku ti__”

“Aku tau itu, tapi siapa lagi yang ku harapkan untuk tugas ini. aku yakin jiwa namjamu akan keluar saat kau menyelidiki kasus ini…atau begini saja. kau lakukan ini, lalu perlahan aku akan mengangkat tinggi jabatanmu sesuai dengan bakatmu itu. bagaimana?”

Aku tidak yakin jika jiwa namja itu benar dikatakan oleh presdir ini. masalahnya terkadang aku sendiri yang celaka saat membantu orang. Aku sendiri bingung ada apa dengan diriku ini. makanya tidak salah jika aku dicap sebagai egois, aku hanya takut diriku yang malah celaka dan tugas penyelidikan ini akan berantakan.

“Geure presdir. Akan ku lakukan semaksimal mungkin.” Jawabku setulusnya dihadapan namja ini.

“Silahkan dan terima kasih.”

Aku membungkuk hormat dan pamit. Ia membalas senyum dan anggukan kecil yang sebenarnya ku rasakan karena terpaksa. Aku tau atmosfir diruangannya itu menjadi lebih pilu karena namja yang jadi asistennya itu hilang atau diculik atau dipinjam, entahlah. Istilah dari ketiganya kan hampir sama.

Ku seriusi niatku dalam setiap langkah dikarpet abu-abu lorong kantor ini. pandanganku membuat langkahku berhenti saat di dekat tong sampah, aku menemukan smartphone yang nyaris akan pecah. Setelah ku coba, ternyata masih hidup.

Mataku tertuju pada pintu didekat tong itu. tidak jauh dari dugaanku. Ada keganjilan di dalam pintu ruangan meeting umum ini. ku coba membuka pintu kaca ini tapi…sial, ini terkunci.

Aku baru beberapa menit bekerja disini. Tidak mungkin aku harus meminjam kunci ruangan ini dengan alasan penyelidikan pribadi kan. Mereka pasti menertawakanku dan berkata, ‘kapan namja ini tumbuh besar dengan permainan anak kecilnya.’ Menyedihkan! Berulang kali sudah aku mendengarnya saat menolong kasus orang. Cih.

Aku menghampiri bagian lobby utama, “Maaf,  apa anda tau tuan Sehun keluar dengan siapa?” tanyaku pada yeoja berkulit kuning langsat itu.

“Tuan Sehun sedang keluar bersama perwakilan cabang China ,tuan” bahjan saat menjawab pun, yeoja itu tidak menatap wajahku.

“Perwakilan China itu siapa namanya dan mereka keluar sudah berapa lama?”

“Namanya tuan Hwang, mereka pergi sejam yang lalu.”

Aku mengeluarkan smartphone yang ku temukan tadi, “Kalau begitu, apa anda tau ini ponsel milik siapa? Aku menemukan ini didekat tong sampah ruangan meeting umum.” Yeoja itu meraih ponsel itu, lagi-lagi tidak menatap wajahku, perasaan curigaku semakin memupuk

“Dari data yang kami miliki, tidak ada pekerja yang memilikinya. Ponsel ini mirip dengan presdir baru kami, Presdir Suho.”

Aku meng’oh’kan, “Lalu apa kantor ini memiliki CCTV?”

“Ne tuan, setiap ruangan dan lorong kami pasangkan CCTV.”

“Bisakah aku melihat CCTV dari 90 menit yang lalu?”

“Mian tuan, berkas CCTV kami sudah menjadi rahasia perusahaan sejak dulu.”

Aku mengangguk kecewa, lalu berjalan keluar kantor. Hanya CCTV itu bukti dari penyidikanku dan sialnya kenapa bisa menjadi rahasia. Lalu jika ada perampok, apa CCTV itu juga tetap dirahasiakan. Seolah-olah CCTV itu tidak berpengaruh dalam kasus itu…

Ketika aku sudah diluar, akalku memunculkan ide baru. Aku mengintip yeoja tadi dari hiasan tumbuhan didekat kaca. Bukan karena suka, aku hanya memastikan gerak-geriknya. Benarkah dia ada sangkutnya dengan kasus ini.

Ku lihat yeoja itu mengedarkan pandangannya ke semua arah. Disana memang sepi karena jam kerja. Dia tersenyum, lalu menelpon seseorang lewat ponselnya.

Dari cara mulutnya berbicara, sepertinya dia memberitahukan bahwa ada orang yang mencurigakan yang datang kepadanya. Kupandangi geriknya terus, sampai pada akhirnya dia melirik ke arahku. Secepat itu pula, aku langsung mencari jalan lain untuk mencari info yang ada.

***

Feelingku yang membawaku untuk mengintari halaman perusahaan baruku ini. Aku berjalan menuju lapangan parkir itu. sepi, hanya ada beberapa satpam. Lalu beberapa saat setelah langkahku semakin maju menyusuri tempat ini.

Mataku tak percaya melihat dua namja yang sedang diam-diam membicarakan sesuatu.  Salah satunya adalah Zhang Yi Xing (Lay) yang ku kenal. Nampak mencurigakan. Inisiatifku ialah, mencoba berjalan agak dekat melewati mereka, pastikan bahwa telingaku menangkap beberapa informasi.

Sekarang langkah ku hampir dekat dengan mereka, sudah ku siapkan telingaku yang terbuka lebar dengan property ponsel yang ku temukan tadi untuk pengalih nanti.

“Bagaimana keadaan kantor. Apa banyak mengalami halangan akses?”

“Berjalan lancar sesuai perintahmu Kris. Untuk halangan akses, sepertinya Kepala Distributor belum memeriksa dan memberitahukannya pada Presdirnya.”

“Yeoja itu tadi menelfonku, ada detektif baru ditempatnya bekerja. Apa kau sudah tahu siapa detektif itu?”

“Aish jinjja? Sepertinya kita harus lebih waspada.”

“Siapa namja itu? Mencurigakan…”

Awalnya namja yang menurutku itu bernama Kris memiringkan wajahnya melihatku. Lalu Lay ikut menengok ke belakang ke arahku. Mati sudah. Akankah Lay masih mengenaliku? Semoga tidak.

Dengan keahlianku, aku mengalihkan perhatian itu menekan-nekan fitur diponsel ini sambil menoleh-noleh ke kanan ke kiri layaknya orang yang sedang tersesat dengan peta elektroniknya.

“Aku sudah memeriksa pekerja perusahaan ini. dia bukan siapa-siapa, sepertinya numpang lewat atau ingin melamar.”

Namja didepan Lay itu menghela nafas lega, “Aku akan menemani Tao untuk menyembunyikan mainan si Presdir tengil itu. Jaga kendalinya dengan baik. Kabari aku jika si tengil itu menangis darah.”

Namja itu tertawa sembari meninggalkan Lay yang juga berjalan berlawanan dari arahnya. Arah Kris hampir berpapasan denganku. Detik dimana dia melewati tubuhku..

‘Cantiknya’

***

Aku mengganti tempat pencarianku di kantor keamanan. Akan ku orek semua infonya sampai jelas. Aku hanya mengincar rekaman CCTV. Itu saja, tapi semua ini sudah direncanakan untuk mempersulitku.

Iya, aku bingung sekarang. Hanya dua pilihan yang  ku menentukan langkah selanjutnya. Bethenti atau lanjut.

Aku mengontrol nafasku, menghirup nafas sedalam-dalamnya. Memajukan langkahku menanyaoi satpam yang sedang minum kopi.

“Mianhae hjushii, apa aku mengganggu?” kataku sebelumnya memberi hormat, iya. Hormat adalah cirri khasku menjadi namja yang amat sopan. Hahaha #LOL

“Tidak anak muda. Silahkan duduk, ada keperluan apa?” tanya satpam itu membuang kopinya di jendela sebelahnya.

Aku sedikit tidak enak dengannya, terlebih dia membuang kopinya disaat ada aku. Lebih baik kopi itu berikan saja padaku daripada dibuang sia-sia. Eughh..

“Pak, anda mengenal presdir dan managernya yang baru kan?”

Satpam itu terperangah, “O…Tentu saja. Presdir Su Ho dan Manager Se Hun yang loyal itu kan yang kau maksud.”

“Benar pak. Nah, apa bapak sudah mendengar…” aih, aku lupa jika presdir tidak memberi perintah untuk berita kehilangan partnernya kan. “…ee, apa bapak tahu kemana dan dengan siapa Manager Se Hun pergi beberapa saat yang lalu?”

Namja itu mengelus-elus dagunya dan tersenyum, “Berani bayar berapa padaku untuk pertanyaan seperti itu anak muda?”

Dan… dugaan dia ikut berkerjasama dengan Lay dan namja tadi itu muncul.

Tangan namja ini mencolek daguku, “Jangan tegang begitu anak muda. Aku Cuma memancingmu saja.”

Aku berekspresi ngeri pada namja ini, “Ah, mianhae ahjushii. Aku masih normal jadi… jangan bersikap seperti ini…” aku menyingkirkan tangannya yang sudah berani ingin menggandengku.

“Presdir Su Ho akan meninjau semua  tempat. Bekerjalah dengan baik Do Myun!” peringat seorang namja berpakaian satpam muncul dibelakangku.

“Ba..Baik tuan.” Kata ahjushi ini gugup setelah kepergok kelakuannya padaku.

“Jaga diri nak.” Seorang namja yang dipanggil tuan oleh ahjusshi ini menepuk sekali bahuku.

“Eum…pak, bisa beri jawabanmu tadi pak?” tanyaku lagi.

Namja itu menguap, lalu mendehem. “Manager Se Hun pergi dengan perwakilan cabang China, Tuan Hwang kurang lebih 2 jam yang lalu. Ku dengar mereka pergi ke kantor cabang China untuk peninjauan distribusi yang agak berkendala.”

“Selain itu, apa Manager Se Hun tidak memberi pesan? Bapak masih mengingat jenis kendaraan yang dipakai Tuan Hwang?”

“Sempat, Manager Se Hun mengatakan ‘ponselku sepertinya hilang. Jika ada yang menemukan, tolong berikan saja pada Presdir Su Ho.’ Begitu. Setelah yang ku dengar, tuan Hwang menawarkan untuk mengganti ponsel Manager yang hilang itu.” satpam ini menuliskan sesuatu dikertas didepannya, “Ferary silver type 2013. Dan ini plat nomornya, jangan kau sebarkan.”

Aku menghela nafas lega, “Akhirnya sedikit terungkap juga…”

“Apa kau bilang anak muda?”

Suaraku tertahan, “Tidak ada tuan…hehe…tidak ada kok.” Aku beranjak dari kursi ini, “Terima kasih pak untuk bantuannya.” Aku berbalik

“Tunggu!” dua langkahku terhenti sudah. “Mana respect-mu anak muda.”

“Ng…” sebenarnya aku tidak bodoh atau lupa soal respectku tapi ini lain. Apalagi ahjushii ini tadi sudah berbuat menuju mesum kepadaku. Jadi wajar jika kurang ajarku ku lakukan.

Aku tersenyum hambar padanya, mengulurkan tanganku. “sekali lagi terimakasih.”  Belum sempat ahjushi ini menjabat tanganku dengan benar. Langsung ku tarik tanganku, takutnya dia kembali berulah.

***

“Presdir, maafkan aku. Hanya ini yang dapat ku temukan.” Ungkapku ketika aku sudah masuk ruangan ini dan dipersilahkan duduk. Lalu aku menunjukkan catatan kecil yang ku punya.

Predir membuka-buka setiap lembar catatan kecilku, wajahnya nampak muram. “Kau bekerja dengan baik Byun. Kendala apa yang bisa ku bantu mengatasinya?”

“Tapi presdir anda atasan saya_”

“Tidak apa-apa. sebutkan saja.”

Aku sedikit menunduk, kata-katanya itu sungguh membuatku merasa tidak sopan pada atasan sendiri. “Sepertinya saya membutuhkan asisten dan… rekaman CCTV 90 menit yang lalu presdir.”

“CCTV ya…” Presdir Su Ho memijat keningnya, sangat nampak ia tengah berpikir dengan kerasnya. Apalagi suasana hatinya tengah gusar.

Presdir mengerucutkan bibirnya, sedikit nampak manis ya #plak. “Secepatnya akan ku kirimkan asistenmu. Untuk soal…CCTVnya, aku akan mencoba membicarakannya pada Tuan Choi Min.”

“Arrasso, terima kasih presdir.”

Presdir Su Ho tersenyum tipis serta menggumam, “Lanjutkan apa yang bisa kau temukan lagi. Jangan sungkan untuk beristirahat jika kau lelah. Aku sudah bersedia menunggu.”

“Eng…Presdir, apa tidak sebaiknya mempercayakan kasus ini pada detektif  atau pihak polisi daripada…presdir mengandalkanku.”

Presdir mengerutkan keningnya, “Apa tugas ini keberatan untukmu?”

Aku hampir terperanjat kaget, “Tidak presdir, sungguh tidak keberatan kok.” Tolakku antusias.

Tuuttt…. “Presdir, ini aku Sekretaris Choi melapor masuk…”

Suara kotak telepon itu memecah ‘kebersamaan’ aku dengan presdir. Sesaat kemudian, yeoja bermarga Choi itu masuk. Datang dengan membawa sebuah map hitam lalu…

Bukannya duduk di sebelahku, tapi ia datang-datang langsung berbisik ditelinga Presdir Su Ho sesukanya. Setelah yeoja itu selesai berbisik, Presdir membalas anggukan.

“Tidak apa-apa, dia juga bekerja sepertimu. Lalu?” ucap Presdir sambil melirikku dengan makna yang tidak bisa ku artikan.

“Ini ada info akurat dari mereka dan…aku mendapatkan ini dari utusan cabang China Presdir.” Map itu digesernya mendekat pada tangan Presdir.

Yang ku lihat, presdir memang membacanya dengan pengkhayatan. Namun dibalik itu, wajahnya mulai menegang saat membaca deretan paling bawah. Mungkinkah itu ‘sesuatu’ yang didapatkan oleh yeoja itu dari utusan cabang China.

“Ya, kau bisa lanjutkan tugasmu lagi.” Ujar presdir Su Ho dengan raut sedikit kecewa.

“Permisi.” Yeoja itu pamit meninggalkan ruangan ini.

“Presdir Su Ho, bolehkah saya tau apa yang presdir baca tadi?” tanyaku penasaran.

Namja itu memegang kepalanya dengan kedua tangannya sedikit memijat, “Tidak mungkin ini karena ulahku…” protesnya sendiri, tampaknya kehadiranku tidak dianggap.

“Presdir…” lirihku pelan.

“Tidak ada nama pengirimnya… distribusinya amburadul sejak kehadiranku… akkkhhh, harus berkata apa nanti pada Tuan Choi…”

“Presdir gwenchana?”

“Kita akan meninjau langsung perusahaan cabang China. Ayo.” Ajak presdir sudah beranjak dan, menggandeng tanganku…

“Sebentar presdir…” Ia berhenti melangkah, “Mian presdir, tapi tanganmu…”

Presdir melepas tanganku dengan gugup kepanikan, matanya memutar melirik ke kanan dan ke kiri. “Mian, mianhae.”

Aku menahan senyumku agar tidak terlihat mempermalukannya, “Presdir, sebaiknya aku saja yang ke perusahaan cabang China. Jika Presdir Su Ho ikut kesana, lalu siapa yang menjaga, menangani Perusahaan Induk ini.”

“Kau tidak tahu tempatnya. Bisa-bisa kau tidak dapat kembali lagi.” Tegas Presdir menatapku intens. Lalu menggeleng kepalanya menjauh dari jarak kepalaku yang lumayan dekat dengannya.

Aku menunduk, memejamkan mataku sejenak. “Aku tahu, karena aku punya mulut dan aku yakin dapat kembali dengan selamat, bersama Manager Tertinggi Oh Sehun.”

Presdir berjalan menuju kursi empuknya, menghempaskan tubuhnya dengan kasar dan memejamkan matanya. Aku menunggunya mengeluarkan keputusan baru aku mau berangkat. Semenit kemudian, ia duduk tegak. Bukan untuk bicara padaku, tetapi ia memencet tombol telepon di mejanya.

Tuuuuut… “Ne Presdir Su Ho, ada yang bisa hamba bantu?” sahut suara namja dari telepon itu.

“Hm, begini Tuan Ryu. Aku bisa minta bantuanmu?” jawab Presdir dengan menggerak-gerakkan jarinya diatas meja.

“Apapun bisa hamba bantu untuk anda Presdir.”

“Tolong jaga dan ikuti dari belakang pekerjaku yang akan ku utus ke perusahaan cabang di China. Jangan sampai tertinggal 1 kilometer pun.”

“Baik Presdir, hamba laksanakan. Sekarang hamba akan ke kantor anda.”

Presdir memencet tombol yang menutup telepon itu dengan sendirinya. Ku dengar Presdir menghela nafas berat. Seluruh tubuhku gemetar mendengar keputusannya meski tadi sambungan teleponnya aku juga mendengarnya.

“Kau bisa berangkat sendiri menggunakan mobilku. Akan tetapi, kau akan diikuti dan dijaga oleh Ryu Gak. Dari sini kau akan ku pandu jika kau belum paham oleh peta yang akan disiapkan oleh Sekretaris Choi didepan. Mengerti?” Titah Presdir dengan bijaksana.

Aku merasa sungkan, “Tapi Presdir, aku memakai mobil…pribadimu?”

“Ne, siapa tau jika penculik itu tahu mobilku terparkir di kantor itu. Nyalinya akan ciut meskipun hanya sedikit.”

Seseorang namja yang sudah cukup umur itu tiba-tiba muncul dan memberi hormat kepada Presdir, lalu kepadaku(!) aku terkejut loh.

“Hamba sudah siap Presir, apa tuan muda ini yang Presdir utus ke China?” ungkap namja yang bertag namu Ryu Gak.

pekerja baru sehari disini.”

Tuan Ryu Gak itu menggeser tubuhnya menghadap ke arahku. “Selamat datang tuan muda. Saya Ryu Gak, asisten Presdir Perusahaan Tuan Choi Min. senang bertemu dengan anda tuan.”

“Nado, saya Byun Baek Hyun. Mohon bantuannya.”

“Nah, silahkan jalankan tugasmu Byun. Jaga keselamatan dan penyamaranmu di China.” Sahut Presdir Suho

“Arrasso Sajang-nim…”


To Be Continued