Selasa, 03 Juni 2014

FF BY REQUEST MARTHA C.



That One Girl
---TT---
Author : Vieyraamoimoi
Cast :
Park Chanyeol ‘EXO’ ;
 Martha Christina ;
Kim Seok Jin ‘BTS’
Genre : Romance, Friendship, dsb.
Leght : Oneshoot



Seorang murid baru terkenal setelah bandnya debut sedang dikejar-kejar oleh para murid perempuan disekolah itu. lelaki itu berlari kebingungan mencari tempat aman untuk bersembunyi. Tiba-tiba saja dia mendengar sesuatu,

“Ah!Aduh…kenapa menabrak?!”

Rutuk seorang murid perempuan yang tidak dikenalinya. Tanpa berkata apapun, lelaki itu menggandengnya, membawanya ikut serta lari ke dalam kelas disampingnya. Kebetulan kelas itu kosong,hanya ada beberapa tas tanpa pemiliknya.

“Siapa kau? Menggandengku tanpa alasan! Apa k-kau___”

Lelaki itu membungkam mulut perempuan itu dengan tangannya karena saat itu para murid pengejar sedang berhenti sejak di balik pintunya. Setelah aman, barulah dia hendak menjawabnya. “Jin. Namaku Kim Seok Jin.” Dia melepaskan bungkaman perempuan itu dan pergi tanpa alasan padanya.

“Hey tunggu! Kau sudah menabrakku. Harusnya kau juga tanya kan namaku siapa. Aku Martha hey! Dan jelaskan juga kenapa membawaku ikut lari hey kau!” balas perempuan itu percuma pada lelaki bernama Jin meskipun ia mengatakannya agak berteriak. Namun sepertinya, Jin sibuk menghindari para penggemarnya dibanding dia.

ÞÞÜÜ

Martha mengambil kesempatan memotret Jin dijam istirahat dari kejauhan disetiap sudut, ia sendiri juga sempat heran atas perubahan sikapnya yang kemarin marah-marah padanya sekarang malah memotretnya tanpa ijin. Ia tersenyum melihat Jin didalam ponselnya, “Siapa suruh kau membuatku makin jatuh cinta.” Lalu ia tertawa kecil sambil berusaha mendapat foto Jin yang jelas puas baginya. Tiba-tiba ia terkejut melihat Jin menghilang dari pandangannya. Diedarkannya seluruh pandangan disekelilingnya. “Ahhh sayang sekali~”

“Apanya yang sayang sekali?” ia segera membalikkan badannya akan suara seksi dibelakangnya itu. “Noona kenapa mengambil gambar seenaknya? Ini masih dikawasan sekolah kau tau? katakan, agency mana yang menyuruh noona melakukan ini padaku. Akan kutuntut perilakumu pada managerku.”

Martha mengerutkan dahi, “Siapa kau sebut noona ha? Kau dan aku masih muda umurku tau. dan satu lagi, aku ini murid disini bukan agency apapun oeh.”

“Bisa saja kau penguntit bukan?”

“Aish! Sembarangan saja kau ini. Sudah, aku ke kelas saja.” tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh Jin. “K-kau…”

“Tidak semudah itu. siapa namamu? Berapa yang kau minta?” tanya Jin memandangnya serius.

“Tidak mau.” Martha memberi wajah acuhnya. “sudah, lepaskan saja aku dan masalah beres kan.”

“Ku tanya siapa? Atau kau ingin terken__”

“Hey namja baru terkenal lepaskan Martha!” potong seorang lelaki meneriaki dibelakang Jin denan rambutnya berwarna merah kecokelatan bertubuh lebih tinggi darinya. Kini lelaki itu menghampiri mereka berdua. “Eh kau jangan—“ lelaki itu terkejut setelah melihat wajah Jin. “Kim Seok Jin? Oh, hahaha. Teman lama, apa kabar dirimu? Kenapa pindah sekolah disini kau tidak memberitauku? Kau terlihat semakin kaya.” Lalu lelaki itu meninju lengan Jin,cekalan ditangan Martha pun dilepasnya.

“Hoh Park Chan Yeol. Kau juga apa kabar. Kelihatannya kau sangat bertambah tinggi…”

Chanyeol memberi kedipan pergilah pada Martha, namun Martha malah sibuk mengambil foto saat Jin berbicara dengannya. “Ah iya, ini karna progam agencyku begitu ketat. Kau tau sendiri permainannya seperti apa kan. hahaha” Chanyeol meraih tangan Martha, “Sayang, sebaiknya kau sekarang pergi ke kelas duluan. Kau tau kami sedang bicara kan sayang.”

Martha melepaskan paksa raihan Chanyeol dan menatapnya acuh. “Ya aku tau.” kemudian Martha pergi menjauhi Jin dan Chanyeol

“Kau masih berpacaran dengannya? Oh iya maaf soal tadi, itu karna tidak tau namanya.” Jin menggaruk kepala belakangnya.

Chanyeol tertawa, “Jin, Jin. Tidak apa-apa,aku tau itu.” Chanyeol menghentikan tawanya sejenak, “Soal dia, aku sudah putus dengannya. Tapi aku masih tetap sayang dengannya,tidak tau kalau dia.” Chanyeol mengakhirinya dengan tertawa lagi.

“Tawamu paksaan tuan Park.” Jin merangkul punggungnya, mengajaknya ikut bicara sambil berjalan. “Kalian sama-sama over virus jadi kalau kau tetap sayang, menurutku dia juga. Tapi boleh kutau penyebabnya?”

“Masalah umum Jin. Dia tidak tahan menungguku tanpa kabar ketika aku bekerja keras menyiapkan album comeback grupku.”

“Lalu kau mengartikan dia sudah menemukan lelaki pengganti begitu?” Chanyeol sejenak ternyuh, “Ah mian Chanyeol aku bukan bermaksud membuat luka baru.”

Chanyeol meninju bahu Jin dan tertawa lepas, “Hahaha, itu mungkin saja Kim Seok Jin…”

Jin juga ikut tertawa, “Bagaimana jika sekarang aku mentraktirmu dikantin, apa kau mau?” ajak Jin dibalas Chanyeol dengan satu anggukan setuju dan mereka berjalan bersama kekantin.

ÞÞÜÜ

“Martha, jebal. Chakkamanyeo…”

Martha berhenti, ia lelah setelah Chanyeol mengikutinya sejak ia keluar dari kelas. “ck, mau apalagi. Aku  buru-buru Chanyeol.”

“Ayolah kita bicara baik-baik. Aku butuh kepastian ulang darimu.” Pinta Chanyeol mengikuti Martha yang agak menepi.

“Aku kan sudah menjelaskanmu jauh sebelum kau kembali sekolah lagi. semua sudah jelas yeollie…”

“Tidak, aku tau alasannya bukan itu saja. pasti ada yang lain, aku bisa merasakannya. Apa salahnya kau menceritakan juga padaku Mar…”

“Yeollie, aku serius hanya karna itu saja. kalau pun ada yang lain, itu karna aku merasa terbohongi oleh agencymu itu saja.”

Chanyeol memukul keningnya sendiri, “Martha, aku yang merasakannya. Ada hal lain aku yang merasakannya. Kau bilang kita berpisah kembali menjadi teman yang saling mengisi dan percaya. Maka isilah jawabanku yang kosong itu Mar.”

“Aku menyukai orang lain Yeollie, mianhae…”

Chanyeol meraih dan menggenggam salah satu tangan Martha, “Apa ini semua tetap karena aku vakum atas traine album comebackku? Siapa lelaki itu, jawab aku?”

Martha tau jauh disana hati Chanyeol sedang terluka dan menangis, itu terpancar jelas dari tatapan mata kepadanya. “Siapa lagi kalau bukan Jin yang debute dan mengisi kekosongan hatiku saat kau tidak ada.”

“Kau…”

“Terimalah keputusanku Chanyeollie, tapi tenanglah. Aku tidak membencimu, aku tetap bisa menyayangimu sampai detik ini.”

“…padahal aku berusaha dan tetap mencintaimu.”

Ditangkupnya kedua pipi Chanyeol, “Ku harap kau tidak menjauhiku karena ini…sayang.” Kemudian perempuan itu pergi begitu saja. diam disana, Chanyeol melihatnya penuh kesakitan dan kesesakan. Tertegun menatap kemanakah sosok perempuan yang dulu sangat mencintai dirinya setengah mati.

ÞÞÜÜ

Ini sudah hari yang ke 24 Jin bersekolah sebagai entertainer dari band debutnya. Sejauh ini akhirnya para penggemarnya tidak seover dulu. Jadi, kali ini dia berjalan sendirian sepulang dari kantin tanpa gangguan kejaran fans disekolahnya.

“Eh—kau.” Kejut seseorang hampir menabrak dari arah berlawanan, dia adalah Martha.

Jin memberi senyum “Oh kau yang itu. kalau berjalan jangan melamunkan cowok saja. bahaya tau. menabrak orang saja bisa fatal.”

Martha terkekeh gemas sendiri “Kau…memperhatikanku yaahh?”

“Ahh kau, sudahlah jangan besar kepala dulu.” Jin bersemu merah dan menggelengkan kepalanya. Lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku kemudian berjalan menjauh dari Martha.

Martha kembali terkekeh, “Aku benar kan…oh ya, kau mau kemana? Kita bicara sebentar bisa?”

“Mau ke atap. Ya, bicara saja disana oke.”

Setelah mereka berjalan bersama, langkah mereka pun sampai keatap sekolah sesuai ajakan bersama. Bersandarlah mereka disalah satu sisi balkon diatap itu. “Kelihatannya kau akan mengajakku ke topik penting. Benarkah seperti itu ,Martha?”

Martha mengerutkan dahi, “Akhirnya kau tau juga namaku.” Dia tertawa kecil, “Jin…”

“Iya, itu namaku.” Ungkapnya tersenyum lebar menatap hamparan didepannya.

“Kim Seok Jin…” panggil sekali lagi pikirannya meragu untuk mengatakan apa yang sudah direncanakannya sebelumnya.

“Itu nama lengkapku.” Balas Jin tersenyum menampakkan gigi rapinya.

“Seok Jin…”

“Iya ada apa. katakan saja…”

“Belakangan ini aku sangat menyukaimu.” Martha agak menunduk ragu.

“Apa kau katakan?” tanya Jin menatap Martha

“Aku sangat menyukaimu, bisa kau balas perasaanku Jin…”

Jin menapakkan tangannya ke bahu perempuan itu, menatap wajahnya lebih dalam lagi. “Ada perubahan setelah aku mengajakmu bersembunyi disaat itu. aku sendiri bingung ketika setiap mengingat kejadian itu. hatiku berdetak dan ada sesuatu yang panas tapi manis mengejutkan jantungku. Aku pikir, saat itulah aku juga menyukaimu.”

Tanpa berkata lagi, jarak  yang sangat dekat membuat Martha gila dan cepat menghamburkan diri dalam pelukan Jin. “Aku senang sekali, terima kasih Jin. Bisa kita memulai hubungan mulai sekarang?” ajaknya setelah merenggangkan pelukannya dan menatap Jin penuh mohon.

Jin meraih kedua tangan Martha, “Sekarang bukanlah waktu yang tepat Mar. peraturan agencyku masih belum meloloskan para membernya berpacaran. Kau tau kami belum lama debut.”

“Kita pacaran backstreet saja. kau mau kan Jin?”

Jin menghela nafas, “Itu sama saja. Maafkan aku, tapi percayalah aku juga menyukaimu. Jadi kau jangan khawatir.” Jin meraih Martha kembali dalam pelukannya, ia bermaksud ingin membuat perempuan itu tidak kecewa atas pernyataannya barusan.

ÞÞÜÜ

“…Relakan saja dirinya Chanyeol, masih ada yeoja baik dan lebih baik lagi dari dirinya. Yeoja tidak hanya satu saja didunia ini kau tau.” tutur Jin menemani Chanyeol meluapkan emosi sore harinya disebuah jalanan sepi dipinggiran sungai samping rumahnya.

“Ya aku tau, semuanya pasti akan berkata seperti itu. tapi lihatlah semua usahaku dari nol sampai aku meraih kesuksesan bandku. Tidak hebatkah saat aku diatas, aku tidak mengurangi rasa cintaku meski diatas sana ada yeoja yang menggodaku menjadi pacarnya.” Lagi-lagi Chanyeol mengerang, meledakkan emosi sepuasnya.

“Chanyeol, aku bukan menyalahkanmu. Mengerti? jika kau ingin memperjuangkannya sekali lagi. lakukanlah, itu belum terlambat. Lakukanlah Chanyeol, karena aku pasti mendukungmu dan membantumu jika kau memerlukannya.”

Sejenak, Chanyeol menatap Jin penuh makna. Jin sulit mengartikannya, mungkinkah Chanyeol mengirimkan telepati misterius yang tidak bisa diungkapkan dengan bibirnya. Yang pasti Jin harus memberikan teman lamanya itu semangat baru.

“Masih mencintainya bukan? Kejar saja dia, apalagi kau bilang dia belum berpacaran dengan lelaki idamannya itu.”

“Tapi dia mengatakan sebaliknya…” Chanyeol semakin membungkukkan badannya.

Jin mencengkram bahu Chanyeol, “Sudah, kejar saja dia. Aku akan membantumu. Kau jangan khawatir usahamu akan gagal. Semangat! Park Chanyeol…”

ÞÞÜÜ

Ada kalanya kita harus melepaskan apa yang kita sukai. Itulah ungkapan yang tepat untuk kedilemaanperasaan Jin saat ini. setelah berpikir panjang, dirinya memutuskan untuk membantu menyatukan lagi perasaan mereka. Jin melihat sekotak kado kecil yang ada diatas meja kamarnya.

Jin ingat, sebenarnya kado itu akan diberikan darinya untuk perempuan itu sehari setelah mereka resmi saling menyatakan suka satu sama lain. Namun, malam harinya tidak disangka Chanyeol membicarakan dirinya lewat ungkapan emosinya terhadap keputusan Martha yang meninggalkannya.

Jin sudah bulat tekad, tidak akan meminta perasaannya kembali untuk kedua kalinya. Biarkan dirinya berusaha menyatukan hati yang terpisah karena dirinya. Jin membuka kado itu dan mengganti memo didalamnya dengan memo baru yang akan ditulisnya. ‘kuberikan ini dengan sepenuh hati. Kuharap kau memaafkanku dan menerimaku kembali dalam cinta. Salam Park untuk Martha…’ lalu Jin memasukkannya dan berharap kado yang berisikan jam tangan ini akan berpengaruh baik untuk Chanyeol.

ÞÞÜÜ

Jin terkejut mendengar ponselnya berdering nada panggilan. Lalu diangkatnya panggilan itu. “Yeoboseoyo?”

#”YAAA JIIINNN, DIAA MENCIUMKUUUU”

Jin reflek menjauhkan ponselnya dari telinganya akibat teriakan itu. “Iya iya sabar saja Park, kau membuat telingaku hampir tuli. Ceritakan kenapa dia bisa menciummu?”

#”Dia datang padaku dan mempamerkan jam tangan barunya. Bagus sekali. Dia mengatakan terima kasih dan memanggilku Chanyeol sayang. Setelah itu dia menciumku tanpa ijin. Aku senang sekali Jinnnn!! Ah, semua ini pasti idemu.”

Jin tertawa pahit, “Baguslah dia merespon baik, akhirnya berjalan sesuai rencanaku. Bagaimana Park, kau bangga dengan hasilku?”

#”Sangatt Jin!! Terima kasih. Aku benar-benar seperti baru terlahir menjadi malaikat setelah diciumnya tadi. Ahh~tau saja dia kalau aku merindukan ciumannya itu. Tapi Jin, harga jam tangan bunga itu berapa? Aku kan harus menebusnya.”

“Bayar saja empatratus ribu won. Bersyukurlah kukorting 5ribu won”

#”Oke oke, setelah ini kau akan melihat rekeningmu bertambah. Yang pasti terima kasih, ternyata kau tidak salah memilih jam bermodel bunga krisan seperti itu, indah sekali…”

“Ya ya sudahlah. Cepat transfer saja uangnya.” Jin menutup panggilannya yang diakhiri dengan tawanya seorang diri. “Kerasukan apa perempuan itu mencium Chanyeol. Hahaha,hebat-hebat-hebat…”

ÞÞÜÜ

Chanyeol sedang bersama dengan perempuan yang belakangan ini membuatnya tersenyum, mereka berdua menikmati angin sejuk dibalkon atap sekolah. “Maaf ya Mar, aku tidak bisa menemanimu les musik.”

“Tidak apa-apa, tapi bolehkah aku minta gantinya?”

Chanyeol mengangkat alis dan tersenyum tipis, “Tentu, sebutkan saja.”

“Traktir aku makan nanti malam, ne?” Martha menggenggam salah satu tangan Chanyeol dengan memohon.

Chanyeol berpikir untuk sesaat, “Ajak saja Jin bagaimana? Sepertinya aku---“

“Aku mau mengajakmu saja yeollie, tidak dengan yang lain.” Perempuan itu memanyunkan bibirnya.

Chanyeol menertawakannya, “Baik-baik-baik, kita berdua. Tapi, jangan marah. Malam ini aku ada jadwal latihan bass. Daripada aku terlambat, dan kau lama menungguku. Kita batalkan saja untuk malam hari lain.”

“Tidak mau, aku tetap menunggumu ditempat hangout biasanya. Datang saja selama cafenya belum tutup, aku tetap ada disana oke.”

Chanyeol mengusap-usap ujung kepala Martha, “terserah kau saja. aku akan berusaha datang untukmu. Aku ke kelas duluan oke.” Pamit Chanyeol lalu meninggalkannya dengan tenang. sementara Martha hanya membalas anggukan berat pada Chanyeol yang perlahan hilang.

Martha kembali menatap hamparan didepannya, tidak ada yang menarik. Hanya saja mungkin dia terbawa akan angin tenang yang menyejukkan. Tidak memperdulikan apapun, tangannya terbentang seolah-olah ingin menyatu dengan angin disekelilingnya.

“Hey perempuan, sayangnya kau berada dibalkon. Bukan dikapal mewah.”

Martha yang terkejut langsung berbalik dan menurunkan tangannya keposisi normal. “Jin, merusak suasana saja.” lalu Martha tertawa.

Jin mendekat sambil tertawa, “Kalau begitu aku turun saja.” namun Martha mencegahnya sambil menertawakan sikap Jin barusan.

“Sepertinya kau sedang berbunga-bunga dan sedikit kecewa disaat yang bersamaan. Apakah ini semua karena aku atau…Chanyeol. Hahaha.”

“Aish. Kalau tidak mau menghibur ya jangan menyindirku. Aku masih tetap menyukaimu,tenang saja.”

Jin sejenak terdiam, lebih tepatnya tidak ingin membalasnya lebih jauh.

Martha menghadapkan badannya ke Jin lebih dekat, “Oh ya Jin, bisakah kau ikut menemaniku nanti malam menunggu Chanyeol datang ditempat biasanya?”

“Datang ditempat biasanya?” tanya Jin tanpa ekspresi.

Martha memutar pandangannya, lalu tertawa.”Aku sampai lupa kalau kita belum lama berteman. Itu dicafe Young, tidak jauh dari sini.”

Jin tertawa hambar “Ouh café sepi yang terkenal itu. kru dan member bandku sering membicarakan tempat itu.” ketika Martha hendak mengucapkan sesuatu, Jin langsung teringat. “Aku akan menjemputmu. Daripada kau berangkat sendiri, kau tidak akan aman dan merasa istimewa ketika sampai disana.”

“Maksudnya?”

ÞÞÜÜ

“Halo Chanyeol, kau tidak sibuk kan?”

#”Tentu saja teman lama, apa yang kau ingin kau tanyakan.”

Jin bersandar dimotor hitam kesayangannya itu, “Kau benar-benar tidak menolak ajakan yeoja itu kan?”

#”Ya benar, apa kau memikirkan rencana yang sama denganku.”

Jin menghela nafas lega. “Syukurlah. Tapi kau benar. Aku memikirkan sebuah kejutan baru.”

#”Woah~terima kasih…ceritakan apa tugasku sekarang.”

“Motormu dan motorku ukurannya sama. Aku akan mengecohnya dengan sosok dirimu yang menggoncengnya. Terserah kau mau kerumahku dulu pakai motor atau mobilku. Yang penting kita sama-sama menjemputnya, tapi akan kusuruh dia memakai penutup mata sampai tiba dicafe Young. Sampai sini kau paham?”

#”Lanjutkan komandan.”

“Nah, kalau dia mengajakmu bicara saat dijalan. Abaikan saja dia. Pokoknya dia hanya bisa bertanya ketika tiba dicafe menggunakan suaraku. Jadi, dia tidak akan pernah berpikir kalau kau datang menggantikanku.”

#”Ah Jin, aku ingin memberinya kejutan ratusan lilin dan buket bunga violet kesukaannya. Bisakah itu kita masukkan dalam rencana?”

“Sangat bisa. Sementara itu, biarkan aku yang menghidupkan semua lilin perintahmu. Kau akan berhasil selangkah lagi.”

#”Siap komandan laksanakan.”

ÞÞÜÜ

“Wah, hebat sekali kau menjemputku dengan motor Jin.” Ungkap keheranannya melihat tampilan Jin setelah masuk ke gerbang dan berhenti didepan terasnya.

Jin memarkirkan motornya sejenak, “Hm, sekarang pejamkan matamu.”

“Kenapa?”

Jin tersenyum, “Mau pakai property atau pejamkan mata secara simpel?”

“Tutup mata saja.” jawab Martha cepat mengelak. Jin tersenyum lega dan dari jauh, Jin memberi tanda pada Chanyeol agar naikilah motornya. Sebenarnya bukan motornya, tapi motor Chanyeol yang sudah ditukar sebelumnya. Dengan mata terpejam itu, perempuan itu menaiki motor tersebut.

“Pegang dan peluk aku jika kau tidak ingin menyesal karena kecelakaan.” Pinta Jin menyuruh Martha agar melaksanakan perintahnya. Bukan dengan badan Jin, melainkan melakukannya dengan tubuh Chanyeol yang siap menjadi pengemudi motor bagi perempuan ini.

“Jangan menjawab apapun.” Peringat Jin pada Chanyeol dengan isyarat tangan dan ucapan tanpa suara. Chanyeol mengangguk patuh,kemudian motor itu melaju dengan diikuti motor Jin dari belakang.

Martha merasakan sesuatu hal aneh, “tubuhnya seperti Chanyeol”pikirnya dalam hati. “Eh,wangi parfumnya juga mirip Chanyeol.”kejutnya dalam hati. “dudukan motornya juga sama.”pikirnya sekali lagi dalam hati. “Jin, boleh ku buka mataku? Aku mau bertanya sejak kapan kau memakai parfumnya Chanyeol?” tanya Martha mengeraskan suaranya saat perjalanan sudah ditengah jalan raya. Namun Martha tidak mendapat jawaban apa-apa darinya.

Ketika kendaraan tersebut tiba mengantar Martha dan Chanyeol dicafe Young, Jin mulai cepat-cepat berada disisi Martha, “Belum saatnya membuka mata, tunggu sebentar saja oke.” Jin membantunya turun dari motor Chanyeol itu lalu menuntunnya masuk kedalam café. Lalu, kemanakah Chanyeol? Chanyeol sedang mempersiapkan mental didekat meja khusus yang sudah dipesannya dengan paket romantis.

“Aku kebelakang sebentar. Kau bisa membuka matamu Martha.” Ujar Jin berjalan cepat menjauh dari tempat Martha berdiri saat itu. akhirnya, sang target terkesima melihat ratusan lilin menyala sempurna dipinggir-pinggir café yang membuat pencahayaannya menjadi sumber penerangan diruangan itu. alunan music klasik sekarang juga ikut meramaikan suasana dimalam itu, target melangkah perlahan dengan terpesona. Dan seorang namja tinggi berambut cokelat berponi yang membawa sebuket bunga violet itu menambah perasaan target semakin terpesona mendekatinya.

“Martha.  Maafkan aku telah membuatmu lama menungguku dan berpaling dariku. Aku harap kau terima kata maaf yang sangat sepenuh hati ini. Dan, ini. aku membawakan bunga kesukaanmu.” Ungkap Chanyeol memberikan buket bunga itu pada Martha. Martha menerimanya dengan senyumnya yang bahagia.

“Jadi bisakah kita tidak saling berjauhan dan membenci. Izinkan aku memperbaiki kesalahanku dengan, terimalah aku kembali dalam cinta.” Chanyeol seakan memberi jeda, “Jika iya, maka peluklah aku, jika menolak, maka duduklah. Apapun jawabannya, aku akan menerimanya jadi tenang saja.”

Martha terlihat jelas sekali malu-malu, ia mengalihkan sikap salah tingkahnya itu dengan mencium wangi bunga violet yang ada ditangannya itu. lalu, ia tersenyum menatap Chanyeol yang lebih tinggi dari dirinya. Penuh makna, namun akhirnya ia memutuskan memeluk Chanyeol dengan hangat. Chanyeol pun membalasnya dengan hal yang sama, tetapi lebih erat lagi.

“Sayang…” Chanyeol merenggangkan pelukannya, “Aku akan berkata jujur padamu. Ini semua adalah ide dari Jin. Jadi, kita wajib berterimakasih padanya yang membuat cinta diantara kita. Menjadi hidup kembali.”

Jin tertawa terbahak-bahak dari sudut bar café itu, “Ya kau. Park Chanyeol. Jangan membuatku terpojok dan cemburu,mengerti. sudah!kalian lanjutkan saja kemesraannya.” Ungkap Jin sambil berjalan ke pintu keluar.

Chanyeol tertawa padanya. “Kalau iri bilang saja!” ia tertawa lagi.

Jin tersenyum dislike, “Aish…aku akan lebih mesra dari kalian suatu saat nanti. Lihat pembalasanku Park!”


END

---TT---
FANFIC EXO by Request Dare Maria C. (sparkingdomexo.blogspot.com )

Tittle   :               Rose Bubble Tea

Author :             Vieyraamoimoi

Cast      :               Sehun ; Luhan ; Shin Min Rien (alias author.OC) ; Kai

Genre  :               Romantic sweet (by request)

Rate     :               T

Warning! Hanya cerita fiktif yang dibuat oleh author, dipertegas ulang ini adalah fanfic tantangan dari Maria C karena saya kalah dlm prmainan. Warning lagi!. Siapa aja yg ngepos/ngpublish mengedarkan dengan mengganti nma penulisnya. Diharap berurusan wajib dipengadilan akhirat

Special Notes : Maaf kalo gk sesuai sama keinginan >_< maaf kalo gk puas dan malah capek baca ff ini. mian mian mian mian mian…


---TT---


Seorang namja kelas 3 SMU baru saja datang ke kelasnya yang sepi. Namja itu terheran pada sebuah benda yang berada diatas mejanya. Segelas bubble tea dalam kemasan itu lalu diraihnya dengan wajah tanpa ekspresi. Namja itu celingak celinguk mencari siapa pengirim minuman tersebut.


Namja berambut cream itu duduk untuk meminumnya dan membaca memo yang tertempel di mejanya, “Dear Oh Sehun. Aku memberimu bubble tea ini karena aku sangat menyukaimu. Ku tunggu kau di balkon saat istirahat nanti. Tertanda Xi Lulu.”


Tak terasa membaca sesingkat itu membuat minumannya habis. “Baiklah,demi bubble tea gratis.” Ungkapnya seorang diri seraya melempar minumannya ke tempat sampah dibelakangnya.


Sehun pergi ke balkon sesuai janjinya. Namun sebelum itu dia hendak menjemput yeoja dibangku deret sampingnya. “Min Rien-ya. Ikut aku ke balkon.”


“Mau menemui fans lagi…” balas yeoja itu tidak menatapnya karena asyik berchatting dengan ponselnya.


“Adik manisskuu ayooohh…!” geret Sehun menggandeng pergelangan tangan yeoja itu.


“Aaaahh!! Kakak jangan memaksaku…” rengek Min Rien tidak  berarti.


Sampailah mereka ke balkon dan hanya satu namja cantik yang terlihat sendirian. Pastilah dia, mengingat balkon sekolah adalah tempatnya orang berpasangan. Kemudian mereka menghampiri orang yang disebut Xi Lulu dimemonya Sehun beberapa saat yang lalu.


Sehun mendehem berat, “Terima kasih bubble teanya enak.” Lawan bicaranya itu akhirnya membalikkan badan kehadapannya dan Min Rien. Namja itu melihat Min Rien agak curiga,


“Bangapta Luhan-ssi, Shin Min Rien imnida, adik angkat Oh Sehun.” Kata Min Rien begitu sadar arti tatapan namja didepannya itu. “Kakak, aku ada janji dengan murid baru dikelas 2. Sampai jumpa dirumah kak,,,” ungkap Min Rien sambil menggandengkan tangan Sehun agar menggandeng tangan Luhan kemudian lari meninggalkan keduanya. Reflek setelah Min Rien agak jauh, Sehun dan Luhan melepaskan tangan mereka dengan malu-malu.


---TT---

Min Rien berlari tergesa-gesa setelah menurutnya ini sudah siang. Namun sebenarnya lorong kelas saja masih sepi. Pelariannya berhenti ketika Min Rien telah sampai di kelasnya. Disana hanya ada satu orang namja yang sudah datang. Saat didekatinya, ternyata namja itu terduduk mematung.


“Belangtae Oppa!” kejut Min Rien mencondongkan kepalanya di depan Sehun sambil mencengkram bahunya.


“Ohoret!” pekik Sehun dengan gaya baru. “Nah kau__”


Min Rien menyela dan tersenyum sindir lalu berkata, “Kakak… aku tau kau sibuk karna terkenal di sekolah. Aku memang tau itu secara aku adik angkatmu yang serumah juga denganmu. tapi saranku jangan melamun kak, terlihat mengerikan.”


Sehun berdiri dan berkata, “Sudahlah. Duduk!” ia mendudukkan yeoja itu.


“Tanggungjawab! Karena kau…membuatku bersentuhan dengan Luhan sampai aku menyukainya.”


“Oh? Itu baguskan kau suka dia. Ah…tapi tunggu. Belakangan ini dia sangat dekat dengan Kai.” Min Rien memukul lengan Sehun, “Itu salahmu sihhh menggantungnya terlalu lama.”


“Pokoknya kau harus membantuku. Kalau menolak, tidur saja di ruang tamu.”


“Aisshh kejam. Jadi kau menganggapku musuh?  Bukan adik atau partnermu begitu?” Min Rien bergeser berpaling dari Sehun dan mengerucutkan bibirnya.


“Ya! Baiklah baiklah, partnerku saja. sekarang pesankan sebuket mawar merah dikirim kesini secara rahasia. Jangan lupakan tatanan yang bagus untuk anak SMU kelas 3. Tapi pinjam uangmu dulu Min Rien sayang…”


Min Rien menghela nafas agak kesal, masih mengerucutkan bibirnya. “Oke Sehun oppa. Tapi siapa yang memberikannya ke Luhan?”


“Kau.” Jawab Sehun cepat.


“Aish, aku ini yeoja. Nanti dikiranya aku yang su_”


“Iyaiya aku…”


---TT---


“Xi Lulu. Ini untukmu.” Cegah seseorang yang wajahnya ditutupi buket mawar merah dihadapannya.


“Siapa? Em…permisi aku mau pulang.” Kata Luhan agak malu-malu.


“Xi Luhan, terimalah!” buket bunga itu dicondongkannya dengan dua tangan,tapi masih menutupi wajah Sehun.


“Te…terima kasih.” Balas Luhan menerimanya akan tetapi Sehun berjalan berbalik agar Luhan tidak mengenalinya. “Apa dia si anak baru itu ya?” tanya Luhan sendiri.


Sehun berlari dengan riangnya dan menghamburkan diri ke pelukan adiknya. “Min Rien aku berhasil!!! Dia…dia menerimanya!!”


“Chukkae kak Sehun.” Min Rien terkekeh hambar. “Bisa beri aku komisi jadianmu kak?”


Sehun melepas kasar pelukannya, “Maksudku mawarnya bodoh,” ia tertawa sambil mengacak rambut Min Rien yang pendek sepertinya. “Besok kirimkan tiap hari setangkai untuknya mengerti,”


“Ehhh ini mahal kakkk. Jangan dirusakkk.” Rutuk Min Rien melindungi rambutnya dengan kedua tangannya.


---TT---


Seperti biasanya keadaan kelas yang sepi selalu ditempati Sehun sebagai murid pertama yang datang. Disusul dengan kedatangan Min Rien setelahnya. Agak miris Min Rien melihat kakaknya itu. Dari luar kelas saja ia bisa mendengar Sehun mendengus frustasi. Sadar atau tidak sadar, saat dirinya masuk dan berjalan perlahan ke bangku disamping Sehun. Namja itu tetap begitu sambil membenamkan diri dibalik kedua lengannya.


Min Rien meletakkan tasnya perlahan lalu menggeser sedikit bangku itu agar lebih dekat dengan Sehun. “Kakak, apa kau punya masalah berat…”


Sehun mendongak menatap papan lurus didepannya. “Aku yakin ini belum terlambat. Kau berpikir yang sama denganku kan…?”


“Tentu saja kak. Katakan saja apa yang meledak dihatimu kak.” Min Rien mengusap tegar punggung Sehun.


“Mawar yang kuberikan di bangkunya itu benar diambilnya. Tapi seakan-akan dia tidak mengiraku. Apa dia mengira itu dari Kai?”


Min Rien memberi senyuman, “Tidak mungkin begitu kak. Mungkin saja dia terlampau malu untuk menatapmu. Makanya dia berani diam. Tapi apa kau sudah mengatakan secara langsung kalau sekarang kau berbalik menyukainya.”


Sehun membenarkan posisi duduknya. “Belum sih…tapi aku suka memberi pernyataan lewat mawar misteriusku. Kau tau kan kebiasaanku ketika menyukai seseorang.”


“Kau benar. Lalu apa kakak akan memberi perhitungan dengan Kai begitu…”


Sehun menghela nafas berat, ia mengedipkan matanya lebih cepat. “Ya. Benar benar. Min Rien.kau memberiku ide cemerlang.”


“Apa?” tanya Min Rien tidak mengerti.


“Kau memberiku ide cemerlang. Aku tau apa yang harus kau lakukan. Kau jebak saja Kai agar menyukaimu. Dengan begitu dia akan sering tidak mendekati Luhan.”


Min Rien mengangguk senyum, “Mari kita lakukan hari ini juga. Bersedia membantuku juga?”


Setelah pelajaran usai, tibalah waktu istirahat yang sangat ditunggu-tunggu. Misi Sehun dan Min Rien akan dimulai. Mereka berjalan ke kelas Kai agak cepat. Namun sayang, lorong yang hendak mereka lewati sedang diblokir sekelompok murid-murid yang sedang bermain bola. Tanpa disadari, kepala Min Rien hampir terkena bola. Itu membuat Min Rien reflek menghindar tapi malah terpeleset dan…


Tangan berkulit tan yang kekar menangkap sempurna tubuh Min Rien. Dalam bayangannya apa ini kakaknya. Sayangnya kakaknya itu berkulit putih,  bukan tan seperti ini. Lalu Min Rien menelaah apa yang dilihatnya tengah terjadi. Tak bisa terbayangkan. Nyatanya itu Kai yang menyelamatkannya dari kecelakaan kecil tadi. Mata Kai dan Min Rien saling berpandang cukup lama hingga tanpa sadar. Jarak wajah diantaranya terbilang sangat dekat seperti hendak berciuman.


Perlahan, Min Rien membangkitkan tubuhnya. “Mianhamnida. Ah, gomawo.” Ia memberi hormat kecil dan langsung berlari menembus sekelompok murid-murid bermain bola. Sialnya lagi, Sehun sudah berjalan jauh meninggalkannya dibelakang.


---TT---


Sementara itu Sehun terburu-buru menemui Luhan yang tidak ada dikelasnya. Sehun berlari sambil mengedarkan pandangannya dan ketemu. “Luuhaann tungguu…” panggil Sehun berteriak. Untungnya Luhan berbalik, pertanda mendengar panggilan Sehun tadi.


“Oh Sehun. Hehe, apa kau berkeringat karna mencari seseorang?”


Sehun menumpukan tangannya ke kedua lututnya dan nafas yang masih tersenggal-senggal. “Iyah, aku mencarimu.”


“Tapi aku sedang buru-buru juga Sehun…”


“Kumohon sebentar saja.” lalu Sehun mengambil sesuatu dibalik saku blazzernya. Ia memberikan setangkai lagi mawar andalannya, namun ia juga menyelipkan coklat mini dibaliknya. “Luhan. Aku sadar. Sekarang…aku sedang menyukaimu. Jadilah kekasihku Luhan…”


“Tapi aku sudah_”


“Tidak perlu dijawab sekarang pun tidak apa. ambil saja pemberianku ini, kumohon Luhannie.” Sehun memberi tatapan penuh keseriusan.


Luhan meraihnya dengan ragu, “Ini bohong kan Oh Sehun?”


“Tidak tidak, ini serius. Sungguh.”


Luhan membalikkan badannya agar membelakangi Sehun. “Maaf aku_” belum sempat melangkah,tubuhnya sudah direngkuh dalam dekapan Sehun.


---TT---


“Kenapa kakak baru kembali,padahal pelajaran sudah selesai dan akan bel pulang.” Tanya Min Rien setelah melihat Sehun baru saja duduk.


“Aku habis melukis. Kau mencatat pelajarannya dengan lengkap kan?” balas Sehun seraya membereskan tasnya.


“Tentu,”


“Habis ini tolong jemput Luhan dikelasnya. Tolong tutup matanya dan bawa dia melihat dinding lapangan belakang.” Sehun menopangkan tasnya ke bahunya sendiri. “Aku pulang yah. Sampai bertemu dirumah.”


“Oke kak. Sama-sama.,,” nada Min Rien terdengar malas. Itu hampir membuat Sehun berhenti melangkah, tapi akhirnya namja itu melanjutkan langkahnya lagi.


Takdir sedang berkata baik untuk harinya. Min Rien menemukan Luhan yang kebetulan sedang lewat didepan kelasnya. Dipanggilnya namja cantik itu agak keras. Lalu Luhan menoleh padanya dan bertanya “Ada apa memanggilku Min Rien-ssi?”


Min Rien tersenyum kecil, “Ikut aku sebentar kak. Ayo!” Jari-jari tangannya menapak menutupi kedua bola mata Luhan.


Luhan terkekeh malu, “Aduh, jangan membuatku penasaran lagi Min Rien-ssi.” Min Rien membalasnya dengan tawa kecilnya. Lalu dibawalah Luhan ke lapangan belakang sesuai perintah sang kakak.


Sampailah mereka ditempat itu, “Sekarang,akan ku buka matamu. Perhatikan dengan penuh hati apa yang ada didepanmu yah kak.” Ujar Min Rien melepaskan jari-jari dari wajah Luhan. Terpampang jelas sebuah grafity cat semprot di dinding itu dengan latar gelapnya dan susunan kata yang bertulis I Love You Luhan By Sehun berwarna putih sembur jingga yang cerah. Tidak lupa juga tanda gambar mawar merah dibawahnya. Semua itu mempesona bagi Luhan. Min Rien pun merasakan hal yang sama. “Kakakku selalu mengejutkan hal romantis pada orang yang disukainya.”


“Benar ini untukku bukan?? Aku…sangat berterima kasih...”


“Ya aku akan menyampaikannya. Dia selalu bersungguh-sungguh dengan perasaannya padamu. Mau menerima jadi pacarnya…?”


Wajah tersenyum itu memudar jadi masam, “Aku masih tidak percaya ini. bisa tinggalkan aku sendiri?” pinta Luhan yang direspon senyum dan tepukan kecil dibahunya dari Min Rien. Setelah itu, Min Rien meninggalkannya tanpa kata-kata.


Min Rien berjalan dengan wajahnya tertunduk kecewa. Kecewa atas sebuah pernyataan Luhan baru saja. bagaimana bisa dia tidak merasakan kesungguhan di dalamnya dan cepat berkata iya dengan pengorbanan seperti lukisan itu. Min Rien mendesis. Apa yang harus dikatakannya nanti jika Sehun bertanya bagaimana tanggapan Luhan. Min Rien benar-benar tak ada nyali dan mengumpat kesal pada dirinya sendiri.

“Hey adik.” Panggil sebuah suara dari samping kanannya. Min Rien menengok kesana dan, hatinya benar-benar sinis bertemu sosok itu. “Lama sekali kau melakukan tugasmu. Apa kau mampir ke toilet juga?” ujar namja itu seraya berjalan menuju dirinya.


“Ken’apa kakak belum pulang juga…” Min Rien menggenggam kuat tali tas punggungnya.


“Untuk menunggumu adik. Kau tau, dikilometer 0,01 kakakmu ini memikirkan keselamatanmu. Jadi,kembali saja tidak masalah bukan.” Tiba-tiba saja Sehun langsung mengalungkan tangannya di tengkuk Min Rien dan itu  berhasil  membuat jantungnya berdebar-debar ricuh. “Mari pulang.” Mereka berjalan keluar dari area sekolah masih dengan mesranya. “Bagaimana Luhan tadi?”


Min Rien membulatkan matanya lalu berkedip berkali-kali. “Engh--- Luhan merespon positif, bahkan dia berterima kasih tapi kak. Maaf, dia belum mengiyakanmu jadi pacar…” wajah Min Rien berubah ekspresi sesal. Membuat Sehun gemas mengacak-acak rambutnya dan tertawa.


“Sudahlah tidak apa. besok aku mau memberinya kejutan lagi.” Sehun tersenyum penuh harapan, “Aku berharap ini berhasil, karna aku dapat tenaga relawan nyatakan cinta dari fansku. Semuanya adik kelas. Hahaha,aku bersyukur menjadi yang mereka sayangi.”


Min Rien tersenyum menampakkan giginya, “Wahh…berita bagus untukku. Itu tandanya aku bisa jadi penonton!!”


Sehun tertawa gemas dan mencubit pipi adiknya, “Kau ini!!!”


---TT---


“Ketua kelas silahkan memberi penutupan.” Kata sonsaengnim setelah mengakhiri catatannya di papan tulis. Namun dia hanya mendengar suasana kelas yang sibuk mencatat. “Ketua kelas Oh Sehun.” Panggilnya sekali lagi tidak ada jawaban dari siapapun, barulah dia berbalik kepada murid-muridnya. “Ketua kelas.” Semua murid saling menoleh,mereka tidak bisa menjawab apapun selain diam. “Siapa yang bertanggung jawab tidak ada ketua kelas?” dia menunggu salah satu bersuara untuknya. Sangat lama suasana kelas hening, membuatnya harus mengintruksi. “Deret depan silahkan beri jawaban!”


“Adiknya saja sonsaengnim,” salah satunya akhirnya menjawab. “Ya, dia juga mantan ketua kelas bukan.” Imbuh deret depan lainnya. Sonsaengnim mengangguk sambil melipat tangan didada.


“Oh, Min Rien…Baiklah, ketua kelas silahkan memberi penutupan.” Perintah sonsaengnim agak geram.


Min Rien berdiri agak canggung. “Semua, beri hormat.” Dia dan murid lainnya memberi hormat. “Ucapkan terima kasih.” Lalu seluruhnya mengatakan dengan serentak. Sementara dibalik dinding sana, Sehun menunggu keadaan agar sonsaengnim benar-benar sudah keluar.


“Tidak ada tugas kan? bisa bantu aku sekarang? Masih mau jadi partnerku bukan?” tanya Sehun beruntun, lawan bicaranya tidak menjawab namun memberi anggukan dan senyum penuh makna padanya.


---TT---


Dulu, dia adalah malaikat dalam cinta dihatiku. Aku menyukainya karena dia berkepribadian unik. Semua hal tentang dia ku ceritakan pada eonnie, eonnie sampai tertawa gemas mendengar aku menyukai orang seperti dia. Setahun yang lalu, eonnie tertabrak hingga tewas oleh pasangan suami istri yang sedang mabuk. Mereka berdua sangat menyesal dan benar-benar merawatku sejak itu atas permintaan terakhir eonnie sebelum tiada. Diluar kamar otopsi, mereka bercerita bahwa mereka memiliki seorang putra yang seumuran denganku. Dulu, putra mereka mengharapkan adik perempuan tapi ibunya terlanjur mandul. Namun, setelah mereka menyebutkan siapa nama putra mereka. Sebuah hantaman panas langsung memukul hatiku. Bagaimana pun awalnya dia orang lain,orang yang kusuka. Tapi sekarang dia jadi kakakku. Mau tidak mau, perasaan itu harus ku matikan meski berat. Mungkin ini jalan Tuhan yang terbaik agar aku bisa dekat dengan orang yang kusukai.


---TT---


Min Rien sudah membawa Luhan ke tengah lapangan sekolah dengan mata yang tertutup kain yang diberikan Sehun sebelumnya. Bergegas itu pula Sehun menyusul kearah Luhan, segera itu pula Min Rien harus naik keatas untuk menaburkan sesuatu. Lautan murid-murid yang penasaran berkumpul menyaksikan dari lapangan maupun dari balkon-balkon bagaimana orang terkenal menembak cintanya.


Sehun mendehem, seketika itu semuanya diam mengamati mereka. Sehun mulai bersiap mengatakan. “Luhan, sekarang aku sungguh menyukaimu. Bisakah kau jadi  kekasihku?” Sehun mengeluarkan setangkai bunga mawar dari blazzernya, “Aku sangat menyukaimu Xi Luhan. Jika kau ingin membuka mata, terimalah bunga ini.”


Luhan menerima bunganya dan mengembang senyum. “Terima kasih banyak Sehun-ah. Bisa ku buka mataku?”


“Tunggu.” Sehun segera membukakan begitu Luhan hendak membukanya sendiri. saat kainnya terbuka. Mulailah satu persatu kelopak bunga mawar merah jatuh dari atas semua sudut balkon. Indah! Bahkan penggemar Sehun yang ikut menaburkan juga berteriak betapa manisnya cara yang Sehun buat.


Luhan berkali-kali tersenyum melihat sekelilingnya. Selain ada kelopak bunga berjatuhan, ada pula sederet tulisan tangan yang terpajang menawan di dekat balkon dengan tulisan “percayalah aku menyukaimu” “Luhan I love you from Sehun” “jangan ragukan perasaanku, arayo!”


“Boleh ku peluk dirimu Luhan?” Sehun mengatakannya dengan malu-malu. Setelah itu tanpa berkata, Luhan pun memeluk Sehun. Seraya itu pula teriakan dari murid-murid yang menyaksikan untuk “Jadi pacarnya~”


“Luhan,jadilah kekasihku.” Sehun menanyakan itu sekali lagi. tapi entah, Luhan tiba-tiba melepaskan pelukannya dan lari meninggalkan atmosfer kebahagiaan itu. hujan kelopak bunga pun ikut berhenti seperti perasaan Sehun yang kecewa menatap perlakuan Luhan yang pergi. Murid-murid juga berteriak menyanyangkan moment seperti ini harus berakhir dengan kecewa.


Sehun mendehem, ingin mengatakan sesuatu. Kali ini dia nyalakan microfon kecil yang dipinjamnya dari club dance disekolahnya, itu akan menyambungkan speaker khusus yang ada diarea lapangan. “Tidak apa teman-teman. Terima kasih telah menyemangatiku sampai sekarang. Aku bahagia dia mau menerima mawarku. Meski begitu, ini tidak akan mengubah perasaanku padanya. Aku akan tetap menunggumu XiLuhan.” Sorak-sorak semangat dan “uu sosweet” dari para penggemarnya membuat Sehun merasa lebih tenang.


Kemudian Sehun segera mencari seseorang yang selalu menenangkan hatinya. Anak itu sedang berjalan tertunduk lemas sambil memeluk keranjang bunganya. Sehun langsung memeluknya dari belakang,membuat orang itu terkejut.


“Min Rien-ah...pukul aku kalau ini memang berakhir.” Ujar Sehun mendekap erat adiknya itu.


Sejenak Min Rien diam, lalu memberikan usapan dipipi Sehun yang diatasnya. “Sudahlah kak, masih ada jalan lain. Setelah ini ada perayaan wisuda bukan. Berikan saja kejutan saat itu padanya, aku yakin ini yang terakhir akan berhasil.” Min Rien menjatuhkan keranjang bunganya dan membalikkan badan memeluk Sehun lebih erat.


“Terima kasih sudah menguatkanku. Kau adik yang sangat berarti untukku…”


---TT---


Tepuk tangan riuh bergemuruh setelah Sehun menampilkan aksi pianonya di malam itu. “Bagaimana teman-teman, apa perfomku menghibur?” tanya Sehun dari micnya.


“Jjang!!” “Daebak!!” “Kereenn sekali!” “Sangatt!!” begitulah kata mereka dengan antusias


“Terima kasih atas dukungan kalian. Aku bisa begini karena nada-nada yang kususun tadi memiliki makna dan inspirasi. Semua itu ku dapatkan setelah banyak mengkhayal dari seseorang. Orang khusus yang bernama Xi Luhan.”


“Waaaahh sosweett…”


Sehun terkekeh kecil, “Sekali lagi terima kasih. Sarangnda.” Sehun meninggalkan panggung dan berjalan ke salah satu  balkon yang ada dikawasan penginapan itu. Sehun mengamati betapa antusias adiknya itu membantunya tapi tunggu! Dia tidak sendirian, tapi bersama…seorang namja. Ah!itu Kai. Tebak Sehun.


“Sehun mencari siapa?”  tanya seseorang ada dibelakangnya.


Sehun terkejut, langsung membalikkan badan orang itu. “Eh Luhan. Hehe. Emm…kau tidak sibuk kan. mau ikut aku?” Luhan mengangguk agak ragu. “Sebentar,kututup dulu matamu.” Sehun mengambil kain dari jasnya dan memasangkannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada pesan dari adiknya mengatakan –cepatlah,ini sudah siap--


Sehun bersama Luhan melangkah ke balkon itu. dengan senyum, Sehun menyambutnya bahagia. Perlahan, ia membukakan penutup dimata Luhan. Dan, Luhan tersenyum sangat manis dan lebar. Mengedarkan semua pandangannya yang takjub akan keindahan di depan matanya. Banyak lilin-lin didalam gelas terjajar rapi dipinggiran setiap sudut. Disetiap lantai juga ditaburi kelopak mawar merah dan lampu-lampu sedikit  redup namun cerah yang memberi nuasna romantis. Ditengah sana terdapat juga bangku berwarna putih yang klasik,diberi sedikit hiasan dibagian pinggir dengan posisi yang pas hingga mengekspos tepat dibawah langit bertabur bintang.


Sehun tersenyum pada Luhan dan memberi isyarat mengajaknya bergandengan tangan. Luhan menerimanya. Mereka berjalan menuju bangku itu dan ternyata disana ada segelas bubble tea dengan dua sedotan. Luhan tersenyum kecil menatap semua ini.


“Bagaimana menurutmu?” kata Sehun setelah mereka duduk.


“Indah…sekali. Kau, sangatt dramatis.” Luhan terkekeh kecil.


“Bukan dramatis, tapi romantis. Inilah caraku yang murni.” Tiba-tiba Sehun mengajaknya berdiri. “Sekarang ku tanya lagi, apakah kau mau menjadi kekasihku?” Luhan memberi senyum penuh makna serta matanya berputar-putar, itu membuat dirinya merasa diberi harapan untuk tidak. “Apa kau tetap tidak menerimaku setelah kubuatkan keindahan seperti ini?” Sehun mencoba tersenyum kuat. Tiba-tiba Sehun terkejut mendapatkan ciuman singkat dari Luhan. “Terima aku?” Luhan mengangguk pasti dan Sehun giliran memberikan ciuman, tapi tidak sesingkat Luhan tadi.


“Mari kita minum ini, berdua yah.” Pinta Sehun setelah menancapkan dua sedotan itu ke gelas bubble teanya. Mereka meminumnya bersama sambil menatap wajah mereka yang sangat dekat. Mereka tersenyum bersama lalu meminumnya lagi ditempat beratapkan malam yang indah.


---END---