Harurainblue
present
Tittle
: Love In Trap Chapter 6
Author
: VieyRaaMoimoi
Genre
: Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length
: Chaptered
Rating
: T (can) PG15 (maybe)
Main
Cast :
-
Baek Hyun
-
Kris
-
Suho
-
Tao
-
Sehun
Dll,
Ryu
Gak, Gyu Rim, and secret someone (OC)
Disclaimer
: Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama
untuk imajinasi semata.
This
story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t
copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Summary
: “haruskah aku yang menjadi korban atas semua ini… hey! Aku tidak tau apa-apa
mengenai ini tapi kenapa aku harus terlibat??! Aku memang bukan tandingan untuk
kalian para orang atas! Jadi, bisakah kalian memakai orang lain sebagai
mainanmu hah…”
LOVE IN TRAP
Chapter
6
“Eomma…eomma, eomma mau kemana
lagi kali ini?”
Pekikku pagi-pagi terus
mencegahnya, memegangi tangan yeoja berumur tua itu, pokoknya aku harus
mencegahnya pergi kembali. Sayangnya, yeoja itu tidak menjawabku.
“Ayolah eomma. Tinggallah dulu,
kami membutuhkan kehadiranmu eomma...” kataku terus mengemis, memohon padanya.
“Eomma sudah ada janji. Nanti
eomma akan kembali ja---“
“Kau berbohong! Aku bukan lagi
anak kecil, kau tau? tinggiku sudah seperti ini tapi kau terus membohongiku…membohongi
saudaraku juga.” Protesku memotong cepat perkataannya.
“Tapi yang kali ini penting.
Bukan membantuku tapi kau membuang waktuku. Leppasss…” rontanya akhirnya
melepaskan diri dari genggamanku.
“Apanya? Eomma lupa, eomma
selalu mengatakan itu berulang-ulang kali. Tapi nyatanya pun eomma tidak bisa
membuktikannya pada kami.” Kesalku sekali lagi, bahkan untuk saat ini aku tidak
memperdulikan nilai kesopanan pada orang tua satu-satunya.
“Jaga saja mereka selama aku
pergi.” Aku bisa melihatnya dengan jelas, dia gugup penuh ketakutan. Meski aku
bukan yang melahirkan dia,tapi aku yang dilahirkannya. Aku memiliki firasat
yang selalu tepat contohnya seperti sekarang. Didepan sana, sebenarnya dia
menelan ludah dengan susah karena tidak mampu menjelaskan keprotesanku sejak
tadi. Ya aku benar.
Ku tatap sejenak adikku, bila
dia tidur selalu memeluk pigura yang berisi foto appa. Kemudian aku menerawang
memory saat itu.
“APPA!!
APPA…DISINI SAJA APPA…JEBAALL!” pekikku meski sambil menangis ketika appa dibawa
oleh sekelompok orang berpakaian polisi. Saat itu aku masih baru SMP,adikku
sangat kecil juga.
“Mian Jongdae~
appa sayang kalian.” Jawab appa singkat dengan wajahnya yang tegar saat itu.
“AHJUSSHII…LEPASKAN
APPA…HHH…APPA TIDAK SALAH AHJUSSHI!” kesal sekali, dengan menangis ku terus
memukuli 2 polisi yang menyeret appa.
“Ya! Anak kecil,
appa-mu ini dituduh penyelewengan uang dan melakukan tindak percobaan
pembunuhan jadi. Jangan ikut campur dan masuk saja ke dalam.” Lalu salah satu
dari mereka mendorongku hingga jatuh terduduk di tanah.
Appa sempat
menolehku, memberiku isyarat mendalam lewat tatapannya yang seakan-akan ‘cukup
Jongdae-ah.’ Sedih itu pasti, namun kehilangan appa adalah hal terburuk yang
tidak pernah ku bayangkan. Appa pergi, berlalu dan berlalu seiring polisi sudah
jauh membawa appa.
~*~*~
Eomma selalu
mengatakan appa baik-baik saja, appa semakin sehat dan diberi banyak makanan
saat di sel tahanan setiap kali aku bertanya bagaimana keadaannya. meski
begitu, seperti ada hal aneh belakangan eomma memberi tahukan padaku. Yang
biasanya berkata berani menatap mataku, kini beralih ketakutan.
Suatu hari ketika
aku pulang sekolah pada sore hari, seseorang dari belakang tiba-tiba merangkul
punggungku. “Appa.” Ralatku terlanjur mengatakan.
Ternyata seorang
namja, dia terkekeh mendengarku. “Aku ingat, kau adalah anak sahabatku dan
biasanya begini kau masih ditemaninya berjalan bersama saat kau pulang bersama.
Namamu Kim Jong Dae bukan?”
Aku mengangguk
meski agak heran, “Ne…”
“Bisa temani aku
ke makamnya Jong Dae-ssi? Sebagai gantinya nanti ku belikan apa yang kau minta
di minimarket.”
“Cho…chogiyo,
makam appa??” tanyaku terbelalak setelah mendengarnya.
“Oh…kukira kau
sudah tau dan berkali-kali kesana Jong Dae-ssi.”
“Eomma.” Pikirku
dialah yang membohongiku. “Tuan bisa antarkan aku juga kesana.”
aku menangis
sebanyak-banyaknya dalam diam setelah kami sampai di makam appa. Foto appa
dimasa muda terpajang indah disebuah meja yang bersandar di dinding. tangisanku
semakin pecah ketika membaca riwayat tanggal kematiannya.
“Appa…kenapa eomma
tidak pernah memberitahuku appa meninggal?? Appa, aku ingin disini saja…”
ungkapku tanpa malu karna kebetulan keadaannya sedang sepi pengunjung. Aku juga
mengusap pigora foto appa dengan lembut. Teman appa yang mengajakku juga ikut
bersedih, tapi dia menghiburku dengan usapannya dibahuku.
Dan baru saja ku
sadari bahwa aku hanya bertemu terakhir kalinya dengan appa saat appa dibawa
oleh polisi, selama itu. baru satu tahun aku mengetahui kematiannya lalu
setelah ku hitung. Ternyata appa hanya hidup 2 minggu setelah dipenjara.
“Hyung…” Aku benar-benar
terkejut, tiba-tiba adikku bangun begitu saja.
“Hyung,apa eomma ada di rumah…”
“Dia akan segera kembali untuk
kita. Kau tenang saja dulu.”
>>>
“Waah,eomma datang! Eommaaa…”
seru adik laki-laki ku satu-satunya yang ku miliki. Dia berlarian menuju
seseorang yang baru saja datang ke rumah kami tepat senja mulai berakhir..
“Hati-hati terpeleset lagi.”
peringatku agak keras. Maklum saja, aku takut jika dia terpeleset maka dia
harus berbaring di tempat tidur selama 48 jam.
“Jong Dae-ah, sudah kau beri
obat adikmu?” tanya eomma padaku, auranya terlihat bahagia sepertinya.
“Sudah eomma, tadi habis dari
mana? Eomma lama sekali----“
“Ah benarkah?” tanya eomma
terkesan mencoba menghindar dari pertanyaanku yang belum selesai.
“Iya,adik sampai tertidur di
depan pintu teras menunggu eomma…”
Sejenak eomma menatap dalam anak
terakhirnya itu, lalu cepat-cepat dia membuyarkan pikirannya dan memberikan
sebungkus kantong plastik padaku. “Berikan ini pada adikmu.” Sebuah mainan yang
cukup banyak dan beberapa snack. Lalu dia merogoh beberapa lembar uang dalam
tas pinggang yang cukup asing bagiku. “Lunasi kuliahmu besok.”
“Eo…Eomma dapat uang sebanyak
ini darimana???”
“Dari kerja keras eomma selama
ini dan, hari ini.” dia tersenyum penuh pengertian kepadaku. Ada apa sebenarnya
padamu eomma?
Lalu aku meninggalkan adikku dan
berjalan menuju kamar eomma. Ku ketuk pintunya lalu ku dorong pelan pintu yang
tidak tertutup rapat itu. “Eomma…”
Dia menoleh padaku, “Kemarilah.
Apa ada sesuatu?”
Sesuai permintaannya, aku
diperintah kesana dan duduk disampingnya. “Eomma sudah membohongiku cukup lama
kan. Kenapa eomma tidak mengatakannya saja padaku?”
Sedikit memicingkan matanya,
“Jjo, Jong Dae-ya apa, yang kau bicarakan.”
“Eomma keluar dari perusahaan
itu kan? lalu sekarang eomma bekerja dimana?”
Tiba-tiba dia tertawa hambar,
“Kau mengagetkan eomma saja…” dia membereskan uang-uangnya yang ada diatas tempat
tidur. “Eomma keluar sejak lama. Sekarang eomma bekerja di cabang perusahaan
penerbit di China.”
“China? Itu jauh eomma! Sebagai
apa eomma disana?” tanyaku semakin serius.
“Assiten manager pengganti.
Kemungkinan eomma bisa tinggal sementara disana atau bisa juga lebih sering
dirumah menemani kalian.”
“Kalau begini lebih baik aku
saja yang bekerja eomma. Eomma selalu melarangku untuk bekerja dan berpesan
fokuslah kuliah dan kuliah. Eomma sudah tua, eomma tidak tau jika teman-temanku
bekerja membantu orang tua mereka yang semakin keriput. Apa eomma menyimpan
sesuatu lain?”
Eomma menyungging senyum kecil,
“Eomma masih bisa…eomma tidak mau merepotkan banyak pihak. Jadi, eomma akan
tetap bekerja untuk kalian.”
Preview perkataan tadi membuatku
janggal, “Merepotkan banyak pihak…seperti buronan pembunuhan saja…”
“Jong Dae-ah kau bi---“
“Aku mau ambil makan dulu eomma.
Nanti ku antarkan jus lemon hangat untukmu.” Potongku cepat. Aku tau dia kikuk
jika dia bersalah.
>>>
“Tuan Hwang, kapan saya akan
diintruksi?” aku mengintip dari balik dinding pembicaraan eomma via telepon.
“Oh…baiklah tuan, saya
mengerti.” jawaban terakhir eomma lalu menutup pembicaraannya. Aku
menghampirinya saja karena penasaran.
“Eomma, boleh aku masuk?” eomma
memberiku anggukan. “Eomma, habis ditelpon sama orang kantor kah eomma?”
“Hanya atasan eomma saja. eomma
merasa takut jika tidak digunakan lagi.” eomma menatapku cemas.
“Mungkin eomma kurang
istirahat.” Aku membaringkan tubuh wanita tua itu, “Eomma tidur saja, kali ini
biar Jong Dae yang memasak untuk kita.” Aku meninggalkannya dan menutup
pintunya. Aku terdiam sejenak didepan kamarnya. Dia berkata seperti orang mau
dipecat. Padahal belum lama ini dia mendapat pekerjaan tetap. Terdengar aneh
sekali.
>>>
“Eomma hari ini Jong Dae mau
mengajak kalian ke pantai. Apa eomma bisa? Kalau adik pasti sangat bisa.”
Ajakku menawarkan liburan, ini semua ku rayakan karena baru saja aku mendapat
pekerjaan yang berpenghasilan cukup besar.
Eomma menggenggam
bahuku,”Maafkan aku Jong Dae-ah, tapi eomma diharapkan seminggu belakangan ini
untuk bersiaga. Manager utama mengatakan akan ada proyek yang membutuhkan
eomma.”
Aku menelan kecewa, “Baiklah
eomma, tidak apa. aku akan menggantinya dilain hari.”
Belakangan ini, duniaku sangat
menekan batinku. Perlahan, ada kesesakan kecil dihatiku yang semakin membesar
kobarannya setiap hari. Aku termenung sendiri mencari tau ada firasat apa yang
membuat kesesakan ini tak kunjung hilang. Sejenak, ku tatap wajah adikku yang
sedang pulas tertidur dikamarnya. Dia terpejam dengan memeluk sejumlah mainan
itu, mainan yang sangat dicintainya pemberian dari eomma secara misterius.
Aku tidak yakin sebenarnya apa
yang kurasakan sekarang. Apakah aku sekarang termasuk dalam kategori manusia
pembaca firasat ataukah semacamnya. Yang kurasakan kini wajah eomma sedang
menangis mengingat keluarga besarnya. Ayah dan ibunya, lalu appa, aku dan
adikku. Ini semua membuatku semakin gila memikirkannya. Hal yang sangat jelas
diingatan bawah sadarku sekarang adalah eomma.
Semoga saja firasat ini hanya
sesaat, tidak benar-benar terjadi meskipun aku sendiri merasakan firasat itu
tampak samar-samar. Pokoknya jangan sampai menjadi fakta. Aku berdoa dan
menatap bulan yang menghiasi pemandangan balkon kamarku. Tuhan jangan tuangkan
sesuatu yang membuat kami semua terbebani hingga mati, selamatkan kami. Tidak
lupa kumohonkan pula maafkan segala perlakuan eomma belakangan ini.
>>>
Disiang itu aku sibuk memasak
makan siang karena beberapa hari yang lalu aku sendiri yang sudah menjanjikan
pada eomma kalau aku saja yang giliran memasakkannya. Ditengah kesibukanku,
ponsel eomma yang ditinggalkannya didekat meja lemari es itu berdering.
Maafkan aku eomma, karena aku
penasaran. Maka, kudekati ponsel itu dengan pikiran bertanya-tanya siapakah yang
sedang menelfonnya. Tertera disana Hwang Sajang-nim. Kata tanya pertama kali
yang terpikir ialah siapa dia. Bukankah eomma hanya menceritakan soal pekerjaan barunya menjadi
manager cadangan. Kata sajang-nim mengingatkanku pada orang yang mengabdi sepenuhnya
pada orang yang dihormatinya. Seperti difilm-film, orang itu akan merelakan
segalanya termasuk nyawa demi tuannya itu.
“Eomma!! Telfon!” teriakku
setelah menjauhi ponselnya dan aku terus berpikir-pikir semua keterkaitan dari
apa yang pernah eomma lontarkan sebelumnya.
Kemudian tidak lama itu, eomma
buru-buru datang. Dia langsung menyambar ponselnya dan membawanya keluar dari
ruang makan. Lebih tepatnya dia berlari terbirit-birit menuju ruang tamu.
Maafkan aku lagi ,eomma. Batinku dalam hati dan aku terus memata-matainya
dibalik dinding. harapanku,aku mendapat petunjuk baru.
“Ss…saya ikut? dd...dimana
tuan?” tanya eomma dengan tangannya yang bergetar memegangi ponsel ditelinganya
itu. sesekali itu juga eomma kelihatannya juga mengawasi keadaan sekitar
seperti memastikan apa tidak ada orang lain yang mendengar pembicaraannya.
Jelas sekali mataku membaca kesan diam-diam eommaku ditelfonnya. Apa itu
selingkuhannya? Atau karena dia takut aku bertanya-tanya penasaran siapa
penelponnya itu.
“Mengerti tuan.” setelah itu
kelihatannya dia membesarkan volumenya. Meski begitu, aku tetap tidak mendengar
nada bicara dari orang yang menelfonnya itu.
“Ara, arasso sajang-nim.” Tunduk
eomma mengerti dengan nadanya yang terkesan pasrah menurut pendengaranku. Segera
itu juga aku buru-buru kembali ke tugasku menyiapkan makan siang didapurku.
Malam hari itu aku melihat eomma
mengambil pakaian yang biasanya dikenakannya ke pasar dari gantungan baju
disamping mesin cuci. Pikirku,akankah dia ke pasar malam yang ada dikota
tetangga yang menurutku jauh sekali?
Tunggu,tapi dia memakai blazer
yang biasa dipakainya ke kantor. Aku membulatkan mulutku, oh..mungkin saja
benar sekarang waktunya eomma mendapat panggilan kerja atas cuti atau ijinnya
manager utama diperusahaannya itu.
“Jong Dae-ah, eomma akan
berangkat kerja. Beri adikmu obat yang teratur dan kau jangan pernah bolos
kerja dan kuliah.” Ungkap eomma dengan sikapnya yang terburu-buru.
“Eomma mau kemana lagi? pulang
jam berapa?” tanyaku seraya mengambil air putih diteko.
“Eomma ada rapat dengan atasan
di Busan road. Eomma pergi dulu.” Dia sempat memberiku usapan sayang pada
puncak kepalaku. Terasa sedikit lega daripada tidak sama sekali. Tapi itu tidak
akan menyurutkan rasa penasaranku yang masih belum terjawab. Otakku bekerja
lebih cerdas lagi, sebuah ide nakal muncul untuk mengikuti eomma dari belakang.
Dari sinilah, aku yakin akan ada jalan yang luas menjawab segala kepenasaranku.
>>>
Wanita tua yang masih dikatakan
muda itu memang suka berjalan kaki daripada harus membayar untuk menaiki sebuah
bis apalagi taksi. Siapa lagi yang ku ikuti kalau bukan eomma. Dia nampak
santai berjalan sambil sesekali melihat pemandangan keramaian malam yang
dipenuhi dengan kemeriah anak-anak remaja usia SMA dan kehidupan perdagangan ditoko-toko
sepanjang jalan ini.
aku masih mengikutinya tanpa
kehilangan jejak. Ini berkat langkahku yang tidak mencurigakan dan ditambah
lagi aku hafal ruas-ruas sepanjang jalan menuju Busan road jadi, jika
sewaktu-waktu eomma melihat kebelakang. Aku akan mudah bersembunyi dan cepat
kembali mengikutinya lagi.
Busan road hanya memiliki satu
penyewaan auditorium dan segala ruangan rapat dalam satu gedung. Tidak ada
membangun bisnis seperti itu sampai saat ini. Hanya gedung itu juga yang paling
terkenal dikawasan ini, jadi. Bisa dipastikan eomma akan rapat disitu. Akankah
dia mendapat tip lebih banyak lagi? aku tertawa senang membayangkannya.
“Loh?” pekikku terkejut melihat
eomma malah masuk ke hotel Jjang. Aku mengejarnya dengan langkah pelariku mengawasinya.
“Ada apa dengannya?” tanyaku menemani langkahku masih mengejarnya. Lalu, aku
sedikit mengurangi kecepatanku karena aku hampir berdiri di depan hotel itu.
aku berjalan perlahan mengintip dari sela-sela pintu kaca yang ada melindungi
lobby hotel itu.
Aku terperangah melihat eommaku
disana. Dia sedang duduk menunggu seseorang dilobby hotel tersebut sambil
membaca beberapa kata diponselnya. Mungkinkah dia membaca sms. Mungkinkah sms
itu adalah intruksi melakukan sesuatu. Tidak lama pertanyaanku itu terjawab
sudah. Eomma menghilang dari pandanganku, perkiraanku sekarang dia masuk ke
sebuah kamar di hotel itu. saat bersamaan juga, seorang namja berkebangsaan
china keluar berpapasan dengan eommaku. Apakah ini hanya sebuah kebetulan,
Atau diakah yang bernama Hwang,
yang dipanggil sajang-nim oleh eommaku?
>>>
“Ne chakkamanyeo!” teriakku dari
dapur ketika ada seseorang memencet bel rumahku berkali-kali. Aku segera
berjalan cepat membuka pintu itu. aku sedikit terkejut melihat sekelompok
polisi yang menghampiri rumahku.
“Selamat pagi tuan. Kami dari
tim penyidik kepolisian. Benarkah ini kediaman nyonya Yong In Ja?”
“Benar, apa ada sesuatu?”
“Kami memberi surat keterangan
kematian untuk anda tuan.” Salah satu polisi terdepan sebelah kananku menyodorkan
secarik kertas padaku.
“Kami menangkap nyonya Yong
sedang melakukan praktek pembunuhan terhadap seorang direktur penerbit
terkemuka berkewarganegaraan china disebuah kamar hotel Jjang di Busan road
dengan kode kamar Eksekutif 5 nomor 365. Namun ketika kami tangkap, sebuah
dugaan peluru nyasar menembak kepalanya hingga mengalami pendarahan dan tewas
ditempat.” Jelas polisi satu disebelah kiriku, telak sudah membuat rahangku
beku mendengar penuturan yang sangat sulit dipercaya.
“Apa, aku akan ditangkap dan
dikenai penangguhan hukuman atas eommaku…”
“Untuk saat ini tuan ditetapkan
sebagai saksi. Mari ikut kami tuan.”
>>>
Tiga orang polisi telah
mengantarkanku ke sebuah pemakaman umum, tepatnya kini aku ada berdiri
disamping pusara yang barusaja dibuat. “Kami permisi dulu tuan.” Pamit mereka
bertiga memberi hormat padaku. Didalam sana,mati-matian aku menahan tangis dan
amarahku. Setelah kurasa lama, kurasa polisi-polisi itu juga telah jauh pergi.
Saat itu aku mengerang sekencang mungkin.
“EOMMAA WAEYOOO HUHH?!!...KENAPA
HARUS KAU EOMMA!!...” aku mengusap airmataku dengan kasar. “HARUSKAH AKU YANG
MENJADI KORBAN ATAS SEMUA INI…HEY!! AKU TIDAK TAU APA-APA MENGENAI INI TAPI
KENAPA AKU HARUS TERLIBAT??!! AKU MEMANG BUKAN TANDINGAN KALIAN PARA ORANG
ATAS! JADI, BISAKAH KALIAN MEMAKAI ORANG LAIN SEBAGAI MAINANMU HAHH…!!”
Lalu aku berlutut pada pusara
didepanku ini. “Eomma,kadang kau terlihat lebih bodoh dari anak seumuranku
seperti ini. tapi kau tetaplah eommaku, tapi aku tetap mencintaimu eomma, aku
tetap menghormatimu eomma…” aku menarik nafas panjang untuk lebih mengontrol
emosiku. “Eomma…aku akan mencari siapa orangnya untukmu eomma. Kau tidak boleh
mati tertuduh seperti appa kau tidak boleh, apalagi lebih parah dari appa. Kau
tidak boleh eomma! Atas nama keluarga Kim baik appa,nenek dan kakek dan semua
anggota keluarga yang telah mati, orang yang membunuh eomma tidak akan tenang
sampai hidupnya. Dan kau eomma, kau akan dimaafkan oleh mereka,termasuk aku dan
adikku eomma…” lalu kucium dan kupeluk batu nisan pusara ini. aku masih
merasakan eomma benar-benar hangat membalas pelukkanku dan terpampang senyumnya
yang menenangkan. Kemudian aku berdiri dan terus kupandangi pusara eomma.
Rasanya masih tidak percaya kini dia tidur didalam tanah,bukan diatas kasur sederhana
yang sering kulihat.
“Itu makamnya, sepertinya namja itu
mengenalnya.” Aku bertanya-tanya suara siapa itu? akankah orang itu mau kemakam
eommaku atau ke makam orang lain? Tapi aku tidak terlalu penasaran siapa
dia,makanya aku tidak menoleh ataupun membalikkan badanku kearahnya.
Namun,kudengar ada orang yang berhenti dibelakangku.
“Mianhamnida, apakah kau
mengenal makam ini?” kutengok orang yang menyuarakan pertanyaannya itu, seorang
namja hampir keriput berjas layaknya perawakan pengacara. Namun dia membawa
namja seumuranku yang…cantik.
“Ya…aku mengenalnya
sangat…karena dia eommaku…lalu,kau siapa?” balasku sambil menahan sesenggukkan
tangisku. Namja seumuranku itu membulatkan mulutnya,sementara namja satunya
tersenyum simpul padaku.
“Kebetulan sekali, boleh saya
meminta sedikit penjelasan. Apakah kau mengenal presdir Kim Su Ho,yang nama
aslinya Kim Joon Myeon.” Tanya namja tua itu yang membuat pikiranku berputar
kebingungan akan maksudnya, maklum. Inilah kebiasaanku ketika jatuh melihat
orang tersayangku apalagi eomma meninggal dunia.
Lalu dia mengeluarkan selembar
foto berukuran sedang. “Inilah presdir Kim,apa kau pernah melihat ibumu
berteman atau bertemu dengannya?”
Mataku menatap tajam begitu
pertanyaan itu terlontar. “Tidak sama sekali…bahkan…hiks. Eomma selalu takut
bertemu orang penting seperti presdir.” Tak peduli mata lebamku menatap tajam
dua orang dihadapanku ini.
“Maaf, maaf. Tapi apa kau tau
terakhir kali ibumu pergi?”
“Aku harus menghormati eomma.”
Balasku sambil berjalan menjauh dari pusara makam eommaku. Dua orang itu setia
mengikutiku dari belakang. Setelah jarak yang cukup pas, aku melanjutkannya
lagi. “Aku sudah curiga sejak eomma mendapat uang yang begitu banyak secara
tiba-tiba. Tidak hanya itu, diam-diam eomma sering bertelfon dengan laki-laki
yang dipanggilnya tuan lah,sajangnim lah. Ah! Aku kurang tau. terakhir, dia
pergi malam hari dengan alasan rapat dengan atasannya di Busan road. Tapi
ternyata dia bohong. Aku mengikutinya dan yang kudapati…dia menunggu seseorang
di lobby hotel Jjang.” Jelasku dengan sedikit kesal dan sedikit menangis lagi.
“Apa kau tau siapa atasan
ibumu?” tiba-tiba namja cantik itu menambahkan pertanyaan padaku.
“Yang pernah kudengar, namanya
Hwang. Aku saja tidak tau kenapa eomma bisa kenal orang china seperti dia.”
“Seperti inikah orangnya?” tanya
namja yang satunya dengan menyodorkan sebuah foto lagi padaku.
“Siapa itu tuan Ryu?” tanya
namja cantik penasaran dengan foto siapa yang dipegang oleh namja yang
dipanggilnya tuan Ryu itu.
“Istrinya direktur Lim, yang
kemarin barusan bertunangan.”
Mataku membulat lebar. “Ya
benar. Bahkan orang ini yang membuat eomma masuk ke hotel. Aku heran sekali,
apa orang china itu selingkuhan eommaku? Apa itu yang namanya Hwang?” balasku
mulai berang terhadap orang yang didalam foto itu.
Namja bernama Ryu itu mengangguk
pelan pada dirinya sendiri. “Siapa namamu anak muda?” tanya namja itu padaku.
“Kim Jong Dae tuan.”
“Tolong besok datanglah ke
pengadilan korea jam 10 pagi.” Perintahnya padaku lalu meninggalkanku begitu
saja. dia dan asistennya memberiku ucapan terima kasih dengan menyerahkan kartu
nama dari identitas mereka berdua. Mungkin dengan adanya mereka, inilah jalanku
yang mulai terbuka untuk keadilanku. Besok,tunggulah kedatanganku pengadilan!
>>>
Beruntung usahaku mencari tau
tentang kantor dari orang yang bernama Hwang itu telah kutemukan. Sekarang,aku
akan melabraknya didalam kantor perusahaannya itu. berbagai alat telah ku
persiapkan demi kelancaran aksiku. Beruntungnya lagi, adikku tidak merepotkanku
karena dia minta diasuh oleh nenek dari eommaku.
Ketika langkahku sudah sampai
diperusahaan ini, betapa terkejutnya aku dengan seluruh anggota keamanan sedang
lengang. Bahkan aku masuk dengan pakaian penyamaran saja diperbolehkan masuk,
kau tau. aku tidak perlu memakai tanda pengenal palsu untuk masuk ke ruang
utama. Melewati lobby pintu utama, aku tidak bertanya pada petugas yang kokoh
berdiri menyambutku karena aku sudah memiliki denahnya sebelumnya. Hahaha…
Setelah menyusuri beberapa
kondisi dilantai dasar, aku beralih menuju lantai kedua. Sepanjang koridor
keadaan disini memang sepi. Orang lalu lalang saja tidak ada dan. Eits tunggu.
Dibanyak ruangan juga banyak pekerja yang tidak hadir untuk menyibukkan diri.
Kemanakah mereka? Ketika aku sampai ke salah satu tikungannya, aku mendengar
beberapa orang ada didepan sebuah ruangan meski jauh dari jarak kakiku berdiri.
“Mari manager, anda harus cepat
sebelum presdir disidang.” Sepertinya kemarin aku mendengar suara ini.
“Aku sudah cepat Assisten Ryu,
tapi kenapa bisa langsung disidang?” yang suara ini,aku baru mendengarnya.
Mungkin dia orang baru.
“Maaf manager Oh Sehun. Kita
tidak punya banyak waktu untuk menjelaskannya.” Aha, suara namja ini persis
seperti suara namja cantik yang kemarin mengintrogasiku.
“Benar manager, saran tuan Byun
Baekhyun sangatlah benar.” Nah,aku ingat. Ini pasti suara tuan yang dipanggil
Ryu itu. jadi, nama namja cantik itu Byun Baekhyun. Cocok sekali dengan
parasnya yang tegas namun seindah malaikat.
Terdengar,langkah mereka
terhenti. “Aish…aku akan kembali mengambil beberapa barang yang bisa kujadikan
bukti di pengadilan nanti. Bisakah tuan Ryu dan Baek Hyun menungguku?”
“Baik manager.”
>>>
“Hebat sekali orang yang mampu
membobol code password ruangan semewah ini.” ucapku seorang diri berhenti
sejenak menatap keypad ruangan ini. karena tidak terkunci secara otomatis, jadi
tidak ada halangan saat memasuki ruangan semewah ini yang bukan milikku. Ku
amati beberapa banyak fasilitas yang terpampang disetiap sudut ruangan kerja
disini. Andai saja hidupku bisa lebih kaya lagi, pikirku.
Aku beralih ke bagian dapur,
terlihat ada semangkuk sarapan pagi yang masih segar. Apalagi makanan dimangkuk
itu tidak bersih tanpa sisa. Sepertinya sang pemakan tidak semangat menyantap
sarapannya itu. kemudian beberapa langkah darisitu, aku menuju ke bagian kamar.
Kutemukan beberapa foto 2 namja dan beberapa buku catatan. Aku juga mengambil
buku telepon yang berada dibawahnya.
“Oh?”
Aku terkejut ketika seseorang
namja jakung berambut cokelat itu juga ikut terkejut melihatku,mungkin…ini
kamar miliknya.
“Apa kau yang mempunyai ruangan
ini? maaf aku lancang.” Ujarku padanya yang masih terkejut melihat
keberadaanku,dia juga melihat barang-barang yang terbawa oleh tanganku.
“Emm…ambil saja barang-barang
yang ingin kau butuhkan karena disini bukan kamarku.” Kata namja itu sambil
terburu-buru mencari sesuatu disudut bawah.
Aku mencoba ikut mendekatinya
“Lalu kau siapa dari pemilik ruangan ini?”
“Tawanan. Namaku Oh Sehun.”
Namja bermarga Oh itu kini merangkak-rangkak dan membungkuk ke bawah lemari dan
brankas-brankasnya.
Aku memutar bola mataku sambil
tersenyum penuh rencana. “Aku Kim Jong Dae,boleh kutau siapa yang menjadikanmu
tawanan?”
Sehun menghentikan pencariannya
dan berdiri menatapku. “Aku ditawan oleh Kris hyung dan si panda Hwang Zhi Tao
itu, apa kau juga kenal mereka?” lalu dia kembali merangkak lagi. “sepertinya
aku pernah mengenal namanya…” gumamnya terlalu pelan hingga aku tidak bisa
mengartikan apa yang dia katakan.
“apa kau bilang?”
“Tidak. Apa kau juga kenal
mereka?” hampir aku menjawab namun. “Apa kau melihat tali tampar disini?”
Aku terkejut lagi, “O-oh…apa
benda itu yang ada dibawah lemari kecil disana?” kutunjuk jariku kearah tempat
tidur yang barusan ku masuki tadi. Sehun berlari kencang ke kamar itu lalu
langsung menjatuhkan diri dan meraba-raba lantai dibawah lemari kecil tersebut.
“Makasih yaa!! Aku harus pergi
secepatnya.”
“tunggu!” cegahku berteriak
ketika dia sudah berlari. Lalu akhirnya dia berhenti sejenak meski tidak
berbalik kepadaku. “Bisakah kita bekerja sama menjatuhkan si Hwang
bersamaku?aku juga memiliki masalah serius dengannya.”
“Kau juga…” Sehun mulai berbalik
kearahku.
“Eommaku meninggal karenanya. Jadi…bukankah
itu termasuk masalah serius.” Sehun mengangguk serius padaku. Lalu mengajakku
untuk keluar dari ruangan ini menuju ke suatu tempat.
>>>
Itu kan orang yang berada
disalah satu foto yang ditunjukkan padaku waktu Ryu dan Baek Hyun menanyaiku
didekat makam eomma. Aku benar-benar terkejut melihat orang seperti dia yang
memiliki jiwa berwibawa dan berkepemimpinan itu duduk dimeja persidangan.
“Em, Baek Hyun. Kenapa tuan presdir berwibawa
seperti dia ada dimeja persidangan?” tanyaku pada namja yang duduknya paling
dekat denganku.
“Yaitulah presdir Suho, dia
terkena tuduhan membunuh suami dari manager Hwang Zhi. Tapi percayalah dia
bukanlah orangnya. Kau harus percaya bahwa dia tidak tau apa-apa dan sudah
pasti tidak pantas untuk dipersalahkan…”
Aku terhanyut sejenak, tidak
membalas lagi dari ungkapan Baek Hyun lagi. sesekali aku melirik sekeliling
ruangan pengadilan Negara ini. para kerumunan baik pembela salah satu pihak
maupun hanya sebagai saksi telah datang mengisi kursi-kursinya yang kosong.
Heranku muncul sudah,jauh sekali jika seandainya aku yang mengalami hal seperti
demikian. Sudah dipastikan jika aku,aku akan depresi dan mengulur waktu untuk
proses persidangan ini. akan kubuat proses persidangan menjadi lamban dan aku
tidak akan jadi dibunuh juga.
“Kepala Hakim Soo telah datang.”
Tiba-tiba suara penyambutan dari salah satu perangkat pengadilan. Semua terdiam
memperhatikan betul suasana yang akan terjadi setelah ini.
“Mari kita mulai salah satu
spekulasi dari saudara Kim Joon Myeon. Apakah saudara memiliki hubungan teman
atau hubungan lainnya dengan wanita berusia 50 tahun Yong In Ja?” tanya Kepala
Hakim membuka acara persidangan ini
“Tidak, saya sama sekali tidak
mengenalnya.”
“Apakah saudara pernah bertemu
atau sekedar berkomunikasi lewat perantara?”
“Saya tidak pernah mengenalnya.
Dia orang baru yang saya dengar barusaja.” Namja bernama Kim Joon Myeon itu
menunduk meski tangannya menggenggam erat mic yang diberikannya sebelum masuk
ke ruangan ini.
“Dewan pertimbangan silahkan memberi
pertanyaan.”
Lalu salah satu dewan
pertimbangan maju mendekati presdir itu. “Saudara Kim Joon Myeon,apakah tuan
memiliki dendam ataukah tuan yang didendamkan oleh Direktur Lim?”
“Saya tegaskan saya tidak
memiliki dendam padanya dan saya tidak pernah tau jika saya didendamkan,karena
saya tidak pernah melakukan perseteruan dengan beliau.”
Dewan pertimbangan dibelakangnya
mulai bergilir maju “apakah tuan Kim menyimpan perasaan tidak suka dengan istri
dari mendiang direktur Lim ketika mendapatkan sesuatu?”
“Saya bukan tipe penyimpan
umpatan. Meski dia adalah teman saya,saya tidak akan menyimpan umpatan saya
dengan lama.”
Aku melihat seorang lagi yang
ada dibelakang orang yang kedua itu, “Pernahkah tuan mengetahui bahwa istri
Direktur Lim,tuan Hwang pernah tersakiti oleh perlakuan tuan sebelumnya?”
Terlihat presdir memejamkan mata
sejenak, “Saya tidak bisa membaca perasaan terdalam seseorang. Namun,saya bisa
mengatakan itu mungkin pernah meski tidak sengaja.”
“Cukup Kepala Hakim Soo.” Orang
itu memberi hormat dan kembali pada posisinya dibangku dewan pertimbangan.
“Pembela silahkan mengajukan
pernyataan.”
Ryu berdiri dari bangkunya yang
tepat disamping presdir. “Presdir Kim Su Ho adalah orang yang berwibawa dan
berkepemimpinan baik. Saya adalah tangan kanan kepercayaan yang untuk
mendampingi setiap pemimpin perusahaan induk, namun presdir Su Ho adalah
pemimpin sementara diperusahaan. Saya sangat mengerti gerak-geriknya dengan
kata lain semua pertanyaan yang diajukan tadi itu benar sesuai faktanya.”
“Cukup.” Sela kepala hakim,
“Saksi satu,silahkan anda maju.”
Seorang yeoja berpakaian kerja
kini maju dan duduk dimeja khusus yang menghadap ke penonton. “Saya sekretaris
Choi membenarkan hal yang sama sesuai kata dari Assisten Ryu Gak.”
“Saksi dua,”
Giliran orang disampingku yang
duduk dimeja khusus itu. “Saya pegawai baru Byun Baekhyun. Membenarkan hal yang
sama. Presdir Suho tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan orang-orang
asing yang baru muncul disebutkan namanya tadi. Malah,presdir Suho adalah
korban karena partner kerjanya, Manager Oh Sehun telah diculik oleh orang China
selama berbulan-bulan lamanya. Hanya mencari tau dan mencari tau,selama ini
hanya itu. presdir Suho tidak pernah berseteru dengan orang lain selain saya
dan tuan Ryu Gak.”
“Apa-apa’an kau beraninya
menghina orang China sepertiku. Cih!” sela seseorang yang ternyata dialah Hwang
yang selama ini dimaksudkan sejak kemarin. Mencurigakan dia membantah tanpa
diberi kesempatan.
“Lanjutkan tuan Byun.”
Persilahkan lagi oleh kepala Hakim.
“Saya menginvestigasi semuanya
dari awal, yang saya temui adalah kejanggalan bahwa ada permainan dari orang
dalam dan orang dari cabang di China. Beberapa orang yang saya tanyai
mengiyakan bahwa manager Oh benar-benar dibawa ke China dan diculik dengan
motif berencana.”
“Apa maksud anda?” tanya Kepala
Hakim lebih antusias
“Oh tuan kepala hakim soo,
bukankah anda harus mengikuti prosedur untuk menanyakan keterangan dari
saksi-saksi selanjutnya. Kurasa anda melewati kapasitas prosedur.” Tiba-tiba
namja disamping Hwang itu, tampaknya dia adalah tangan kanannya.
Seluruh ruangan terdiam untuk
beberapa detik. “Jika tuan merasa ini melewati kapasitas prosedur. Apakah tuan
sedang merasa terpojokkan dan ketakutan bila pihak penggugat akan kalah?”
potongku dengan suara yang lantang,aku tersenyum senang karena saat itulah
orang-orang memperhatikan apa yang kuucap baru saja.
>>>
AUTHOR POV
“….Jika tuan merasa ini melewati
kapasitas prosedur. Apakah tuan sedang merasa terpojokkan dan ketakutan bila
pihak penggugat akan kalah?” potong seorang namja dengan suaranya yang lantang,
namja itu tersenyum senang tatkala ketika kalimatnya terselesaikan,seluruh mata
memandangnya penuh tanya antusias.
Kepala Hakim sempat melirik kiri
kanannya. Lalu dia mengetok palu ditangan kanannya. “Melebihi kapasitas
prosedur itu memang. Namun bilamana keterangan satu saksi mampu membuka
beberapa sub-sub petunjuk baru, maka hal itu sah-sah dilakukan selama
kewenangan Kepala Hakim seperti saya mengizinkannya untuk ber-lan-jut!” sekali
lagi dia mengetok palu dan memfokuskan pandangannya yang menyindir kepihak Tao.
Melihat keadaan yang seperti
ini, Baek Hyun mulai berbicara. “Maksud saya,manager Oh menghilang ketika
utusan dari cabang perusahaan China. Yaitu tuan Hwang hanya meminta manager Oh
saja yang menemuinya,dan sangat menolak jika itu diwakili oleh sekretaris atau
presdir sendiri. dengan kata lain,logisnya saja pasti ada motif tertentu yang
terjadi dibelakang presdir Suho yang menggunakan partner presdir Suho,yakni manager Oh sebagai alatnya.”
“Terima kasih dan cukup.
Silahkan saksi ketiga.dari pihak hotel Jjang.”
Orang yang dimaksud pun berdiri
dan duduk dibangku saksi. “Saya selaku pengelola dan pengawas hotel Jjang
diBusan Road sangat menyesal atas kejadian ini. saya tidak mengetahui bahwa
mengapa keamanan dihotel saya bisa kecolongan berkas CCTV dan membuat lancar
aksi pembunuhan ini. saya minta maaf.” Kata namja yang mulai tua itu dengan
berlinang air mata.
Kepala hakim menanggapi dengan
kesunyian dan wajah datarnya. Lalu tiba-tiba salah satu dewan pertimbangan
berdiri maju ke tengah-tengah ruangan. “Kepala Hakim Soo,izinkan saya
mengajukan beberapa pertanyaan pada saksi-saksi dan pelaku.” Kepala hakim
menganggukkan satu kali.
“Saudara Byun Baek Hyun apa
peran anda dalam pencarian Manager Oh yang hilang dan siapa saja yang terlibat,
baik sekedar membantu maupun mengganggu.”
Baek Hyun mengangguk pasti,ia
mengangkat micnya agar dekat dengan mulutnya. “Saya sebagai asistennya, dan
mengenai orang yang terlibat. Kris membantu saya saat investigasi ke
perbatasan. Disana juga saya sempat diganggu oleh namja bertubuh tinggi namun
sangat muda. Dia mengejar-ngejar saya dengan anggapan saya adalah detektif yang
dikaguminya.”
“Apakah orang yang bernama Kris
hadir di persidangan ini Saudara Byun?”
Baek Hyun memandangi satu
persatu orang yang hadir didalam pengadilan maupun yang menunggu dijendela
apakah ada atau tiada. Sayangnya,namja itu tidak ada dan membuat dirinya
bingung. “Sepertinya dia tidak datang karena dia tidak tahu apa-apa mengenai
sidang ini tuan.”
“Baik, sidang dilanjutkan satu
jam lagi.” Kepala Hakim lalu mengetok palunya, pertanda sementara dibubarkan.
Baek Hyun gelisah menggenggam
ponselnya sambil mengetik pesan singkat untuk seseorang. “Ayolah Kris ku mohon
baca smsku…” ucapnya memohon pada ponselnya sendiri.
>>>
“Kapan kau memberiku bagian dari
sahammu Kris?” tanya Lay dalam suasana kafe yang ramai dengan music namun hanya
dia dan Kris sebagai pelanggan yang menempati kafe itu.
“Jangan meragukanku Lay, kerjamu
tidak akan kubayar murah.”
“Tapi kau seperti
mempermainkanku mempermainkan janjimu sendiri. Kau tidak tau aku sangat
membutuhkannya sekarang!” balas Lay lebih keras dibanding nada suara
sebelumnya.
“Hey hey sabar saja. memangnya
seberapa penting kau membutuhkannya untuk apa? kau kira aku juga tidak
menunggunya…” Kris membenarkan posisi duduknya.
“Aku mau membeli bisnis untuk
anakku yang akan lahir Kris!” Kris hanya tersenyum remeh menanggapinya.
“Tunggu. Kau bilang kau juga menunggunya? Bukankah semua ini dibawah
kendalimu?”
“Itu dulu, tapi sekarang semua
Tao.” Sebuah pesan masuk berkali-kali mengganggu pembicaraannya. “Sebentar.”
Kris membuka pesan masuknya itu. –Kris,bisakah kau datang ke pengadilan
sekarang?aku butuh saksimu- “Memangnya dia kenapa,bisa saja kalau bercanda.”
“Ah. Aku lupa memberitahumu.
Hari ini Tao mengadakan persidangan untuk mengadili Suho. Dia bercerita padaku
bahwa dia yakin dia menang dan dengan begitu. Asset-asset suaminya bisa
dibagikan pada kita. Bukankah itu sangat menguntungkan sekali Kris.”
Kris terjingkat, lebih maju lagi
merapat pada Lay. “Apa kau bilang? Sekarang Tao mengadakan persidangan?!”
“Iya…masah kau pacarnya sendiri
tidak tau?”
Kris terkejut lagi ditambah
bunyi pesan masuk berdering lagi. –Kris, kumohon berikan kesaksianmu. Jika
tidak,akan ada nyawa yang terbunuh dan aku akan tinggal ditahanan- Kris segera
bangkit dari posisinya.
“Mau kemana?!” tanya Lay sangat
terkejut melihat reaksi Kris terburu-buru.
“Kepengadilan sekarang, aku mau
menyelamatkan dan memberi saksi untuk seseorang.”
“Hah? Michosseo!!! Kita semua
akan mati jika kau memberi keterangan. Aku tidak mengizinkanmu. Duduk!” Lay
bersikeras mendudukkan kembali Kris.
“Kalau aku tidak pergi memberi
keterangan, apa omongan tao bisa dijamin?”
“Tentu saja bisa. Kalau tidak.
Ya jelas-jelas kita akan menendangnya ke Sungai Han.”
“Aku tidak yakin aku bisa
tenang. . .”
>>>
“Panggil saksi dari keluarga
tersangka pembunuhan.” Jong Dae maju ke bangku utama saksi. “Apa yang anda kenal sosok Yong In Ja?”
Jong Dae mengangguk, “Dia adalah
eomma saya. Terkadang dia terlalu tertutup namun belakangan dia terlalu intens
berinteraksi dengan atasannya yang saya ketahui bernama tuan Hwang. Saat itulah
saya semakin curiga dan curiga hingga pada puncaknya, saya mendapati dia
membohongi saya. Katanya mau menghadiri rapat di Busan road namun yang terjadi,
dia menunggu tuan yang disana itu di lobby hotel yang tidak jauh dari situ.”
Jong Dae menunjukk lima jarinya kepada Tao.
“Hey anak muda kau tidak sopan
sekali.” Sahut Tao tidak terima dituduh lebih dalam.
Kepala Hakim mengetukkan palu ke
meja, “Cukup! Semua diam dan silahkan hakim anggota memberi putusan.”
Lalu Hakim yang bertag name
marga Jong itu membenarkan micnya dan berbicara, “Berdasarkan pengamatan dan
penelitian lebih lanjut. Saudara Kim Su Ho atau yang bernama aslikan Kim Joon
Myun dengan ini ditetapkan sebagai terdakwa atas pembunuhan berencana beserta
tindak kejahatan tersembunyi kepada keluarga Lim dan Hwang dengan masa tahanan
2 minggu,yang akan ditetapkan lagi dengan perubahan status dalam persidangan
terakhir yang akan datang.”
Gertak ricuh pun akan dimulai
oleh simpatisan pendukung Suho yang tidak terima atas putusan itu. orang-orang
itu berkali-kali mengumpat tao sang penggugat dan hakim anggota yang membacakan
putusannya.
“Tuan kau tidak adil!!” protes
satu orang, “Kau mengambil keputusan sepihak, ini tidak sesuai dengan apa yang
dilakukan tuan Joon Myun pak!!!” teriak orang lain pada kepala hakim. “Kau tidak
professional menindak terdakwa yang tidak bersalah!” ungkap orang yang lain itu
menunjuk semua perangkat pengadilan. “
Lalu Suho berdiri dan menghadap
kearah pendukung lainnya. “Cukup teman-teman dan tuan-tuan. Saya
berterimakasih. Simpati kalian cukup membuat saya semakin tegar. Doakan saya
dapat melewati segalanya.” Seketika itu, kericuhan dan ribut antar argument
reda. Keadaan menjadi lebih tenang. namun, kepolisian yang berjaga sejak tadi
itu kini membawa Suho dengan terburu-buru.
>>>
Hari ini, sesuai yang semua
pendukung Suho tau bahwa hari ini adalah sidang kedua kasus namja itu. para
simpatisan yang tidak berperan aktif seperti para karyawan,maupun keluarga Suho
itu sedang berdoa penuh memohon agar Suho disidang kali ini menang, menang yang
berarti pertanda akan tidak adanya pidana yang memberatkan Suho. Tapi, dalam
pengharapan mereka, mereka sangat menginginkan Suho bebas tidak bersyarat.
Sementara simpatisan aktif
seperti pengacara, presdir besar Choi Min, asissten Ryu, Sehun, Baek Hyun, dan
Jong Dae yang selaku anak dari saksi tersangka yang telah mati, mereka
berkumpul diluar ruangan persidangan dan saling berdebat.
“Kali ini kita harus sekuat tenaga
meyakinkan bukti-bukti yang kita miliki adalah benar.” Kata pengacara memulai
perdebatannya.
“Saya juga mempunyai banyak
keterangan yang cukup berpengaruh. Saya sudah mengumpulkan buktinya dan saya
yakin tuan Hwang dapat terkalahkan.” Tambah Jong Dae dengan perasaan kesal yang
menggebu-gebu.
“Apapun itu, saya berharap penuh
pada keterangan dan bukti-bukti yang kalian miliki. Saya mohon selamatkanlah
kebebasan Kim Suho, ne?” harap cemas tuan Choi Min.
“Baik presdir. Kami akan
berusaha. Sepertinya persidangan akan dimulai.” Ungkap Baek Hyun mengingatkan.
Lalu mereka semua masuk ke ruang persidangan. Mereka begitu terpukul melihat
namja terdakwa yang duduk disana itu lebih kurus dari dua minggu yang lalu.
Atau mungkin saja pandangan mereka yang menipu mereka karena sudah dua minggu
itu mereka tidak melihat Suho setiap harinya.
Kepala Hakim mengetuk palunya,
“Dari pihak terdakwa, apakah ada bukti baru yang konkrit yang bisa ditunjukkan.
Silahkan bicara berurutan.”
Ryu Gak berdiri, “Ada bukti yang
saya temukan bahwa akar dari kasus ini adalah dendam karena menurut orang-orang
dari tuan Choi Min selaku presdir besar kami. Tuan Hwang merasa iri ketika tuan
Suho mendapat jabatan menggantikan presdir. Karena tuan Suho sering berpartner
dengan tuan Manager Sehun, maka tuan Hwang menyekap tuan Sehun dan berlanjut
sampai seperti ini.”
Dilanjutkan dengan namja
disampingnya, yakni Baek Hyun “Saya telah membawa bukti dikertas kronologi yang
telah saya cetak. Saya membawa juga beberapa foto ruangan tuan Hwang yang
dipergunakan sebagai penyembunyian Manager Sehun. Secara realistis dan logika, menurut
saya tuan Hwang melakukan dengan sengaja sebagai tebusan agar presdir Suho
menyerahkan jabatannya dengan Manager Sehun sebagai tawanannya.” Lalu kertas
itu diberikan pada pengacara utama yang duduk berdampingan dengan Jong Dae.
Jong Dae berdiri dengan
tangannya yang mengepal. “Saya selalu mencurigai Yong In Ja kenapa mendapat
uang banyak dengan tiba-tiba, pergi dan pulang begitu saja secara tidak
terjadwal, dan mendapat telpon berulangkali oleh namja yang dipanggil Hwang
sajang-nim. Tapi selama saya mengenalnya,saya tidak pernah mengetahui ia
berinteraksi dengan tuan Suho atau Kim Joon Myun. Untungnya di TKP,saya
diperbolehkan masuk oleh pihak hotel. Anggapan dari penelitian hawa yang saya
miliki,Yong In Ja hanya masuk sebentar lalu berjalan menuju botol racun itu
hanya untuk meninggalkan sidik jarinya saja. saya juga menemukan potongan
sarung tangan yang sengaja digunting dan dibuang dibalik jendela. Logisnya,
pelaku sengaja menyewa Yong In Ja untuk sidik jarinya saja. itu tandanya ia
tidak pernah melakukannya.” Lalu Jong Dae memberikan potongan sarung tangan
yang sudah dimasukkan kedalam plastic kepada pengacara kedua disampingnya.
Kini, pengacara utama memberi
keterangan, “Dari kronologis pihak Hwang, saya melihat banyak bukti
kejanggalan. Dan atas kematian direktur Lim. Mungkin memang terjadi pembunuhan
dengan racun yang disuntikkan ke kerongkongan korban sesuai dengan vonis pihak
forensik. Tapi, pelaku pergi dan memanggil pihak ketiga. Masalah wasiat, saya
crosscek dari para pegawai satu kantornya, Direktur Lim terkenal kaya harta dan
sangat mencintai Hwang meski dia sering mengacuhkannya. Hubungan itu bisa saja
dimanfaat Hwang untuk memperoleh kekayaan yang berlimpah melebihi terdakwa
Suho. Kesimpulannya,wasiat yang tertulis sengaja dipercepat atas dasar rencana
kematian yang sudah disusun matang oleh…Hwang.”
Pengacara dari Tao naik pitam.
“Hey kau! Jadi pengacara yang masuk akal dong!! Dihukum ini, sesama pengacara
tidak boleh menjelekkan kliennya satu sama lain. Kau paham! Tutup saja mulutmu
itu dengan batu.” Ungkapnya marah sambil menggebrak meja dan menunjuk pada
pengacara tersebut.
Kepala Hakim mengetuk palu
sebanyak 4 kali. “Sidang ditunda selama satu jam atas bukti yang sama-sama
berbobot bagi terdakwa.”
Satu jam kemudian, para
perangkat pengadilan itu duduk kembali dikursi mereka masing-masing dengan
membawa kumpulan kertas yang begitu banyak. “Hakim anggota, silahkan beri
putusannya.”
“Saudara Kim Suho atau bernama
asli Kim Joon Myun, berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul secara konkrit. Atas
kesepakatan para dewan pertimbangan pengadilan bahwa saudara dirubah statusnya
menjadi tersangka_” para simpatisan mengamuk-amuk,namun kepala hakim mengetuk
palu dengan kerasnya. Kemudian hakim itu kembali mengangkat kertasnya. “dirubah
statusnya menjadi tersangka dengan hukuman berlapis. Dan atas semua itu,
berdasarkan hukum pidana pengeksploitasian nyawa manusia dan tindak pembunuhan
yang berlaku, saudara dikenakana hukuman tembak mati dilapangan kemiliteran
setelah sidang berakhir.”
Pengacara dari pihak Suho
berteriak, “Kepala hakim! Atas dasar apa hukuman tembak mati dijatuhkan secepat
ini?!! peraturan dalam hukum menafsirkan hukuman itu dilakukan ketika sidang
sudah berjalan empat kali. Ini kan baru dua!”
Kepala hakim mengetuk palu,
“Bukti-bukti ini sudah cukup mewakili dua sidang selanjutnya. Jadi wajar saja.”
simpatisan itu kembali meramai, Kepala hakim kembali mengetuk palunya,
“Silahkan saksi terpidana Suho memberi pembelaan terakhir.”
“Saya!” Baek Hyun berdiri
mengacungkan tangannya. “Saya bisa memberikan keterangan kuat bila kekasih saya
hadir disini. Saya mengatakan ini karena kekasih saya, Kris Wu memiliki kisah
mantannya yang sama seperti ini. mungkin saja, Kris benar-benar terkait karena
mantannya adalah tuan Hwang. Terus terang saja, Kris juga pernah beberapa kali
berdebat dengan Presdir Suho dikantor kami. Saya mohon Kepala hakim memberikan
waktu untuk saya mencarinya. Saya akan membawanya dan akan saya yakinkan pada
para hakim bahwa dia dapat merubah putusan ini secara monoton.” Kata
“Putusan tidak dapat diterima
mengingat saudara Kris bukan termasuk dalam pembela maupun saksi terkait dari
salah satu pihak yang bersangkutan.” Kepala hakim menoleh ke polisi-polisi
didekat pintu pengadilan. “Bawa terpidana.”
Semua penonton baik wartawan
maupun simpatisan seluruh pihak mengikuti kemana polisi itu membawa Suho keluar
dari tempat pengadilan. Memang,lapangan kemiliteran hanya berjarak beberapa mil
dari kantor pengadilan. Maka dari itu proses hukum selalu bertindak tepat waktu
dinegara itu. tapi, sebelum keluar dari kawasan pengadilan, Suho berhenti
sejenak.
“Boleh ku minta waktu sebentar
untuk bicara dengan mereka?”Suho menatap sendu simpatisan aktifnya,terlebih
pada Baek Hyun. Lalu polisi-polisi itu mengijinkannya. Pertama,Suho menarik tangan Baek Hyun kesebuah koridor
disampingnya. “Baek Hyun-ah, saya tidak akan melupakan dedikasimu selama
bersama saya sejauh ini. saya beruntung menjalin kedekatan ini karena…saya
pernah menganggapmu sebagai cinta dihati saya.”
“Presdir…saya,akan berusaha
terus memperjuangkan kasus anda tuan Presdir Suho.” Tak terasa air mata Baek
Hyun turun, Suho langsung membawanya dalam pelukan terakhirnya.
“Saya tetap mengingatmu meski
saya akan mati setelah ini.” ungkap Suho
setelah melepaskan pelukannya, tapi ia kembali memeluk singkat Baek Hyun.
Disusul setelah itu, Choi Min,Ryu Gak, Sehun,dan Jong Dae menghampiri Suho.
Mereka hanya memberi semangat lewat pelukan dan salaman tanpa berkata satu kata
pun. Semua terlihat sedih menatap Suho perlahan jauh dan kembali ke polisi yang
membawanya itu.
>>>
Siang itu sudah tiba bagi para
pekerja kantoran untuk break dari aktivitas kerjanya. Ada ayng menghabiskan
waktu diluar kawasan kantor, ada pula yang didalam. Itu yang kini dilakukan
oleh Ryu Gak, Presdir besar Choi Min, Baek Hyun, dan salah satu pekerja
baru,Jong Dae. Mereka menghabiskan makanan mereka masing-masing dikafe pribadi
kantor tersebut. Meski tidak diselangi bercanda,mereka tidak membahas topic
yang membosankan selain topic project-project masing-masing.
Kris dari jauh memandang mereka
penuh rasa bersalah, cemas, gelisah, dan takut. Namun,sebenarnya pusat
perhatian yang dipandangnya itu adalah Baek Hyun, bukan orang-orang
disekitarnya. Namja cantik itu sangat terlihat jelas didepannya,dia duduk
menghadap jalan yang ditapakinya itu. dia terlihat bertambah cantik dimatanya
saat meraih strawberry dengan sumpitnya itu.
Baek Hyun baru terpikir untuk
memerintah matanya melihat kearah depannya itu. Ternyata,seorang namja yang
mematung memandanginya itu membuat Baek Hyun mengalihkan kesal pandangannya.
Kemana saja kau selama ini_pikir Baek Hyun dengan namja itu. tapi, Baek Hyun
tidak dapat membohongi hatinya bahwa sebenarnya ia rindu dengan sosok namja
itu, akhirnya Baek Hyun menatapnya lagi perlahan lebih lama. Sayang,ketika namja
itu sadar bahwa ia memandanginya. Namja itu pergi dengan ketakutan. Baek Hyun
mengerucutkan bibirnya.
“Hya Baek Hyun, makan-makan
kenapa kesal?” tanya Jong Dae disebelahnya.
“Tidak apa-apa.” Baek Hyun
tersenyum, lalu beranjak. “Maaf,saya ijin keluar sebentar.”
“Oh! Ya silahkan saja Byun.”
Persilahkan sang presdir besar Choi Min.
Baek Hyun cepat-cepat keluar,
diedarkannya pandangan ke semua penjuru. Baek Hyun mencari sosok yang pernah
menjadi kekasihnya itu. Baek Hyun beralih keluar dari halaman parkir, ketika
langkahnya menuntun ke sebuah gang disampingnya. Baek Hyun menemukan sosok itu,
iya. Kris tengah bersandar dengan kepalanya yang tertunduk bersalah.
Jarak mereka terhitung satu
meter, tapi. Ketika Baek Hyun ingin mendekatinya, Kris malah melangkah
menjauhinya. Eh? Pikir Baek Hyun dalam hati. Ia melihat langkah Kris yang aneh,
langkahnya yang terhuyung seperti orang yang sedang menahan sakit. Baek Hyun
terus mengikutinya sampai Kris berhenti atau…menoleh padanya.
Dari gang lahan parkir, melewati
tikungan gang lagi yang menghubungkan toko-toko penjual topi fashion dan
beberapa pedagang makanan tradisional korea. Berjalan lebih jauh lagi, Baek
Hyun tetap mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba Kris berhenti ketika melihat
arah kiri belakangnya, tapi sayangnya Kris tidak membalikkan badan untuk
sekedar melirik Baek Hyun. Kris memundurkan dua langkahnya, ia berjalan menaiki
gang tinggi yang ditempuh dengan berjalan diatas anak tangga.
Baek Hyun terkejut, tangan Kris
sekilas memegangi dadanya. Ada apa dengannya?apa kau sakit Kris_tanya Baek Hyun
dalam hati. Ia menaiki tangga saja harus berpegangan pada dinding disampingnya.
Setelah sampai puncak, Kris tetap menumpukan tangannya pada dinding yang
tersisa. Tiba-tiba Kris ambruk dengan memegangi dadanya yang sakit.
Dibantu dengan beberapa orang
yang melintas disekitarnya, Baek Hyun meminta pertolongan untuk membawanya ke
klinik dekat situ. Ketika Kris sudah sadarkan diri, Kris langsung menggapai
tangan Baek Hyun yang setia menunggu disampingnya.
“Bab-Baek Hyun-ah…hhh..tolong
selesaikan…hhh…selesaikan aku…” ujar Kris sambil memegangi dadanya.
“Apa maksudmu Kris, katakan
dengan jelas...” ulang Baek Hyun kepadanya.
“Aku ingin…membela
Suho…jera…aku…aku jera bersembunyi dengan Tao…maaf…”sekali lagi Kris mengatakan
dengan nafas yang tersenggal-senggal layaknya orang habis berlari. Padahal,Baek
Hyun tau Kris hanya berjalan pelan dari tadi.
Tao-tao-tao…sepertinya Baek Hyun
tidak asing dengan nama itu. perlahan,mata Baek Hyun membelalak seiring ia ingat
siapa nama itu. “Penggugat itu? memangnya apa hubungannya denganmu Kris…”
“Dialah mantanku yang
ku…ceritakan padamu...aku sangat ingin mengatakan hal…sebenarnya.” Ungkapnya
masih dengan nafas yang sama. “Aku…berjanji memberikan, ah…pengakuan sebenarnya
apa yang…terjadi…”
“Besok sidang satu tahun kasus
presdir Suho. Kami akan membahasnya ulang meski presdir telah mati. Kau mau
ikut?” tanya Baek Hyun masih tidak mengerti.
“Tolong kau dampingi aku ya Baek
Hyun-ah…”
“Iya. Kau tenang saja Kris.”
Baek Hyun mengusap-usap rambut Kris dengan lembut.
>>>
Dengan hadirin orang-orang yang
sama pada saat sidang pertama maupun kedua, baik dari pihak pembela Suho maupun
pembela Tao yang dibilang cukup sedikit. Mereka datang tepat waktu,hanya ada
satu saksi penting yang masih belum terlihat juga dipengadilan pagi itu.
ya,siapa jika bukan karyawan tersayang dari mendiang presdir terbaik Suho,Baek
Hyun. Namun juga, suasana pengadilan terasa berbeda kala itu. hadir juga
orang-orang baru yang duduk di dewan pertimbang dan hakim anggota.
Kepala Hakim datang, tapi mereka
ada dua orang. Satunya kepala hakim Soo dan satunya,mereka tidak kenal.
Lalu,Kepala Hakim baru itu mengetuk palunya. “Apa saksi-saksi yang hadir sudah
lengkap?” seluruhnya memandangi kiri kanan masing-masing. Jong Dae saat itu
yang paling sadar akan satu kekurangan.
“Saudara Byun Baek Hyun belum
datang.” Kata Jong Dae.
“Saya kepala hakim utama saat
ini.” saat itu juga dia baru memakai name tagnya. Orang-orang membacanya dengan
nama Tae Jung Doo. “Saya telah mempelajari berkali-kali kasus ini,banyak menuai
kejanggalan. Maka dari itu saya juga bisa merangkap sebagai dewan pertimbangan
hukum dan jaksa. Sekarang,yang saya butuhkan lagi adalah keterangan dari
saudara Byun dan…tuan Hwang. Apa anda bersedia.” Hadapnya kini memandang Tao.
Tao melipat tangan diatas perut
dengan posisinya yang duduk, “Saya sudah memberikan semua keterangan pada
pengacara saya Kepala Hakim Tae.”
Kemudian, dua orang masuk ke
ruangan itu dengan wajah menyesalnya,mereka adalah Baek Hyun dan Kris. Lalu
Baek Hyun berdiri didepan bangku pembela. “Maaf saya terlambat,tapi saya
membawa saksi baru.” Saat itu Tao memandang dirinya sepenuhnya
benar,mengandalkan telinga sudah cukup daripada melihat. “Namanya tuan Kris
Wu.” Lanjut Baek Hyun membuat Tao tercekat dan menoleh dengan terkejut.
“Apa status Kris Wu bagi saudara
Byun?”
“Mungkin saya sendiri harus
menjawabnya sebelum terlambat.” Potong Kris padahal Baek Hyun bersiap
menggerakkan mulutnya agar menjawab. “Dulu saya membenci Suho, namun sekarang
saya sadar dan ingin menyelamatkan kebebasannya.” Kris menjeda,ia menatap
isyarat Kepala Hakim Tae.
“Silahkan lanjutkan.”
Keadaan pengadilan benar-benar
tenang,memperhatikanapa yang terjadi saat itu. “Saya yang membantu tuan Hwang
Zhi Tao menggebukan perasaan iri dan dendamnya atas kekuasaan tuan besar Choi
Min kepada Suho. Sejak itu kami menyusun rencana menculik partnernya,manager
Sehun. Lalu mengajak Tao merayu-rayu direktur Lim agar semakin cinta mati
padanya dan segera menikahinya. Sehingga,jika kami mendapatkan direktur Lim
yang kaya dan berkuasa itu. kami akan mudah membalikkan nama perusahaan induk
Glow Eyes Publishing Company yang sementara dijalankan oleh Suho,bisa menjadi
nama Tao. Hingga setelah itu,Tao bercerita pada saya akan rencananya membunuh
suaminya itu tapi tidak dengan tangannya. Tao bilang ada ahjumma yang bersedia
mengabdi untuknya…”
Kris menghela nafasnya, “dengan
bayaran beberapa juta won. Dia tidak sendiri,asistennya Gyu Rim juga membantu
penembakannya kepada yeoja itu saat polisi memborgolnya didepan kamar hotel
itu. tapi,saya tidak diajak berunding soal penuduhan kuat pembunuhan direktur
Lim ialah otak dari perlakuan Suho. Simpulnya saja, Suho tidak bersalah.”
Simpatisan Suho bergeming tidak
terima. “Siapa orang-orang yang terlibat dalam kasus ini?” tanya Tae lagi.
“Saya, Tao, Lay. Dia seorang
karyawan penyusup yang saya bayar. Lalu Woon,petugas lobby utama. Ryu Gak,dan
ahjumma bayarannya. Ah tapi biarkan saya berkata sekali lagi. Suho tidak bersalah dan bukti-bukti para pembela itu
benar semua. Justru bukti dari Tao itu palsu. Jadi kepala Hakim Tae,bisa kau
ganti lagi vonisan Suho…temanku?” ungkap Kris memelas. Lalu ia menengok Baek
Hyun yang mulai sedih. “Maafkan aku Baek Hyun-ah,aku membohongimu. Maafkan
aku…”
Baek Hyun menghapus air matanya
dan tersenyum pada Kris. “Gwenchana, kau sudah mengungkap keadilan yang
terbaik. Kau hebat, berani jujur sebagai lelaki sejati.” Baek Hyun meraih
tangan Kris dalam genggamannya.
Kepala Hakim itu mengangguk pada
hakim anggota yang baru. Lalu namja itu berdiri. “Kepala Hakim Soo,dewan
pertimbangan dan hakim anggota yang lama telah dipecat dan dijadikan tersangka
atas penyuapan dengan sejumlah ratusan juta won untuk pelolosan vonis hukuman
mati terhadap saudara Kim Su Ho.”
“Bacakan putusannya.” Perintah
Tae.
Kemudian,hakim anggota
sampingnya berdiri. “Dengan ini pengadilan menyatakan bahwa Saudara Kim Su Ho
atau bernama aslikan Kim Joon Myun tidak bersalah dan wajib bebas tanpa
bersyarat dari jeratan pidana apapun. Dan untuk para tersangka dikenai hukuman
pengeksploitasian nyawa seseorang, pembunuhan berencana,pemalsuan bukti dan
keterangan,penjebakan terhadap seseorang,penyuapan,dan penyalahgunaan kekuasaan
atau jabatan serta lain-lain. Atas ini,tersangka dapat dikenakan hukum penjara
minimal empat tahun atau hukum tembak mati atau hukuman sesuai permintaan para
korban dan saksi yang terkait.” Kepala
Hakim Tae mengetuk palu,pertanda keputusan itu mutlak tidak dapat diganggu
gugat.
Nafas lega mereka dapatkan sudah,
meski terpidana sudah mendiang. Namun mereka bahagia atas putusan yang telah
adil bagi mereka. Suho,dimata mereka benar-benar tidak bersalah,mereka tau itu.
Suho memang tidak tau apa-apa dan tidak bersalah. Dan kini,mereka mendapat
jawaban yang berpihak padanya.
Eomma,akhrinya aku bisa
menemukan jawaban dari kecurigaanku selama ini padamu. Sudahlah eomma…jauh
disana,jangan pikirkan lagi soal pengabdian konyolmu untuk tuan itu. kami sudah
tabah menerima keputusanmu ini. biar begitu,kau tetap eommaku dan adikku.
¯END¯
Makasihh
buat kamu kamu yang mendukung dn pantengin FF ini yah makasih :D bahagia tak
ternilai akhirnya selesai juga… jangn lupa complain/saran/ngritik yah. Saya
tunggu oke ^_^ bentar,udh dijemput Suho nih ke khayangan nih :xD #maraton._.