Rabu, 07 Oktober 2015

FF GOTHAM LULLABY | | Straight FF of CHEN and EXO members | Very Pain




Cast :
Chen/Kim Jong Dae
Young Ara as target (OC)
Kris/Wu Yi Fan
Chanyeol/Park Chan Yeol
Baekhyun/Byun Baek Hyun
Xiumin/Kim Min Seok
Suho/Kim Jong Myun
Genre :
Fantasy
Action
Romance
Thriller
Rate :
PG17
Warning is Dangerous! Cerita ini mengandung unsure sadis, pertumpahan darah, dan tindakan criminal yang tidak patut dicontoh dalam kehidupan moral sehari-hari. Semua dibawah kreatifitas imajinasi penulis. Jika ada tokoh,latar,alur yang sama itu hanya unsur kebetulan semata yang tidak memiliki maksud untuk menjiplak karya pihak lain.
Semua ini author terinspirasi dari FILM BERSERI yang menjadi favorit author sejak kecil berjudul RESIDENT EVIL. Namun, semua konsep cerita dan pendukung lainnya tetap berasal dari ide kreatifitas imajinasi author. Tidak ada yang menjiplak sisi mana pun.
Happy reading…





“Tidak, selamanya aku tidak akan mengertikan dirimu. Kau biadab.”


Kepala Sekolah menghela nafasnya. “Aku tidak bisa meloloskan kehendakmu. Aku banyak dihujat oleh semua sekolah dan institute yang diberi ijin untuk instansi perekrutan itu. Mereka menghujat karena adanya kau. Kau bagi mereka, bagaikan hama yang mereka takuti akan menggagalkan segala impian mereka di Lab itu. Bahkan, aku ditawari milyaran juta won hanya untuk sekedar mencegahmu ikut, ada juga membunuhmu bagaimana pun caranya yang penting kau tidak ikut perekrutan itu.”


“Katakan itu bohong, Pak. Aku kenal dirimu selalu tidak serius jika berbicara dengan orang yang lebih muda dari dirimu.”


“Tidak, Chanyeol. Kali ini aku serius.”Kepala Sekolah menatapnya penuh ketegasan. Chanyeol bisa membaca kalau orang itu kali ini sedang tidak berbohong.


Chanyeol mendekat ke Kepala Sekolah, mengirimkan tatapan frustasi pada orang itu.“Lalu apa gunanya mimpi dan kepintaran yang sudah ku kumpulkan sampai hari ini? Untuk apa? Jelaskan padaku, Pak!”



Itu juga akan berguna, Chanyeol. Kau bisa tetap menggunakannya, nanti...kalau kau mau untuk mencari jawaban itu lewat jalan lain. Sementara ini, tatalah hatimu untuk meredam api didalam hatimu. Sementara ini juga, cobalah untuk menerima dan mengalah sebentar.


Katakan padaku!! Aku sunggguh tidak mengerti, Pak!Chanyeol menggebrak tembok di belakang punggungnya.


Aku...tidak sanggup mengatakan motif sesunggunya.Kepala Sekolah mencengkram dadanya sendiri. Berjalan perlahan dan duduk lagi dikursi kerjanya. Lalu menangkup kepalanya diantara kedua tangannya.


Kau boleh membenciku selamanya. Aku siap dibunuh olehmu atau disuruh mati. Kalau iya, secepatnya aku akan bunuh diri, didepan matamu akan kulakukan.


Kau menghancurkan mimpiku! menyembunyikan apa yang menjadi penghalangku. Kau mengenalku lebih dari aku mengenalmu, jadi kau tau pasti apa mimpiku sejak dulu. Ku tekankan lagi, aku bercita-cita menjadi ilmuwan terhebat di dunia. Kalau sejak awal kau berniat seperti ini. Harusnya kau tidak menyuruhku masuk ke sekolahmu sendiri. Buang aku...Chanyeol berjalan kearah pintu, dia sudah memegang gagang pintunya.


Atau buang saja dirimu sendiri. Kurasa, kau lebih mementingkan ocehan mereka dari pada sepatah kata dari anggota keluargamu sendiri.


Chanyeol keluar. Ia tidak langsung pergi, tapi bersandar tepat di depan pintu ruang kepala sekolah. Di depan, sudah terlihat banyak guru dan mahasiswa yang berdiri memandang prihatin padanya. Mungkin dibenak mereka. Mereka merasa iba dengannya, iba juga dengan hubungan yang kurang erat antara anak lelaki dan ayahnya. Eits, itu salah. Tapi ayah tirinya.


Chanyeol, kau baik-baik saja?tanya Baekhyun, di belakang lelaki itu juga ada teman mahasiswa dan mahasiswi lainnya.


Ya.singkat Chanyeol memijat kasar dahinya.


DOOR


Semua terkejut. Suara tembakan berasal dari ruang kepala sekolah menggemparkan seluruhnya. Chanyeol segera masuk bersama orang-orang di kampusnya itu. Tak lama kemudian, seorang keamanan dan beberapa banyak orang-orang berjas putih layaknya professor dan ilmuwan. Mereka berbondong-bondong masuk. Dari seragamnya dan tag words di jas itu, Chanyeol membaca sebuah logo persegi 6 dengan lambang W ke-7. Chanyeol terpaku memandang mereka dan jasad ayah tirinya.


Biar kami yang mengurusnya. Kalian semua keluar dan tenanglah. Ini bagian dari tugas kami, menjalankan pesan terakhirnya.ujar salah seorang yang berjas putih dengan kacamatanya yang terkesan bukan kacamata baca,tapi lambang sekedar gaya-gayaan. orang itu terlihat seumuran seperti ayah tirinya.


Chanyeol, ayo kita keluar. Menenangkan dirimu.tawar Baekhyun menggamit lengan Chanyeol. Chanyeol menepisnya dengan kasar hingga tangan Baekhyun terbentur ke tembok. Masih terpaku dalam pandangannya. Tapi Baekhyun tidak menyerah dan tetap menggamit lengan Chanyeol keluar ruangan. Akhirnya dia berhasil membawa pergi Chanyeol tanpa perlawanan lagi.

AKU LELAH! AARRRGGGHHHH. . . .!racau Chanyeol menggaruk kasar rambutnya.


Tenang Chanyeol, tenang.kata Baekhyun lagi.


Seorang bagian keamanan yang membantu eksekusi ayah tirinya tiba-tiba menghampiri mereka. Mana yang bernama Park Chanyeol disini?tanya orang berseragam lengkap ala snipper handal.


Ini, dia yang sedang frustasi. Itu Chanyeol.kata Baekhyun menunjukkan Chanyeol pada orang itu.


Atas janji yang dibuat antara ibu kandung dan ayah tirimu, aku harus mengajakmu ke pelatihan militer. Mereka sudah menyiapkan administrasi sebesar milyaran juta won hanya untuk memasukkan dirimu dan belajar yang sangat handal pada agent kami. Apa kau mau ikut kami?


Chanyeol beranjak dari sandaran duduknya. Apa? Jadi agent militer seperti itu? tanya Chanyeol menelisik.


Benar. Kami agent militer dan keamanan rahasia. Kau harus mau kalau benar kau sayang pada salah satu dari orang tuamu itu.


Ambil saja, Chanyeol. Bukankah semasa TK ke SD, kau pernah bercerita tentang cita-citamu yang menjadi anggota militer angkatan laut. Ingat yang itu kan?bisik Baekhyun pada Chanyeol.


Chanyeol mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya. Aish...tau begitu aku tarik omonganku.Chanyeol menghela nafas. Baiklah aku mau.


Oh Pak militer, bisa bawa aku juga? Aku akan belajar dengan keras dan membayar iurannya dengan teratur.rajuk Baekhyun yang ikut tertarik.


Orang itu tampak menimbang-nimbang rajukan Baekhyun dengan keras. Akhirnya, dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Chanyeol dan Baekhyun bergantian. Selamat. Kalian berdua bergabung dalam tim kami. Namaku, Sersan Suho.


***

Beberapa bulan setelah ia dan Baekhyun bergabung dengan agent militer dan keamanan rahasia ini. Hampir lebih dari setengah tahun banyak perubahan yang dirasakannya. Yang lebih menyiksanya adalah kehampaan yang sangat menguasai hatinya disela-sela kegiatan dengan pelatihan keras yang ada di agent ini.


Chanyeol dengan malas kali ini menerima jatah makan di nampan yang dibawanya. Terlebih lagi, Baekhyun tidak ada menemaninya karna anak itu sedang berlatih keras akibat tertinggal jauh dalam menyelesaikan misi yang diberikan komandan teratasnya. Chanyeol duduk sendirian di satu bangku. di bangku seberangnya terdapat dua orang laki-laki yang sibuk mengobrol sambil bersantap, terlihat seperti sepasang teman akrab sejak lama.


Hey, Taejon. Kau sudah dengar belum kalau operator otak W ke-7 adalah orang terdekat Master yang menciptakan Lab terbesar didunia itu?


lelaki yang awal dipanggil Taejon itu menghentikan suapan dimulutnya. Aku tau yang itu, Liam. Hanya saja aku masih penasaran operator otak W ke-7 itu laki-laki atau perempuan. Kalau kabar lain, aku belum update. Belakangan ini aku sibuk menyelesaikan misi dengan anak baru bermarga Byun.


Apa yang mereka maksud,Baekhyun?__pikir Chanyeol terus makan.


Begini Taejon, aku dengar dari senior sersan diluar sana. Lab itu baru saja menculik remaja SMA untuk dijadikan percobaan 10 tahun yang akan datang. Ku dengar namanya Park Hae Na.


Jadi, gadis itu disandra dulu?


Tepat sekali. Dari namanya, Park Hae Na. Kurasa dia sangat cantik seperti Taeyoon SNSD.


Chanyeol langsung beranjak dan menodong Liam. Siapa katamu?Ulangi namanya siapa?!



Liam tergagap ketakutan. Park—Hae—Na. Ya, itu namanya, Chanyeol. Ke-kenapa?


KENAPA KATAMU?! DIA ITU ADIKKU SATU-SATUNYA DI DUNIA INI!! ITU PASTI DIA!Taejon menahan bahunya agar tidak menonjok Liam, Taejon menyuruhnya untuk duduk.


“Apa kau punya fotonya? Akan ku yakinkan itu adikmu atau bukan, Chanyeol.”kata Taejon tenang. Lalu Chanyeol dengan cepat menyodorkan foto adiknya. Taejon meraihnya dan menanyakan pada Liam. “Liam, apa seperti dia, Park Hae Na sandra yang kau maksud?”


Liam dengan takut pun mengangguk. Chanyeol menonjok meja makan bangku Taejon dan Liam. Chanyeol menangis tapi tetap menahannya meski tak terbendung.


Kami turut prihatin dan sedih atas adikmu, Chanyeol. Ku harap tegarlah. Kalau kau ingin kami menggali informasi tentang Park Hae Na. Kami siap melakukannya untukmu asal kau tetap tegar dan menyelesaikan pendidikan militermu ini.


Ia mengangguk lemas dan tertunduk dalam diamnya. Berhari-hari kemudian, Chanyeol menemukan titik terang baru. Taejon dan Liam memberikan banyak informasi yang bermanfaat untuk dirinya sendiri. Dimulai dari info mengenai Park Hae Na yang masih baik-baik saja di Lab, tapi artinya suatu saat dia bisa tidak baik-baik saja. Lalu siapa saja nama tentara atau pengawal yang terlibat soal Hae Na, salah satunya ada teman satu SMAnya, yang cukup dekat dikenalnya. Dan mengingat namanya itu, membuat Chanyeol sedikit sakit.


Mirisnya...

Nama Choi Ha Na


Chanyeol mendengus kesal. Mencoba lagi menenangkan dirinya sendiri yang terbalut emosi. Tapi ada satu info lagi yang ditegaskan oleh Taejon padanya. Temannya itu berkata bahwa ada seorang mayat laki-laki yang sedang diawetkan di Lab itu. Katanya lagi, itu mayat laki-laki paruh baya yang meninggal karena bunuh diri di sebuah sekolah terkenal di kalangan atas.


Chanyeol sempat bertanya pada Taejon lebih jelas itu sekolah mana dan siapa namanya. Tapi kata Liam, Taejon saat itu terlihat kesal karena Chanyeol terus bertanya dan bertanya padanya. Maka Liamlah yang maju menawarkan mencarikan informasi lebih lanjut meski situasi di tempat regunya bertugas lebih genting daripada tempat regunya Taejon.


Sampai pada akhir dimana ia berhasil dilantik menjadi sersan di regunya sendiri. Chanyeol tidak mendapat jawabannya yang ia cari kesekian tahunnya. Ia pernah mendatangi Taejon maupun Liam, tapi selalu terganggu karena seniornya lagi seniornya lagi. Hingga dititik terakhir ia geram dengan ulah senior yang selalu mendadak melimpahkan tugas melatih praja pada dirinya. Chanyeol menduga bahwa seniornya memang sengaja mencegahnya bertemu dengan dua orang itu. Sampai, telinga Chanyeol mendengar berita bahwa Taejon dan Liam meninggal dunia akibat perang yang entah Chanyeol kurang paham maksud misi yang membuat mereka mati dan dimana entah tempatnya itu.


Chanyeol saking sibuknya, terlena, dan terlalu berdedikasi pada agent militer dan keamanan rahasia yang menaunginya selama ini. Chanyeol sampai tidak tahu sendiri bahwa ia telah bekerja untuk perusahaan yang dibencinya.


dibencinya karena yang telah menyandra Park Hae Na, adik satu-satunya...


dibencinya karena yang telah membuatnya geram ingin membalas dendam...


balas dendam soal yang ternyata dalang dibalik gagalnya dirinya diizinkan ikut dalam perekrutan ilmuwan di W ke-7 adalah operator otak W ke-7...


apalagi, ternyata (mayat) Ayah tirinya yang sengaja diawetkan untuk kepentingan laboraturium sendiri...


sungguh, ia sangat berkobar dalam kebenciannya saat ini...



Xiumin menggeleng-geleng. Ternyata ia tidak tahu  bahwa rekan kerjanya ini ternyata memiliki kebencian yang sedemikian rupa pada perusahaan laboraturium seperti ini.


Sedetik kemudian, Ipad berlogo symbol W ke-7 itu bergetar. Menandakan sesuatu tidak beres sedang disampaikan lewat pesan di Ipad itu. Chanyeol, sebentar lagi kita dapat pesan. Atau perintah.


Chanyeol hanya menoleh sedikit tidak suka. Apa lagi? gumamnya.


Xiumin membuka pengunci layar di Ipad itu. Ini komandan.kata Xiumin memberitahu. Pesan suara.


Ya komandan?tanya Xiumin ke layar Ipad.


(Xiumin, apa yang kalian lakukan di posisi yang sama? Disini aku khawatir kalian seperti dalam kesusahan saja. Apa ada kendala hebat disana?)


(...ya, apa sebuah zombi atau penemuan genesis lain?) sahut suara Baekhyun menambahi.


Tidak ada, Komandan, Sersan Baekhyun. Kami aman. Hanya saja kami sedang berdiskusi sambil terus berjalan.


(Cepatlah, Sersan Xiu. Waktu terus berjalan. Berhati-hatilah dengan Mutasi Hong Feng.)


Mengerti! Komandan!


(Tapi tunggu, Sersan Xiu. Ada yang janggal diradar GPS yang aku lihat disini.)


Xiumin mengerutkan dahi, Chanyeol pun juga. Beserta empat pasukan lainnya yang menyertai mereka berdua juga melakukan hal yang sama karena Xiumin memperbesar volume pesan suara itu agar terdengar oleh orang selain dirinya.


Maksud, Komandan?



(Jika Chanyeol dan yang lain juga mengecek radar GPS masing-masing. Kau akan tahu hal yang sama yang aku persoalkan.)


Hening sesaat suara Komandan Suho terdengar teredam oleh suara riuh dari pendingin ruangan diseisi Laboraturium.


(Aku ingat kalau disana hanya ada enam orang. Tapi, di radarku kalian ada tujuh orang. Disamping itu, aku sudah mengecek semua pasukanku dan sersan disini masih lengkap. Itu artinya tidak ada yang mengikuti kalian lagi. Jadi...siapa radar GPS ketujuh yang ada di antara kalian?)


DEG!

Mendadak, Xiumin merasa seperti sedang dalam bahaya dan ancaman besar. Tapi kemudian ia melihat ke belakang dan teringat satu makhluk yang ikut bersamanya, Bull.


Komandan, mungkin GPS itu milik Bull. Aku tidak tahu persis itu benar atau tidak. Tapi anggotaku memang sekarang ada tujuh  makhluk hidup.


(Oh...Baiklah. Berhati-hatilah dan selalu siaga. Bergegaslah meski dalam bahaya besar. Ingatlah selalu slogan yang aku tanamkan.)


Awasi sekitar sebelum bahaya muncul. ujar Xiumin langsung. Terima kasih, Komandan. Kami harus bergegas sekarang.


(Iya)


Ayo, Chanyeol. Kita hampir sampai di  blok 18.kata Xiumin pada Chanyeol yang mewakili semuanya.

Suasana mengerikan pun memenuhi koridor itu. Koridor yang sangat panjang dan terang tapi suara hening pun teredam jelas karena kesibukan Hong Feng yang berusaha mendobrak pintu terus-menerus.

tanpa di komando oleh sersan yang paling tua atau paling muda diantara mereka. Mereka semua memakai sarung tangan dan sarung kaki cicak dalam konsentrasi dan ambisi kuat untuk berhasil dengan selamat.

Yang pertama kali menempelkan diri ke dinding koridor itu ialah Chanyeol. Dia menengok sejenak ke Xiumin dan ketiga tentaranya. Dia memperoleh anggukan dari Xiumin, membuatnya akhirnya duluan untuk berjalan menempel di dinding koridor itu.

Chanyeol berhasil. Dilanjut dengan dua tentara pertama dan Xiumin. Mereka juga berhasil. Kemudian barulah dua tentara terakhir tepat berada di belakang Xiumin. Mereka berjalan merayap dengan tenang dan konsentrasi tinggi. Sementara Bull tampaknya diam untuk mengambil ancang-ancang terbaik melewati pintu darurat proteksi bahaya Mutasi Hong Feng.

Chanyeol merayap dengan penuh rasa hati-hati sekaligus takut. Sejenak, dia berhenti dan membuat Xiumin berkerut bingung ada apa dengan dirinya. Chanyeol memberi petunjuk dengan gerakan jari-jari tangannya bahwa dia takut. Xiumin membalas dengan tepisan tangan menunjuk Chanyeol agar tetap terus merayap.

Detik berikutnya, Chanyeol benar-benar tak menyangka bahwa dia mampu merayap melewati pintu darurat bahaya Mutasi Hong Feng itu. Chanyeol berseru dalam hati. Xiumin juga menyusul gembira karena dirinya juga berhasil merayap melewati dengan tenang hingga Hong Feng terlihat diam—tenang dan tidak mendobrak-dobrak pintu itu.

Xiumin berbisik, “Sekarang kita hanya perlu menunggu dua teman kita.”

Chanyeol mengedap-edipkan matanya. “Jarang sekali kau bicara soal hal sepele seperti barusan.”

Xiumin mendekatkan mulutnya ke daun telinga Chanyeol dan menutupi dengan salah satu tangannya agar gerakan mulutnya tidak mudah terbaca. “Aku tidak mau mengakuinya, tapi ini serius. Aku sedikit mengkhawatirkan tentara pilihanmu itu.”

Chanyeol mengibaskan tangan lalu tertawa“Tidak mungkin, hyung. Aku tidak pernah salah pilih selama—“

“Ini berbeda.” sela Xiumin. “Kita bukan di dunia kita. Laboraturium ini sebenarnya bagaikan dunia game fantasi. Tidak akan pernah selamat, apalagi keluar jika kita tidak menang duluan.”

Chanyeol menghela nafas berat, “Terserah padamu hyung.”

Mereka berdua berharap baik dalam hati. Berdoa dalam diam dan terus mengamati pergerakan yang dilakukan oleh tentara terakhir yang posisinya masih merayap. Tentara tersebut merayap dengan sangat lambat. Membuat Chanyeol terkadang malas mengikuti Xiumin menatap terus orang tersebut.

Barulah dia dapat melewati pintu berbahaya itu. Tentara itu mendarat dengan tatapan bingung karena Xiumin terus memandangnya intens.

“Sersan?”

Xiumin menggeleng cepat dan tidak menjelaskan apa alasan tatapannya. Sementara Chanyeol mengarahkan pandangannya untuk segera melanjutkan perjalanan.

Beberapa diantara mereka berjalan sambil melepaskan kaos kaki dan sarung tangan cicak mereka. Yang tidak melakukannya hanyalah Chanyeol dan Xiumin serta satu tentara tepat di belakang Chanyeol.

Mereka berjalan dengan serius dan melirik dengan waspada. Hanya dua tentara paling belakang yang tidak memiliki rasa sungkan untuk berdialog. Bahkan keduanya sedikit melakukan guyonan.

“Aku tidak percaya yang tadi itu sangat mengacu adrenalin.”kata tentara pertama.

“Benar, aku juga.”tentara kedua membalas sambil menggosok-gosok hidungnya.

“Jujur saja ya, aku ingin pensiun sebenarnya. Makanya aku ingin cepat-cepat keluar dari agensi ini.”

Tentara kedua tidak menjawab. Dia lebih asyik menggosok-gosok hidungnya yang terlihat gatal.

“Kwon, jangan keras-keras. Hidungmu sudah memerah lho. . .”

Tentara yang dipanggil Kwon itu tetap saja menggosok-gosok hidungnya. Bahkan lebih kasar.

“Kwon.”

Kwon berdecak kesal. “Ini gatal sekali. Aku tak main-main.”

Xiumin sudah merasakan sebentar lagi ada bahaya, dia pun menggenggam erat senapan panjangnya. Lalu memberi isyarat ke Chanyeol dengan mencoleknya menggunakan senapannya tersebut. Tapi saat Chanyeol menoleh, ternyata dia tidak paham apa maksudnya.

Xiumin pun harus terpaksa berhenti sendirian. Dia melirik ke Bull. Terlihat hewan itu nampaknya berubah sikap. Bull menjadi gemetaran seolah-olah tidak mampu menghalau nafsu bertahun-tahunnya selama ini.

Bull menggeram. Tentara pertama di depan Kwon merasakan ada yang mulai tidak beres. Dia pun berkata. “Kwon, Bull...”

Namun percuma, Kwon tetap menggosok hidungnya yang kini mulai mengeluarkan sedikit darah yang membekas di salah satu jari tangannya.

Kwon malah berhenti dan sibuk memfokuskan diri menggaruk hidungnya. Semua tentara dan kedua sersan menghadap  ke Kwon. Mereka mulai mengangkat sengaja dan mengarah ke Bull yang berada di belakang Kwon.

Tanpa terduga sedetik pun, kesiapan mereka berlima tidak berarti. Tiba-tiba Bull menerkam Kwon dengan sekejap tanpa suara gemuruh untuk bearancang-ancang membuat teriakan Kwon pun teredam dengan cepat.

Bull memakan Kwon dengan lahapnya. Mencabik-cabik setiap anggota tubuhnya hingga yang tersisa hanyalah bagian kaki dan kain yang melekat di tubuhnya. Kini, Bull yang kelaparan terlihat jauh lebih ganas dan menyeramkan sedang mengadah kearah lima orang di depannya.

Chanyeol berjalan paling maju diantara kelima orang tersebut. Matanya melotot dengan penuh kemarahan. Sesaat dia menatap CCTV yang ada di dekat kepalanya.

“OPERATOR W KE-7!”Seru Chanyeol penuh amarah. “KAU KEPARAT!!”

〆〆〆

Aku duduk di dekat tangga.

Saat aku melirik kearah Komandan beserta satu sersan dan para tentaranya yang berjaga di sekitar Kris Hyung. Aku melihat Komandan tiba-tiba tercengang sambil menatap Ipad berlogo W ke-7 di kedua tangannya.

Aku yang benar-benar penasaran langsung menghampiri Komandan. Aku berjongkok di depannya karena dia duduk bersandar dan mendekap Ipadnya seolah-olah itu dapat menepis sebuah kesedihan.

“Komandan Suho, bisa kita bicara sebentar?”tanyaku membuatnya menyembunyikan Ipad di balik punggungnya.

Aku punya inisiatif lain karena kelihatannya dia cukup shock dengan apa yang ada di Ipad-nya. “Kita bisa bicara di tangga tempatku tadi Komandan jika Komandan keberatan.”

Dia terlihat menyetujuiku. Dia beranjak dan berjalan mendahuluiku ke tangga. Dia telah menaiki lima anak tangga dan duduk di anak tangga ke tujuh. Aku duduk di tangga ke enam agar terkesan aku juga menghormatinya sebagai orang penting disini. Aku menunggunya bicara.

“Aku—tercengang saja saat salah satu GPS pasukanku ada yang hilang. Dinyatakan disana bahwa GPS itu sudah meninggal. Aku tidak ingin berpikiran negatif dulu siapa orangnya. Aku juga tidak ingin menyebarkan berita ini sampai membuat pasukanku yang tersisa menjadi ketakutan dan pergi dari  misi.”ungkapnya terakhir dengan nada bersedih.

Aku menghela nafas, hanya itu yang bisa ku ungkapkan karena aku sendiri tidak ahli dalam menyeimbangkan keadaan saat genting dalam penjalanan sebuah misi perang.

“Menurutku memang lebih baik seperti itu. Jika dalam bahaya, lebih baik membuktikan dulu meski harus menunggu daripada salah mencerna informasi saat bersamaan kita emosi dahulu.”

Komandan mengangguk. “Cukup masuk akal.”

Tiba-tiba aku teringat dengan kekasihku Young Ara. “Kata Master, Young Ara ada dipihak kita. Jika terjadi sesuatu diarea laboraturium. Menurutku dia akan membantu pasukanmu yang ada di dalam bahaya sana. Serum itu justru membuat Young Ara menjadi lebih kuat dan dapat diandalkan. Berdoa saja semoga pasukanmu benar-benar selamat.”

Dia mengangguk dengan tidak semangat. “Ya. Aku akan menaruh harapan padanya.”

“Akan ku lihat GPS mereka di Ipadku.”kataku lalu mengeluarkan Ipad milikku di balik jas kebesaranku.

Aku menyalakan aplikasi pelacak GPS di area lorong W ke-7 blok 16, 17, dan 18. Aku membulatkan mata ketika GPS-GPS itu bergerak lebih cepat berputar-putar di area perbatasan blok 16 dan 17. Aku juga membaca pergerakan Mutasi Hong Feng semakin cepat. Terlihat sekali bahwa rasa haus darahnya semakin menggebu.

Aku tercengang. Aku pun menunjukkan pelacak GPSku ke Komandan. Dia pun juga sama tercengangnya denganku.

“Ini yang ku khawatirkan.”kata Komandan Suho.

“Apa yang di khawatirkan?” tanya Kris Hyung tiba-tiba menyahut dari samping anak tangga.

Aku dan komandan terkejut. Entah kenapa suasana hatiku seperti takut untuk memberitahukan hal buruk ini kepadanya. Aku merasa aka nada kalimatku yang dapat menyinggung hatinya.

“Chen, kenapa diam? Apa ada yang tidak beres?”tanya Kris hyung mulai terdengar sinis di telingaku.

“A-ani. Tidak ada ap, apa-apa hyung. Masih terlihat beres.” kataku dengan gelagapan lalu tertawa hambar. Aku turun dari anak tangga dan menghadap di depan Hyung.

Komandan tampak melempar pandangannya padaku. Sepertinya dia merasakan seperti yang ku rasakan. Mungkin, ada kesamaan pikiran di antara aku dan dia. Lebih baik tidak mengatakannya untuk beberapa waktu sebentar.

Aku pun menyembunyikan Ipadku dibalik saku blazer kebangganku meski dalam keadaan pelacak GPS yang masih menyala. Aku berharap tidak ada bunyi beep yang berarti yang dapat membuat hyung semakin curiga denganku.

“Katakan saja, Chen. Ada apa? Aku mulai curiga pada kesetiaanmu padaku.”katanya dingin sambil menatapku sedikit sengit di bagian kata kesetiaanmu.

Aku tak bisa menahan ini lebih lama. Seandainya jika hyung tidak membawa-bawa nama ‘kesetiaanku padanya’ mungkin aku akan beralasan dengan hal lainnya. Aku tidak tahan. Aku tersinggung saat dia memperdalam tatapan sinisnya pada saat kata kesetiaanmu itu padaku.

Kadang kala, aku bisa memahami sikapnya dan menghargai segala kemurahan hatinya padaku. Tapi kadang kala, aku mengutuk hyung dalam hati karena dia yang perhitungan dan membawa kata kesetiaanmu padaku. Lagi-lagi aku muak. Tapi aku terus berwajah datar saja selagi hatiku sangat muak padanya yang sekali lagi, maafkan aku, sekali lagi membawa kata kesetiaanmu padaku.

Aku memasukkan salah satu tanganku, tangan kiriku ke dalam saku jasku yang ada di pinggang. Disana aku menyembunyikan kepalan tanganku atas kemuakanku padanya. Aku serius. Aku benci saat dia perhitungan dan membawa kata kesetianmu padaku apalagi ditambahi dengan kata ‘mana’. Ini serius menyakitkan mengingat perjalananku sudah sejauh ini dengannya.

Begini hyung. Aku hanya melacak pergerakan GPS para pasukan Komandan Suho yang sudah tiba di perbatasan blok 16 dan 17.kataku hanya menyediakan bagian awalnya yang sebenarnya tidak penting untuk dikatakan, diluar topik aslinya jika presepsiku tidak salah.

Lebih jelasnya sudah bukan bagian itu lagi kan?balasnya mulai marah padaku, aku malah bersyukur. Itu pertanda dia akhirnya merasakan kekesalan, kemuakan, dan kemarahan yang ada di dalam sini akibat pengulangan katanya tadi, kesetiaanmu padaku.ckckckck.

Jelaskan Chen atau aku--!

Cukup.sela Komandan Suho mendahuluiku, sama seperti apa yang ingin dikatakan oleh mulutku.

Pasukanku terjebak. Entah bahaya apa yang menimpa pada mereka tapi aku sedang mengkhawatirkan mereka, Master Wu.  Radar GPS mereka bergerak berputar-putar di posisi yang sama, bahkan salah satu diantaranya sudah dinyatakan mati.jelas Komandan Suho dengan emosi kesedihannya.

Kau—serius sudah memeriksa sensor nafas dan detak nadi yang menempel di tubuhnya?tanya Kris Hyung seakan tercengang.

Sudah.Komandan menggeleng sedih. Semuanya berhenti.

Kris hyung terpaku dalam posisinya di hadapanku. Dia tampak mengolah pikiran dan ingatannya dalam sekaligus. Lalu tak lama setelah itu, dia bergerak dengan gerakan tiba-tiba dan kasar. Dia bergerak menuju telepon bebas di sisi penyanggah lorong.

OPERATOR OTAK W KE-7. CEPAT! CEPAT NON-AKTIFKAN DENYUT JANTUNG GENESIS BULL! CEPAT!!!!teriak Kris Hyung menggemparkan semua orang yang terjaga disekitarnya.

seketika, kami terkejut setelah mendengar suara keras bak sebuah tangan atau mesin menarik tuas saklar kuno pembangkit listrik untuk sebuah lampu. Terdengar keras. Jika kalian dapat mereview ingatan sekali lagi, ini tidak beda jauh kerasnya dengan suara pintu yang di dobrak saat aku dan para rombongan berada di lorong yang sebentar lagi menuju padang gersang untuk membuang kekasihku disana. Dan keadaan jelas berubah menjadi tegang dan men-ce-kam.

〆〆〆

DOR

DOR

DOOR

Tembakan sebesar pun tidak berarti. Itulah yang diyakini Chanyeol meskipun berulang kali dia mengatakan pada Xiumin tapi Xiumin tetap yakin masih ada tembakan lain yang mampu diandalkan.

“Hyung! Sampai kapan menembakinya?! Ku jamin tidak akan bisa berhasil.”kata Chanyeol.

Xiumin terus memfokuskan diri menembaki Bull meski dipihaknya sudah terbantu oleh 2 tentara yang masih bernyawa melindunginya.

“Masih ada jalan Chanyeol. Teruskan saja!”perintah Xiumin terus berkonsentrasi pada Bull.

Bull memang terdiam tapi langkah kakinya tidak berhenti bergerak untuk berusaha maju. Itu bukanlah angin segar bagi para penembak.

Chanyeol berdecak. “Ck.” dia berhenti menembak dan memukulkan pistolnya ke tangannya yang lain. “Jangan habis duluan. Ayolah!”marahnya pada pistol tersebut.

“CHANYEOL!”panggil Xiumin, “Jangan berhenti menembak!”

Terlambat. . .


END

SPECIAL BONUS ON NEXT PAGE
HAPPY READING
AND BEFORE THAN, I VERY THANKYOU SO MUCH FOR YOU.
FOR YOU ‘PEMBACA SETIA’

I’M VERY SPECHLESS ABOUT YOU