Cast
:
Chen/Kim Jong Dae
Young Ara as target
(OC)
Kris/Wu Yi Fan
Chanyeol/Park Chan
Yeol
Baekhyun/Byun Baek
Hyun
Xiumin/Kim Min Seok
Suho/Kim Jong Myun
Genre :
Fantasy
Action
Romance
Thriller
Rate :
PG17
Warning is Dangerous!
Cerita ini mengandung unsure sadis, pertumpahan darah, dan tindakan criminal
yang tidak patut dicontoh dalam kehidupan moral sehari-hari. Semua dibawah
kreatifitas imajinasi penulis. Jika ada tokoh,latar,alur yang sama itu hanya
unsur kebetulan semata yang tidak memiliki maksud untuk menjiplak karya pihak
lain.
Semua ini author
terinspirasi dari FILM BERSERI yang menjadi favorit author sejak kecil berjudul
RESIDENT EVIL. Namun, semua konsep cerita dan pendukung lainnya tetap berasal dari
ide kreatifitas imajinasi author. Tidak ada yang menjiplak sisi mana pun.
Happy reading…
“Tidak, selamanya aku
tidak akan mengertikan dirimu. Kau biadab.”
Kepala Sekolah
menghela nafasnya. “Aku tidak bisa meloloskan kehendakmu. Aku banyak dihujat
oleh semua sekolah dan institute yang diberi ijin untuk instansi perekrutan
itu. Mereka menghujat karena adanya kau. Kau bagi mereka, bagaikan hama yang
mereka takuti akan menggagalkan segala impian mereka di Lab itu. Bahkan, aku
ditawari milyaran juta won hanya untuk sekedar mencegahmu ikut, ada juga
membunuhmu bagaimana pun caranya yang penting kau tidak ikut perekrutan itu.”
“Katakan itu bohong,
Pak. Aku kenal dirimu selalu tidak serius jika berbicara dengan orang yang
lebih muda dari dirimu.”
“Tidak, Chanyeol. Kali
ini aku serius.”Kepala Sekolah menatapnya penuh ketegasan. Chanyeol bisa
membaca kalau orang itu kali ini sedang tidak berbohong.
Chanyeol mendekat ke
Kepala Sekolah, mengirimkan tatapan frustasi pada orang itu.“Lalu apa gunanya
mimpi dan kepintaran yang sudah ku kumpulkan sampai hari ini? Untuk apa?
Jelaskan padaku, Pak!”
“Itu juga akan berguna,
Chanyeol. Kau bisa tetap menggunakannya, nanti...kalau kau mau untuk mencari
jawaban itu lewat jalan lain. Sementara ini, tatalah hatimu untuk meredam api
didalam hatimu. Sementara ini juga, cobalah untuk menerima dan mengalah
sebentar.”
“Katakan padaku!! Aku
sunggguh tidak mengerti, Pak!”Chanyeol menggebrak
tembok di belakang punggungnya.
“Aku...tidak sanggup
mengatakan motif sesunggunya.”Kepala Sekolah
mencengkram dadanya sendiri. Berjalan perlahan dan duduk lagi dikursi kerjanya.
Lalu menangkup kepalanya diantara kedua tangannya.
“Kau boleh membenciku
selamanya. Aku siap dibunuh olehmu atau disuruh mati. Kalau iya, secepatnya aku
akan bunuh diri, didepan matamu akan kulakukan.”
“Kau menghancurkan
mimpiku! menyembunyikan apa yang menjadi penghalangku. Kau mengenalku lebih
dari aku mengenalmu, jadi kau tau pasti apa mimpiku sejak dulu. Ku tekankan
lagi, aku bercita-cita menjadi ilmuwan terhebat di dunia. Kalau sejak awal kau
berniat seperti ini. Harusnya kau tidak menyuruhku masuk ke sekolahmu sendiri.
Buang aku...”Chanyeol berjalan
kearah pintu, dia sudah memegang gagang pintunya.
“Atau buang saja dirimu
sendiri. Kurasa, kau lebih mementingkan ocehan mereka dari pada sepatah kata
dari anggota keluargamu sendiri.”
Chanyeol keluar. Ia
tidak langsung pergi, tapi bersandar tepat di depan pintu ruang kepala sekolah.
Di depan, sudah terlihat banyak guru dan mahasiswa yang berdiri memandang
prihatin padanya. Mungkin dibenak mereka. Mereka merasa iba dengannya, iba juga
dengan hubungan yang kurang erat antara anak lelaki dan ayahnya. Eits, itu
salah. Tapi ayah tirinya.
“Chanyeol, kau
baik-baik saja?”tanya Baekhyun, di
belakang lelaki itu juga ada teman mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
“Ya.”singkat Chanyeol memijat kasar dahinya.
DOOR
Semua terkejut. Suara
tembakan berasal dari ruang kepala sekolah menggemparkan seluruhnya. Chanyeol
segera masuk bersama orang-orang di kampusnya itu. Tak lama kemudian, seorang
keamanan dan beberapa banyak orang-orang berjas putih layaknya professor dan
ilmuwan. Mereka berbondong-bondong masuk. Dari seragamnya dan tag words di jas
itu, Chanyeol membaca sebuah logo persegi 6 dengan lambang W ke-7. Chanyeol
terpaku memandang mereka dan jasad ayah tirinya.
“Biar kami yang
mengurusnya. Kalian semua keluar dan tenanglah. Ini bagian dari tugas kami,
menjalankan pesan terakhirnya.”ujar salah seorang
yang berjas putih dengan kacamatanya yang terkesan bukan kacamata baca,tapi
lambang sekedar gaya-gayaan. orang itu terlihat seumuran seperti ayah tirinya.
“Chanyeol, ayo kita
keluar. Menenangkan dirimu.”tawar Baekhyun
menggamit lengan Chanyeol. Chanyeol menepisnya dengan kasar hingga tangan
Baekhyun terbentur ke tembok. Masih terpaku dalam pandangannya. Tapi Baekhyun
tidak menyerah dan tetap menggamit lengan Chanyeol keluar ruangan. Akhirnya dia
berhasil membawa pergi Chanyeol tanpa perlawanan lagi.
“AKU LELAH!
AARRRGGGHHHH. . . .!”racau Chanyeol
menggaruk kasar rambutnya.
“Tenang Chanyeol,
tenang.”kata Baekhyun lagi.
Seorang bagian
keamanan yang membantu eksekusi ayah tirinya tiba-tiba menghampiri mereka. “Mana yang bernama Park Chanyeol disini?”tanya orang berseragam lengkap ala snipper handal.
“Ini, dia yang sedang
frustasi. Itu Chanyeol.”kata Baekhyun
menunjukkan Chanyeol pada orang itu.
“Atas janji yang dibuat
antara ibu kandung dan ayah tirimu, aku harus mengajakmu ke pelatihan militer.
Mereka sudah menyiapkan administrasi sebesar milyaran juta won hanya untuk
memasukkan dirimu dan belajar yang sangat handal pada agent kami. Apa kau mau
ikut kami?”
Chanyeol beranjak dari
sandaran duduknya. “Apa? Jadi agent
militer seperti itu?” tanya Chanyeol
menelisik.
“Benar. Kami agent
militer dan keamanan rahasia. Kau harus mau kalau benar kau sayang pada salah
satu dari orang tuamu itu.”
“Ambil saja, Chanyeol.
Bukankah semasa TK ke SD, kau pernah bercerita tentang cita-citamu yang menjadi
anggota militer angkatan laut. Ingat yang itu kan?”bisik Baekhyun pada Chanyeol.
Chanyeol mengusap
wajahnya kasar dengan kedua tangannya. “Aish...tau begitu aku
tarik omonganku.”Chanyeol menghela
nafas. “Baiklah aku mau.”
“Oh Pak militer, bisa
bawa aku juga? Aku akan belajar dengan keras dan membayar iurannya dengan teratur.”rajuk Baekhyun yang ikut tertarik.
Orang itu tampak
menimbang-nimbang rajukan Baekhyun dengan keras. Akhirnya, dia mengulurkan
tangannya dan menjabat tangan Chanyeol dan Baekhyun bergantian. “Selamat. Kalian berdua bergabung dalam tim kami. Namaku,
Sersan Suho.”
***
Beberapa bulan setelah
ia dan Baekhyun bergabung dengan agent militer dan keamanan rahasia ini. Hampir
lebih dari setengah tahun banyak perubahan yang dirasakannya. Yang lebih
menyiksanya adalah kehampaan yang sangat menguasai hatinya disela-sela kegiatan
dengan pelatihan keras yang ada di agent ini.
Chanyeol dengan malas
kali ini menerima jatah makan di nampan yang dibawanya. Terlebih lagi, Baekhyun
tidak ada menemaninya karna anak itu sedang berlatih keras akibat tertinggal
jauh dalam menyelesaikan misi yang diberikan komandan teratasnya. Chanyeol
duduk sendirian di satu bangku. di bangku seberangnya terdapat dua orang
laki-laki yang sibuk mengobrol sambil bersantap, terlihat seperti sepasang
teman akrab sejak lama.
“Hey, Taejon. Kau sudah
dengar belum kalau operator otak W ke-7 adalah orang terdekat Master yang
menciptakan Lab terbesar didunia itu?”
lelaki yang awal
dipanggil Taejon itu menghentikan suapan dimulutnya. “Aku tau yang itu, Liam. Hanya saja aku masih penasaran
operator otak W ke-7 itu laki-laki atau perempuan. Kalau kabar lain, aku belum
update. Belakangan ini aku sibuk menyelesaikan misi dengan anak baru bermarga
Byun.”
Apa yang mereka
maksud,Baekhyun?__pikir Chanyeol terus makan.
“Begini Taejon, aku
dengar dari senior sersan diluar sana. Lab itu baru saja menculik remaja SMA
untuk dijadikan percobaan 10 tahun yang akan datang. Ku dengar namanya Park Hae
Na.”
“Jadi, gadis itu
disandra dulu?”
“Tepat sekali. Dari
namanya, Park Hae Na. Kurasa dia sangat cantik seperti Taeyoon SNSD.”
Chanyeol langsung beranjak
dan menodong Liam. “Siapa katamu?Ulangi
namanya siapa?!”
Liam tergagap
ketakutan. “Park—Hae—Na. Ya, itu
namanya, Chanyeol. Ke-kenapa?”
“KENAPA KATAMU?! DIA
ITU ADIKKU SATU-SATUNYA DI DUNIA INI!! ITU PASTI DIA!”Taejon menahan bahunya agar tidak menonjok Liam, Taejon
menyuruhnya untuk duduk.
“Apa kau punya
fotonya? Akan ku yakinkan itu adikmu atau bukan, Chanyeol.”kata Taejon tenang.
Lalu Chanyeol dengan cepat menyodorkan foto adiknya. Taejon meraihnya dan
menanyakan pada Liam. “Liam, apa seperti dia, Park Hae Na sandra yang kau
maksud?”
Liam dengan takut pun
mengangguk. Chanyeol menonjok meja makan bangku Taejon dan Liam. Chanyeol
menangis tapi tetap menahannya meski tak terbendung.
“Kami turut prihatin
dan sedih atas adikmu, Chanyeol. Ku harap tegarlah. Kalau kau ingin kami
menggali informasi tentang Park Hae Na. Kami siap melakukannya untukmu asal kau
tetap tegar dan menyelesaikan pendidikan militermu ini.”
Ia mengangguk lemas
dan tertunduk dalam diamnya. Berhari-hari kemudian, Chanyeol menemukan titik
terang baru. Taejon dan Liam memberikan banyak informasi yang bermanfaat untuk
dirinya sendiri. Dimulai dari info mengenai Park Hae Na yang masih baik-baik
saja di Lab, tapi artinya suatu saat dia bisa tidak baik-baik saja. Lalu siapa
saja nama tentara atau pengawal yang terlibat soal Hae Na, salah satunya ada
teman satu SMAnya, yang cukup dekat dikenalnya. Dan mengingat namanya itu,
membuat Chanyeol sedikit sakit.
Mirisnya...
Nama Choi Ha Na
Chanyeol mendengus
kesal. Mencoba lagi menenangkan dirinya sendiri yang terbalut emosi. Tapi ada
satu info lagi yang ditegaskan oleh Taejon padanya. Temannya itu berkata bahwa
ada seorang mayat laki-laki yang sedang diawetkan di Lab itu. Katanya lagi, itu
mayat laki-laki paruh baya yang meninggal karena bunuh diri di sebuah sekolah
terkenal di kalangan atas.
Chanyeol sempat
bertanya pada Taejon lebih jelas itu sekolah mana dan siapa namanya. Tapi kata
Liam, Taejon saat itu terlihat kesal karena Chanyeol terus bertanya dan
bertanya padanya. Maka Liamlah yang maju menawarkan mencarikan informasi lebih
lanjut meski situasi di tempat regunya bertugas lebih genting daripada tempat
regunya Taejon.
Sampai pada akhir
dimana ia berhasil dilantik menjadi sersan di regunya sendiri. Chanyeol tidak
mendapat jawabannya yang ia cari kesekian tahunnya. Ia pernah mendatangi Taejon
maupun Liam, tapi selalu terganggu karena seniornya lagi seniornya lagi. Hingga
dititik terakhir ia geram dengan ulah senior yang selalu mendadak melimpahkan
tugas melatih praja pada dirinya. Chanyeol menduga bahwa seniornya memang
sengaja mencegahnya bertemu dengan dua orang itu. Sampai, telinga Chanyeol
mendengar berita bahwa Taejon dan Liam meninggal dunia akibat perang yang entah
Chanyeol kurang paham maksud misi yang membuat mereka mati dan dimana entah
tempatnya itu.
Chanyeol saking
sibuknya, terlena, dan terlalu berdedikasi pada agent militer dan keamanan
rahasia yang menaunginya selama ini. Chanyeol sampai tidak tahu sendiri bahwa
ia telah bekerja untuk perusahaan yang dibencinya.
dibencinya karena yang
telah menyandra Park Hae Na, adik satu-satunya...
dibencinya karena yang
telah membuatnya geram ingin membalas dendam...
balas dendam soal yang
ternyata dalang dibalik gagalnya dirinya diizinkan ikut dalam perekrutan
ilmuwan di W ke-7 adalah operator otak W ke-7...
apalagi, ternyata
(mayat) Ayah tirinya yang sengaja diawetkan untuk kepentingan laboraturium
sendiri...
sungguh, ia sangat
berkobar dalam kebenciannya saat ini...
Xiumin menggeleng-geleng. Ternyata ia tidak tahu bahwa rekan kerjanya ini ternyata memiliki
kebencian yang sedemikian rupa pada perusahaan laboraturium seperti ini.
Sedetik kemudian, Ipad berlogo symbol W ke-7 itu
bergetar. Menandakan sesuatu tidak beres sedang disampaikan lewat pesan di Ipad
itu. “Chanyeol,
sebentar lagi kita dapat pesan. Atau perintah.”
Chanyeol hanya menoleh sedikit tidak suka. “Apa lagi?” gumamnya.
Xiumin membuka pengunci layar di Ipad itu. “Ini komandan.”kata Xiumin memberitahu.
“Pesan
suara.”
“Ya
komandan?”tanya
Xiumin ke layar Ipad.
(“Xiumin, apa yang kalian lakukan di
posisi yang sama? Disini aku khawatir kalian seperti dalam kesusahan saja. Apa
ada kendala hebat disana?”)
(“...ya, apa sebuah zombi atau
penemuan genesis lain?”)
sahut suara Baekhyun menambahi.
“Tidak
ada, Komandan, Sersan Baekhyun. Kami aman. Hanya saja kami sedang berdiskusi
sambil terus berjalan.”
(“Cepatlah, Sersan Xiu. Waktu terus
berjalan. Berhati-hatilah dengan Mutasi Hong Feng.”)
“Mengerti!
Komandan!”
(“Tapi tunggu, Sersan Xiu. Ada yang
janggal diradar GPS yang aku lihat disini.”)
Xiumin mengerutkan dahi, Chanyeol pun juga. Beserta
empat pasukan lainnya yang menyertai mereka berdua juga melakukan hal yang sama
karena Xiumin memperbesar volume pesan suara itu agar terdengar oleh orang
selain dirinya.
“Maksud,
Komandan?”
(“Jika Chanyeol dan yang lain juga
mengecek radar GPS masing-masing. Kau akan tahu hal yang sama yang aku
persoalkan.”)
Hening sesaat suara Komandan Suho terdengar teredam
oleh suara riuh dari pendingin ruangan diseisi Laboraturium.
(“Aku ingat kalau disana hanya ada
enam orang. Tapi, di radarku kalian ada tujuh orang. Disamping itu, aku sudah
mengecek semua pasukanku dan sersan disini masih lengkap. Itu artinya tidak ada
yang mengikuti kalian lagi. Jadi...siapa radar GPS ketujuh yang ada di antara
kalian?”)
DEG!
Mendadak, Xiumin merasa seperti sedang dalam bahaya
dan ancaman besar. Tapi kemudian ia melihat ke belakang dan teringat satu
makhluk yang ikut bersamanya, Bull.
“Komandan,
mungkin GPS itu milik Bull. Aku tidak tahu persis itu benar atau tidak. Tapi
anggotaku memang sekarang ada tujuh
makhluk hidup.”
(“Oh...Baiklah. Berhati-hatilah dan
selalu siaga. Bergegaslah meski dalam bahaya besar. Ingatlah selalu slogan yang
aku tanamkan.”)
“Awasi
sekitar sebelum bahaya muncul.”
ujar Xiumin langsung. “Terima
kasih, Komandan. Kami harus bergegas sekarang.”
(“Iya”)
“Ayo,
Chanyeol. Kita hampir sampai di blok 18.”kata Xiumin pada
Chanyeol yang mewakili semuanya.
Suasana mengerikan pun memenuhi koridor itu. Koridor
yang sangat panjang dan terang tapi suara hening pun teredam jelas karena
kesibukan Hong Feng yang berusaha mendobrak pintu terus-menerus.
tanpa di komando oleh sersan yang paling tua atau
paling muda diantara mereka. Mereka semua memakai sarung tangan dan sarung kaki
cicak dalam konsentrasi dan ambisi kuat untuk berhasil dengan selamat.
Yang pertama kali menempelkan diri ke dinding koridor
itu ialah Chanyeol. Dia menengok sejenak ke Xiumin dan ketiga tentaranya. Dia
memperoleh anggukan dari Xiumin, membuatnya akhirnya duluan untuk berjalan
menempel di dinding koridor itu.
Chanyeol berhasil. Dilanjut dengan dua tentara
pertama dan Xiumin. Mereka juga berhasil. Kemudian barulah dua tentara terakhir
tepat berada di belakang Xiumin. Mereka berjalan merayap dengan tenang dan
konsentrasi tinggi. Sementara Bull tampaknya diam untuk mengambil ancang-ancang
terbaik melewati pintu darurat proteksi bahaya Mutasi Hong Feng.
Chanyeol merayap dengan penuh rasa hati-hati
sekaligus takut. Sejenak, dia berhenti dan membuat Xiumin berkerut bingung ada
apa dengan dirinya. Chanyeol memberi petunjuk dengan gerakan jari-jari
tangannya bahwa dia takut. Xiumin membalas dengan tepisan tangan menunjuk
Chanyeol agar tetap terus merayap.
Detik berikutnya, Chanyeol benar-benar tak menyangka
bahwa dia mampu merayap melewati pintu darurat bahaya Mutasi Hong Feng itu.
Chanyeol berseru dalam hati. Xiumin juga menyusul gembira karena dirinya juga
berhasil merayap melewati dengan tenang hingga Hong Feng terlihat diam—tenang dan
tidak mendobrak-dobrak pintu itu.
Xiumin berbisik, “Sekarang kita hanya perlu menunggu
dua teman kita.”
Chanyeol mengedap-edipkan matanya. “Jarang sekali kau
bicara soal hal sepele seperti barusan.”
Xiumin mendekatkan mulutnya ke daun telinga Chanyeol
dan menutupi dengan salah satu tangannya agar gerakan mulutnya tidak mudah
terbaca. “Aku tidak mau mengakuinya, tapi ini serius. Aku sedikit
mengkhawatirkan tentara pilihanmu itu.”
Chanyeol mengibaskan tangan lalu tertawa“Tidak
mungkin, hyung. Aku tidak pernah salah pilih selama—“
“Ini berbeda.” sela Xiumin. “Kita bukan di dunia
kita. Laboraturium ini sebenarnya bagaikan dunia game fantasi. Tidak akan
pernah selamat, apalagi keluar jika kita tidak menang duluan.”
Chanyeol menghela nafas berat, “Terserah padamu
hyung.”
Mereka berdua berharap baik dalam hati. Berdoa dalam
diam dan terus mengamati pergerakan yang dilakukan oleh tentara terakhir yang
posisinya masih merayap. Tentara tersebut merayap dengan sangat lambat. Membuat
Chanyeol terkadang malas mengikuti Xiumin menatap terus orang tersebut.
Barulah dia dapat melewati pintu berbahaya itu.
Tentara itu mendarat dengan tatapan bingung karena Xiumin terus memandangnya
intens.
“Sersan?”
Xiumin menggeleng cepat dan tidak menjelaskan apa
alasan tatapannya. Sementara Chanyeol mengarahkan pandangannya untuk segera
melanjutkan perjalanan.
Beberapa diantara mereka berjalan sambil melepaskan
kaos kaki dan sarung tangan cicak mereka. Yang tidak melakukannya hanyalah
Chanyeol dan Xiumin serta satu tentara tepat di belakang Chanyeol.
Mereka berjalan dengan serius dan melirik dengan
waspada. Hanya dua tentara paling belakang yang tidak memiliki rasa sungkan
untuk berdialog. Bahkan keduanya sedikit melakukan guyonan.
“Aku tidak percaya yang tadi itu sangat mengacu
adrenalin.”kata tentara pertama.
“Benar, aku juga.”tentara kedua membalas sambil
menggosok-gosok hidungnya.
“Jujur saja ya, aku ingin pensiun sebenarnya. Makanya
aku ingin cepat-cepat keluar dari agensi ini.”
Tentara kedua tidak menjawab. Dia lebih asyik
menggosok-gosok hidungnya yang terlihat gatal.
“Kwon, jangan keras-keras. Hidungmu sudah memerah
lho. . .”
Tentara yang dipanggil Kwon itu tetap saja
menggosok-gosok hidungnya. Bahkan lebih kasar.
“Kwon.”
Kwon berdecak kesal. “Ini gatal sekali. Aku tak
main-main.”
Xiumin sudah merasakan sebentar lagi ada bahaya, dia
pun menggenggam erat senapan panjangnya. Lalu memberi isyarat ke Chanyeol
dengan mencoleknya menggunakan senapannya tersebut. Tapi saat Chanyeol menoleh,
ternyata dia tidak paham apa maksudnya.
Xiumin pun harus terpaksa berhenti sendirian. Dia
melirik ke Bull. Terlihat hewan itu nampaknya berubah sikap. Bull menjadi
gemetaran seolah-olah tidak mampu menghalau nafsu bertahun-tahunnya selama ini.
Bull menggeram. Tentara pertama di depan Kwon
merasakan ada yang mulai tidak beres. Dia pun berkata. “Kwon, Bull...”
Namun percuma, Kwon tetap menggosok hidungnya yang
kini mulai mengeluarkan sedikit darah yang membekas di salah satu jari
tangannya.
Kwon malah berhenti dan sibuk memfokuskan diri menggaruk
hidungnya. Semua tentara dan kedua sersan menghadap ke Kwon. Mereka mulai mengangkat sengaja dan
mengarah ke Bull yang berada di belakang Kwon.
Tanpa terduga sedetik pun, kesiapan mereka berlima
tidak berarti. Tiba-tiba Bull menerkam Kwon dengan sekejap tanpa suara gemuruh
untuk bearancang-ancang membuat teriakan Kwon pun teredam dengan cepat.
Bull memakan Kwon dengan lahapnya. Mencabik-cabik
setiap anggota tubuhnya hingga yang tersisa hanyalah bagian kaki dan kain yang
melekat di tubuhnya. Kini, Bull yang kelaparan terlihat jauh lebih ganas dan
menyeramkan sedang mengadah kearah lima orang di depannya.
Chanyeol berjalan paling maju diantara kelima orang
tersebut. Matanya melotot dengan penuh kemarahan. Sesaat dia menatap CCTV yang
ada di dekat kepalanya.
“OPERATOR W KE-7!”Seru Chanyeol penuh amarah. “KAU
KEPARAT!!”
〆〆〆
Aku duduk di dekat tangga.
Saat aku melirik kearah Komandan beserta satu sersan
dan para tentaranya yang berjaga di sekitar Kris Hyung. Aku melihat Komandan
tiba-tiba tercengang sambil menatap Ipad berlogo W ke-7 di kedua tangannya.
Aku yang benar-benar penasaran langsung menghampiri
Komandan. Aku berjongkok di depannya karena dia duduk bersandar dan mendekap
Ipadnya seolah-olah itu dapat menepis sebuah kesedihan.
“Komandan Suho, bisa kita bicara sebentar?”tanyaku
membuatnya menyembunyikan Ipad di balik punggungnya.
Aku punya inisiatif lain karena kelihatannya dia
cukup shock dengan apa yang ada di Ipad-nya. “Kita bisa bicara di tangga
tempatku tadi Komandan jika Komandan keberatan.”
Dia terlihat menyetujuiku. Dia beranjak dan berjalan
mendahuluiku ke tangga. Dia telah menaiki lima anak tangga dan duduk di anak
tangga ke tujuh. Aku duduk di tangga ke enam agar terkesan aku juga
menghormatinya sebagai orang penting disini. Aku menunggunya bicara.
“Aku—tercengang saja saat salah satu GPS pasukanku
ada yang hilang. Dinyatakan disana bahwa GPS itu sudah meninggal. Aku tidak
ingin berpikiran negatif dulu siapa orangnya. Aku juga tidak ingin menyebarkan
berita ini sampai membuat pasukanku yang tersisa menjadi ketakutan dan pergi
dari misi.”ungkapnya terakhir dengan
nada bersedih.
Aku menghela nafas, hanya itu yang bisa ku ungkapkan
karena aku sendiri tidak ahli dalam menyeimbangkan keadaan saat genting dalam
penjalanan sebuah misi perang.
“Menurutku memang lebih baik seperti itu. Jika dalam
bahaya, lebih baik membuktikan dulu meski harus menunggu daripada salah
mencerna informasi saat bersamaan kita emosi dahulu.”
Komandan mengangguk. “Cukup masuk akal.”
Tiba-tiba aku teringat dengan kekasihku Young Ara.
“Kata Master, Young Ara ada dipihak kita. Jika terjadi sesuatu diarea
laboraturium. Menurutku dia akan membantu pasukanmu yang ada di dalam bahaya
sana. Serum itu justru membuat Young Ara menjadi lebih kuat dan dapat diandalkan.
Berdoa saja semoga pasukanmu benar-benar selamat.”
Dia mengangguk dengan tidak semangat. “Ya. Aku akan
menaruh harapan padanya.”
“Akan ku lihat GPS mereka di Ipadku.”kataku lalu
mengeluarkan Ipad milikku di balik jas kebesaranku.
Aku menyalakan aplikasi pelacak GPS di area lorong W
ke-7 blok 16, 17, dan 18. Aku membulatkan mata ketika GPS-GPS itu bergerak
lebih cepat berputar-putar di area perbatasan blok 16 dan 17. Aku juga membaca
pergerakan Mutasi Hong Feng semakin cepat. Terlihat sekali bahwa rasa haus
darahnya semakin menggebu.
Aku tercengang. Aku pun menunjukkan pelacak GPSku ke
Komandan. Dia pun juga sama tercengangnya denganku.
“Ini yang ku khawatirkan.”kata Komandan Suho.
“Apa yang di khawatirkan?” tanya Kris Hyung tiba-tiba
menyahut dari samping anak tangga.
Aku dan komandan terkejut. Entah kenapa suasana
hatiku seperti takut untuk memberitahukan hal buruk ini kepadanya. Aku merasa
aka nada kalimatku yang dapat menyinggung hatinya.
“Chen, kenapa diam? Apa ada yang tidak beres?”tanya
Kris hyung mulai terdengar sinis di telingaku.
“A-ani. Tidak ada ap, apa-apa hyung. Masih terlihat
beres.” kataku dengan gelagapan lalu tertawa hambar. Aku turun dari anak tangga
dan menghadap di depan Hyung.
Komandan tampak melempar pandangannya padaku.
Sepertinya dia merasakan seperti yang ku rasakan. Mungkin, ada kesamaan pikiran
di antara aku dan dia. Lebih baik tidak mengatakannya untuk beberapa waktu
sebentar.
Aku pun menyembunyikan Ipadku dibalik saku blazer
kebangganku meski dalam keadaan pelacak GPS yang masih menyala. Aku berharap
tidak ada bunyi beep yang berarti yang dapat membuat hyung semakin curiga
denganku.
“Katakan saja, Chen. Ada apa? Aku mulai curiga pada
kesetiaanmu padaku.”katanya dingin sambil menatapku sedikit sengit di bagian
kata kesetiaanmu.
Aku tak bisa menahan ini lebih lama. Seandainya jika
hyung tidak membawa-bawa nama ‘kesetiaanku padanya’ mungkin aku akan beralasan
dengan hal lainnya. Aku tidak tahan. Aku tersinggung saat dia memperdalam
tatapan sinisnya pada saat kata kesetiaanmu itu padaku.
Kadang kala, aku bisa memahami sikapnya dan
menghargai segala kemurahan hatinya padaku. Tapi kadang kala, aku mengutuk
hyung dalam hati karena dia yang perhitungan dan membawa kata kesetiaanmu
padaku. Lagi-lagi aku muak. Tapi aku terus berwajah datar saja selagi hatiku
sangat muak padanya yang sekali lagi, maafkan aku, sekali lagi membawa kata
kesetiaanmu padaku.
Aku memasukkan salah satu tanganku, tangan kiriku ke
dalam saku jasku yang ada di pinggang. Disana aku menyembunyikan kepalan
tanganku atas kemuakanku padanya. Aku serius. Aku benci saat dia perhitungan
dan membawa kata kesetianmu padaku apalagi ditambahi dengan kata ‘mana’. Ini
serius menyakitkan mengingat perjalananku sudah sejauh ini dengannya.
“Begini
hyung. Aku hanya melacak pergerakan GPS para pasukan Komandan Suho yang sudah
tiba di perbatasan blok 16 dan 17.”kataku hanya menyediakan bagian awalnya
yang sebenarnya tidak penting untuk dikatakan, diluar topik aslinya jika
presepsiku tidak salah.
“Lebih
jelasnya sudah bukan bagian itu lagi kan?”balasnya mulai marah padaku, aku malah
bersyukur. Itu pertanda dia akhirnya merasakan kekesalan, kemuakan, dan
kemarahan yang ada di dalam sini akibat pengulangan katanya tadi, ‘kesetiaanmu padaku.’ckckckck.
“Jelaskan
Chen atau aku--!”
“Cukup.”sela Komandan Suho
mendahuluiku, sama seperti apa yang ingin dikatakan oleh mulutku.
“Pasukanku
terjebak. Entah bahaya apa yang menimpa pada mereka tapi aku sedang
mengkhawatirkan mereka, Master Wu. Radar
GPS mereka bergerak berputar-putar di posisi yang sama, bahkan salah satu
diantaranya sudah dinyatakan mati.”jelas Komandan Suho dengan emosi
kesedihannya.
“Kau—serius
sudah memeriksa sensor nafas dan detak nadi yang menempel di tubuhnya?”tanya Kris Hyung seakan
tercengang.
“Sudah.”Komandan menggeleng
sedih. “Semuanya
berhenti.”
Kris hyung terpaku dalam posisinya di hadapanku. Dia
tampak mengolah pikiran dan ingatannya dalam sekaligus. Lalu tak lama setelah
itu, dia bergerak dengan gerakan tiba-tiba dan kasar. Dia bergerak menuju
telepon bebas di sisi penyanggah lorong.
“OPERATOR
OTAK W KE-7. CEPAT! CEPAT NON-AKTIFKAN DENYUT JANTUNG GENESIS BULL! CEPAT!!!!”teriak Kris Hyung
menggemparkan semua orang yang terjaga disekitarnya.
seketika, kami terkejut setelah mendengar suara keras
bak sebuah tangan atau mesin menarik tuas saklar kuno pembangkit listrik untuk
sebuah lampu. Terdengar keras. Jika kalian dapat mereview ingatan sekali lagi,
ini tidak beda jauh kerasnya dengan suara pintu yang di dobrak saat aku dan para
rombongan berada di lorong yang sebentar lagi menuju padang gersang untuk
membuang kekasihku disana. Dan keadaan jelas berubah menjadi tegang dan
men-ce-kam.
〆〆〆
DOR
DOR
DOOR
Tembakan sebesar pun tidak berarti. Itulah yang
diyakini Chanyeol meskipun berulang kali dia mengatakan pada Xiumin tapi Xiumin
tetap yakin masih ada tembakan lain yang mampu diandalkan.
“Hyung! Sampai kapan menembakinya?! Ku jamin tidak
akan bisa berhasil.”kata Chanyeol.
Xiumin terus memfokuskan diri menembaki Bull meski
dipihaknya sudah terbantu oleh 2 tentara yang masih bernyawa melindunginya.
“Masih ada jalan Chanyeol. Teruskan saja!”perintah
Xiumin terus berkonsentrasi pada Bull.
Bull memang terdiam tapi langkah kakinya tidak
berhenti bergerak untuk berusaha maju. Itu bukanlah angin segar bagi para
penembak.
Chanyeol berdecak. “Ck.” dia berhenti menembak dan
memukulkan pistolnya ke tangannya yang lain. “Jangan habis duluan.
Ayolah!”marahnya pada pistol tersebut.
“CHANYEOL!”panggil Xiumin, “Jangan berhenti
menembak!”
Terlambat. . .
END
SPECIAL
BONUS ON NEXT PAGE
HAPPY
READING
AND
BEFORE THAN, I VERY THANKYOU SO MUCH FOR YOU.
FOR
YOU ‘PEMBACA SETIA’
I’M
VERY SPECHLESS ABOUT YOU