Sabtu, 14 Mei 2016

FF GOTHAM LULLABY SPECIAL BONUS | | Straight FF of CHEN and EXO members | Very Pain





“CHANYEOL!” panggil Xiumin, “Jangan berhenti menembak!!”


Bull memiliki kesempatan emas untuk memenuhi hasrat kelaparannya. Dia memiliki celah di kubu Chanyeol yang berkurang satu penyanggahnya.


Ketika Chanyeol mengganti tembaknya, Bull sudah mendekat dengan kemampuannya yang super hebat. Berlari tanpa suara dan tanpa di duga dalam sekejap mata.


“SERSAN!!”


Tentara di kubu Chanyeol yang tinggal satu-satunya itu melompat menghalangi Chanyeol yang terlalu fokus mengganti tembak. Chanyeol tersungkur kebelakang sementara si tentara malah menjemput Bull yang sudah mendekat kearahnya. Chanyeol terperangah. Dia berusaha lari untuk membawa kembali tentaranya. Tapi apalah daya tembaknya juga belum siap. Alhasil, dalam sekejap si tentara telah berada di genggaman Bull.


“Selamatkan diri Sersan Park...”


kata terakhir si tentara membuat Chanyeol semakin terpukul dan tersesal dalam. Terlebih mengerang dengan teriakan yang cukup kencang. Tak lama setelah itu, Bull pergi  membawa tentaranya ke dalam kegelapan lorong di ujung sana. Terdengar dari suaranya, Bull sibuk mencabik-cabik dan mengunyah tentara itu dengan lahapnya.


Chanyeol dan Xiumin berserta tentaranya yang tersisa itu dapat bernafas lega sejenak. Mereka saling memandang, juga menyampaikan telepati turut berduka cita.


“Apa kau tidak punya ide lain untuknya?” tanya Xiumin sambil mengisi tembaknya dengan peluru yang berbeda dari yang tadi.


Chanyeol menggeleng.


“Aku tidak bisa mengatur strategi dengan pintar. Kau lah yang ahli. Aku hanya ahli dalam hal menembak dan lainnya yang terbilang sepele.” ungkap Xiumin memandang penuh Chanyeol.


“Tidak hyung.”


Xiumin mendekat ke Chanyeol. “Aku mungkin akan mengandalkan penuh tembak apimu yang menolong Komandan saat insiden anjing puddle itu.”


Chanyeol mengaduh. “Sial!”Chanyeol berpikir. “Aku meninggalkannya di dekat Baekhyun. Ku kira itu tidak seberapa berguna karena kita ada di laboraturium W ke-7”


Bull tiba-tiba sudah muncul di depan mata mereka lagi. Xiumin dan Chanyeol saling menoleh. Mereka berdua mengangguk dan terus menembak. Awalnya terlihat berhasil, mungkin efek dari Xiumin yang telah mengganti pelurunya yang lebih kuat dari sebelum Chanyeol kehabisan tentaranya. Itu membuat Xiumin tersenyum puas dan kemenangan.


Namun, ternyata Bull perlahan semakin mendekat dengan gagah. Terpaksa Chanyeol dan Xiumin beserta kubunya mundur teratur sambil terus mempercepat gerakannya menarik pelatuk pistol mereka. Bull tiba-tiba berhenti. Bukan berhenti karena terlalu banyak peluru yang menyentuh kulitnya. Dia berhenti seakan mengambil ancang-ancang.


“Aku senang berpartner dengan mu hyung...”


Xiumin menatapnya dengan heran sambil tersirat sebuah kalimat dimatanya : disaat-saat seperti ini sempatnya kau berani berkata itu.


Tapi, semua berhenti dengan seketika seakan-akan seluruh apa yang dapat bergerak juga berhenti. Sebuah bunyi tuas saklar ditarik untuk memadamkan lampu berbunyi keras memenuhi ruangan, bahkan terkesan seluruh laboraturium juga merasakan hal yang sama. Telinga Chanyeol juga tidak bohong bahwa samar-samar dia juga tidak mendengar keributan yang dibuat Hong Feng untuk terus mendobrak pintu Proteksi Bahaya.

Bull ternyata juga ikut berhenti, bahkan gerakannya menyerupai pahatan es yang terpatung diposisinya juga. Mata Bull juga tidak menunjukkan tanda-tanda reaksi kehidupan. Chanyeol ragu untuk menurunkan senjata. Tapi karena dia juga melihat Xiumin perlahan memasukkan senjatanya ke saku.


“Apa kita berhasil.”ujar Xiumin tak percaya.


“Kurasa iya.” balas Chanyeol juga terheran menatap Bull.


Xiumin tak dapat membendung kegembiraan sekaligus kelegaan di hatinya. Dia pun memeluk Chanyeol kemenangan. “Kita menang! Yohoooo~”seru Xiumin saat merangkul punggung Chanyeol, dia merasakan ada yang aneh.


“Chanyeol, ada apa dengan punggungmu?”tanya Xiumin.


“Yang mana?”Chanyeol berusaha menengok ke jangkauan punggungnya yang dimaksud Xiumin.


Xiumin menunjuk tepat di kulit antara lengan ketiak, bahu dan area yang bisa dibilang termasuk bagian punggung. “Ini. Lihat, bajumu sampai terbuka dan kulitmu benar-benar tergores dengan keras.”Xiumin menggeleng. “Itu menurut mataku, Chanyeol. Apa tidak terasa sakit?”


“Tidak.”jawab Chanyeol. “Justru biasa, tidak merasakan apa-apa.”


“Sersan.”ucap kedua tentara yang tersisa dengan suara serentak.


Xiumin dan Chanyeol menghadap ke Bull. Bull terlihat menggerak-gerakan tubuhnya yang ingin memberontak. Posisi mereka yang tidak kurang dari 4 meter dengan Bull hanya terpaku ditempat dan terlihat memasrahkan karena tidak ada strategi lain untuk menghindari bahaya sedekat ini.




Daun telinga Young Ara bergerak seperti telinga kucing yang memiliki pendengaran tajam. Dia mempercepat langkahnya berlari.

“Ada pergerakan baru.”katanya seorang diri sambil terus berlari menyusuri lorong-lorong itu dengan kencang.

Dan langkahnya sampai pada sumber pergerakan baru yang dia dengar lewat telinga tajamnya. Dia melihat Bull bergerak. Tampak jelas dimatanya bahwa ‘sejenisnya’ itu sedang memberontak dari sesuatu yang dirasa membekukan dan membelenggu geraknya menangkap si mangsa yang kaya akan darah.

Melihat medan yang tidak mendukungnya, jika dia melakukan maka dia akan membabibuta juga sampai tidak sadar atau kurang perhitungan malah mengenai pasukan itu. Maka dia sejenak berpikir dan kemudian menemukan jalan keluar.

Young Ara melempar lempengan logam yang berbentuk seperti bola dan memiliki empat duri bergerigi kearah kiri dan kanan dinding di dekat Bull. Lempengan itu melekat ke dinding dan perlahan merambat setinggi separuh tinggi badan Bull.

Setelah melekat kuat disana. Young Ara mengeluarkan sebuah remote kecil dengan dua tombol dari saku di lutut kakinya. Dia menekan salah satu tombolnya yang berada di sisi kirinya. Tak lama kemudian, lempengan itu berubah mengeluarkan sinar hijau dan berbunyi beep sebanyak 3 kali. Lalu meledakkan sebuah percikan api dan suara yang nyaring di telinga Bull.

Bull bergidik dan  langsung berbalik menghadap kearah Young Ara. Dari  matanya, Young Ara sudah tahu bahwa Bull sangat marah pada dirinya tapi kelihatannya Bull tidak tahu harus berlaku seperti apa akan sikapnya.

“Bull!”panggil Young Ara sambil mengeluarkan pisau belati dari saku di paha kaki kanannya.

“Aku punya sesuatu yang dapat membuatmu semakin mengejarku...”kata Young Ara dengan percaya diri.

Chanyeol berseru. “Catwomen! Jangan main-main dengan nyawamu.”

Young Ara tersenyum licik kepada Bull. “Aku tidak takut sama sekali padanya, Sersan. Dia, bukanlah apa-apa bagiku.”

Bull mengerti apa yang telah dikatakannya. Bull menggeram dengan keras. Tampak matanya sedang berapi-api terfokus pada Young Ara.

Belati yang dipegangnya itu diarahkan ke pergelangan tangan kirinya. Sejenak, dia menjeda rencana yang akan diwujudkannya itu. Young Ara menatap Bull penuh ejekan.

SRET

Young Ara menggores belati itu ke pergelangan tangan kirinya. Darah pun perlahan merembes dari luka goresan itu. Bull mencium dan melihat ruangan hampa yang menarik perhatiannya akan bau yang mencurigakan itu.

Bull membabibuta berlari secepat kilat kearah Young Ara.

Young Ara juga berlari kearah Bull sambil mengeluarkan belati lain untuk satu tangannya yang tidak bersenjata.

Saat Young Ara menabrakkan diri ke Bull, Chanyeol terlihat berlari sambil disertai dengan kemarahan. Namun, saat Chanyeol dapat melihat bahwa Young Ara ternyata pemenangnya, karena Bull saat ini sudah bersimbah darah dibagian perut dan kedua kakinya telah dipisau olehnya sampai putus. Belati itu benar-benar tajam.


“WOW! Ku kira kau perlu bantuan.”kata Chanyeol berjalan mendekat ke Young Ara.


Young Ara mendengar apa kata Chanyeol sambil sibuk mengelap darah Bull di kedua Belatinya. “Kalianlah yang perlu bantuan.”Young Ara memasukkan Belati itu ke tempatnya semula.


“Yang ku ingat, Chanyeol atau kami belum memanggilmu,kan?”tanya Xiumin juga menghampiri mereka.


Young Ara tersenyum menatap Xiumin yang mengajaknya bicara. “Memang. Tapi sesuai izinmu.” Young Ara mengarahkan matanya ke Chanyeol. “Yang akan memperbolehkanku membantu sekaligus mengikuti kalian saat dalam bahaya saja.”


“Ya, hyung. Dia benar. Kau ingat kan waktu sebelum kita masuk ‘kesini’aku hanya mengizinkannya disaat-saat itu saja.”kata Chanyeol menunggu respon Xiumin.


Xiumin mengangguk.


“Disana ada bahaya lain. Sebaiknya kalian bergerak cepat.”ungkap Young Ara pada mereka, terutama pandangannya mengarah ke Chanyeol, lalu ke Xiumin.


Young Ara berbalik lalu berjalan. “Tinggal panggil aku saja, aku tidak akan memaksa kalian.”lanjutnya.


“Young Ara!”panggil Chanyeol sambil mengejar Young Ara yang beda tiga langkah darinya.


Young Ara berbalik. Menyanggahkan tangannya ke pinggang.


“Ada lagi, ya?”


Chanyeol tersenyum tipis, “Bukan apa-apa. Aku hanya ingin kau berikan ini pada Komandanku.”


Chanyeol memberikan sebuah benda kecil di dalam tangannya.


Saat Young Ara melihat dan menerima benda kecil itu di telapak tangannya, dia bertanya. “Apa ini GPS?”


Chanyeol mengangguk. “Iya.”


Chanyeol memegang salah satu bahu Young Ara. “Berikan ini karena tentara terakhir yang gugur karena melindung nyawaku dari kecerobohanku sendiri. Dia pantas ditempatkan di posisi terbaik di mata Komandan.”


“Aku mengerti.”


Xiumin memegang bahu Chanyeol. “Chanyeol.”


Chanyeol menengok ke Xiumin. Mereka saling bertatapan sampai Chanyeol mengerti akan arti tatapan Xiumin padanya.


“Aku mengerti.”kata Chanyeol sambil menghembuskan nafas panjang. “Young Ara, aku menghormati atas kegigihanmu apalagi kau seorang perempuan yang bersedia dan berhasil dalam percobaan serum di Lab Master Wu.”


“Kau bisa ikut kami dan kembali ke W ke-8 bersama kami juga.”lanjut Chanyeol.


Xiumin berganti mendekat ke Young Ara dan memegang bahunya sebelum sempat memberikan waktu untuk Young Ara merespon kebahagiaannya atas perkataan Chanyeol padanya.


“Kami juga bisa mengantarkanmu ke tangga menuju daratan pusat Seoul. Mungkin disana ada anggota keluarga yang kau cari.”kata Xiumin.


“Aku senang.”Young Ara tersenyum. “Aku ikut.”


“Kalau begitu ayo kita berlari, aku khawatir Hong Feng memecahkan pintu itu dan mengejar kita seperti Bull.”kata Chanyeol pada semua.


Mereka pun berlari bersama, yang sampai duluan di pintu Blok 18 adalah Chanyeol dan Xiumin. Yang terakhir sampai justru Young Ara, karena dia menggunakan kekuatan manusia biasanya. Tergolong payah, maklum, dulu dia bukanlah juara lari.


Disana, Chanyeol dan Xiumin terlihat bingung memecahkan kode password di pintu itu ruangan Blok 18. Melihat kedua pasukan yang tersisa malah bergerombol di belakang kedua sersannya tanpa dapat berbuat hal yang cukup membantu. Young Ara muncul menyela mereka.


“Apa professor dan master atau komandan kalian tidak memberitahukan bahwa ini di password?”tanya Young Ara membuat Chanyeol menatapnya sengit.


“Aku hanya berkata santai, bukan menyindir, Chanyeol.”lanjut Young Ara lagi.


Xiumin sibuk membobol paswordnya. “Tidak ada yang memberitahu kami sedetik pun. Semua sudah di bobol oleh professor Chen dari Lab W ke-8. Itu baru mungkin.”


Young Ara menghadap ke Xiumin, “boleh ku coba?”


Xiumin mundur mempersilahkannya mencoba password pintu itu.


“Bukannya aku menyepelekanmu Young Ara, kau baru sekali kesini dan kami sudah berkali-kali belajar mata pelajaran seluk beluk tentang kedua lab ini. Aku juga terbilang lulus dengan angka 8,7 dari 10.”ungkap Chanyeol.


“Uhum.”tambah Xiumin.


Young Ara menekan tombol touchscreen itu dengan cepat sampai tidak terbaca oleh Chanyeol yang ada di dekat bahunya. Beberapa detik kemudian, lampu sensor di mesin proteksi pintu mengluarkan cahaya hijau. Artinya pintu itu sekarang dapat dibuka.


Chanyeol berkedip tak percaya. “Bagaimana kau melakukannya??”


Young Ara menatapnya datar. “Asal tebak. Mungkin, ini kelebihan dari efek serum yang mengalir di darahku.”


“WOW!”seru Chanyeol. “Aku jadi berminat untuk mencoba kehebatan serum itu, tapi itu tidak merubah prinsipku untuk tidak mencobanya.”


Young Ara membuka pegangan pintu itu dan berdiri disana membiarkan pintu itu tidak tertutup lagi. Sekaligus mencegah agar tidak terkunci secara otomatis jika kemungkinan ada kesalahan teknis proteksi sebuah pintu di Lab ini.


“Sudah, cari saja antivirusnya. Ambil semuanya satu koper. Waktu kalian hanya sebentar karena aku tidak yakin Hong Feng betah berada di pintu atau tidak.”kata Young Ara.


“Ck.”decak Chanyeol. “Dasar judes.”


Xiumin menemukan apa yang dicarinya dan berseru. “DAPAT!”dia memotret koper itu dan mengirimkannya ke Ipad Komandan beserta Professor Chen.


“Sersan.”panggil salah satu pasukan dari dua pasukan di ruangan itu.


Xiumin yang menoleh duluan sebelum akhirnya Chanyeol juga. “Ada apa?”


“Yang ini juga serupa dengan koper itu.”pasukan itu melirik ke koper yang dibawa Xiumin. “Apa kita harus membawa yang ini juga?”


“Tidak usah.”sahut Chanyeol. “Ambil yang seperlunya saja. Kembalikan ke tempatnya semula.”perintah Chanyeol.


Young Ara menengok penasaran, tapi ia tidak sampai meninggalkan pintu. Masih dalam posisi bersandar di daun pintu.


“Jangan, biar ku periksa dulu.”kata Young Ara membuat Chanyeol menatap heran. “Apa?”


Pasukan itu membawa koper yang sama itu ke Young Ara. Setelah membaca beberapa tulisan digital yang terus berjalan dengan kecepatan nyaris tidak normal, tidak dapat terbaca dengan bagus.


“Bawa ini juga. Sepertinya kita juga perlu ini.”


Chanyeol membelalak. “Sepertinya? Aku tidak yakin. Bagaimana nanti kalau otak W ke-7 malah memberikan kita hukuman. Misalnya melepaskan beberapa jebakan lagi karena kita tidak mengambil yang seperlunya? Yang seperlunya kan hanya antivirus serum itu saja. Bukan lainnya.”


“Chanyeol.”ujar Xiumin.


Chanyeol menahan marah. “Okay, baiklah!”


Saat Chanyeol melihat agak kearah bawah Young Ara. Ternyata darah di lengan wanita itu masih mengucur. Seketika Chanyeol merubah ekspresinya menjadi simpati.


“Kenapa darahnya masih mengalir?”tanya Chanyeol sambil mengeluarkan perban di dalam saku pinggangnya. “Aku pakaikan.”


Young Ara menjauhkan tangannya yang ia gores dengan belatinya beberapa waktu yang lalu itu. “Jangan. Ini ku sengaja untuk memancing Hong Feng agar tidak menyerang kalian.”


Young Ara tampak tipis meringis kesakitan di tangannya. Tapi dia memalingkan wajahnya sampai dari mereka tidak ada yang tahu bahwa dia juga merasakan sakit.


Chanyeol terpaku dengan pernyataan yang didengarnya baru saja. Begitu pula Xiumin juga terenyuh mendengarnya.


“Jalan saja, seperti cicak. Jangan terpaku saja disitu.”Young Ara mengangkat tangannya hingga luka itu terekspose jelas dalam dan segar dihadapannya dan dilanjut ke hadapan Chanyeol dan Xiumin dari jauh.“Darahku nanti kering, Hong Feng turun selera, haruskah aku menyayatnya lebih dalam lagi?”


“Eh? jangan!”peringat Xiumin mengkode Chanyeol dan pasukan yang tersisa untuk bergegas.


Mereka berempat keluar dari ruangan di blok 18. Sebelum mempersiapkan untuk ‘menjadi cicak’. Mereka berterima kasih dan mengucapkan beberapa kata variasi mereka sendiri ke Young Ara.


“Kami dan segenap keanggotaan tentara mengucapkan kami bangga padamu, terima kasih. Semoga kau tetap hidup aman selamanya.” Kata Xiumin.


“Semoga kau berhasil keluar dari lab ini, Young Ara.”kata tentara pertama.


Disambung lagi dengan tentara kedua berkata. “Aku juga, semoga kau berhasil melewati rintangan yang menghalangimu keluar.”


Chanyeol menjadi yang terakhir berucap. Seakan berat, tapi dia harus mengatakannya, seperti yang dilakukan oleh yang lain. “Kau adalah anggota keamanan yang paling berani dan berkarakter. Jika kau adalah partnerku bertempur, aku pasti selalu membanggakanmu meski aku sudah mati duluan. Tetaplah hidup, setelah kau keluar, tolong temui aku lagi tanpa ada luka menganga yang berdarah. Atau bekas luka yang terlihat. Aku menunggu akan saatnya itu.”


Young Ara tersenyum, “Kata-katamu jauh lebih romantis dari kekasihku sendiri. Terima kasih ya. Jaga dirimu. Bantu mereka keluar secepatnya jika mereka kesusahan. Semoga kau dan mereka yang masih hidup bisa hidup tenang di pusat Seoul, seperti anggota ilmuwan yang tersisa.”


“Iya, aku juga mengharapkan seperti itu. Rasanya rindu hidup tenang seperti manusia jaman kemarin.” balas Chanyeol.


“Ya sudah, sebaiknya kalian bergerak lebih cepat. Sisa waktu kalian tidak cukup banyak.”Young Ara mengingatkan kembali pada mereka.


Mereka pun pergi lalu merayap ke dinding lebih cepat lagi. Setelah mereka berhasil dengan selamat melewati pintu Hong Feng dan turun. Chanyeol yang menengok ke belakang membuat mereka juga ikut menengok ke belakang.


Disana, Mata Chanyeol berbinar sedih ke Young Ara.


“Cepat lari. Aku akan segera berdiri di depan pintu Hong Feng.”kata Young Ara sambil berjalan perlahan menuju pintu tersebut.


Chanyeol pergi yang paling terakhir dengan perasaan terdalam yang tertinggal.


Dalam hatinya,


Dalam langkahnya,


Dia terus berharap dan berdoa.


Semoga dia dan wanita itu dipertemukan kembali.


〆〆〆



Aku mendengar suara penutup sumur itu terbuka. Mungkinkah itu para tim yang berhasil atau pulang dengan tangan kosong setelah misi di blok 18 W ke-7? Semoga saja mereka pulang dengan ada hasil dan jumlah mereka tetap seperti saat mereka berangkat.


Seluruh orang berdiri di dekat tangga, menunggu kedatangan orang yang paling digantungkan harapannya bagi mereka. Komandan Suho terlihat berdiri di paling ujung tangga itu. Aku juga berdiri di posisi yang seperti dia. Hanya saja dia tepat di seberangku. Disana, dia tampak sangat khawatir dan antusias menyambut tim yang dibanggakannya untuk saat ini.


Sementara Sersan berambut ungu dan hyung berdiri di sampingku. Hyung terlihat datar, tidak ada raut wajah menunggu dengan tidak sabaran seperti yang dilakukan Komandan. Apa mungkin baginya, antivirus itu tidak terlalu penting. Kita lihat saja nanti setelah tim itu muncul.


Kemudian Sersan berambut ungu, dia terlihat lebih pantas disebut khawatir. Mungkin dia sangat mencemaskan teman akrabnya yang seingatku adalah Sersan Chanyeol.


Derap langkah kaki sepatu yang berat itu semakin dekat. Perlahan-lahan mulai terlihat ujung sepatu mereka, kaki, barulah badan mereka dari bawah sini. Dua dari mereka membawa dua buah koper. Aku tidak ingat itu koper apa saja yang ada di ruangan Blok 18.


Tunggu, ada yang salah. Jumlah mereka ada empat saja? Oh tidak, haruskah resiko itu kembali terulang. Aku mulai merasa berdosa sendiri padahal bukan aku yang memerintahkan mereka untuk kesana. Bagaimana ceritanya mereka bisa tinggal empat. Aku berencana mau menyerbu mereka dengan pertanyaanku.


Tapi rasanya, itu tidak etis. Terlebih mereka terlihat lelah dan sedih.


Kedua sersan yang hebat itu menghadap ke Komandan dan hyung. Mereka terlihat sedang berkabung. Ada apa? Aku benar-benar merasakan hal yang tidak baik disini.


“Ini, Master, kami sudah membawa sekoper antivirusnya. Sesuai dengan petunjuk dari Young Ara...” kata Sersan Chanyeol dengan nada terkesan sedih di telingaku.


Young Ara, dia kesana membantu mereka juga.


Sementara Hyung tidak bergeming, wajahnya tersirat keraguan.


“Lalu apa yang dibawa Sersan Xiumin?”tanya Komandan Suho.


Sersan Xiu mengangkat koper itu dengan kedua tangannya. “Ini, atas saran Young Ara juga. Dia mengatakan pada kami ini mungkin juga perlu. Jadi, kami bawa juga.”


“Kenapa?”sahut hyung setengah marah.


Sersan Chanyeol tampak mengeraskan rahangnya. “Beberapa dari kami menemukan koper itu sama dengan koper yang kami foto lalu fotonya kami kirim ke Komandan. Young Ara juga sudah banyak menolong kami. Jadi tidak mungkin sarannya akan berdampak seburuk-buruknya.”tegas Chanyeol juga tak kalah setengah marah. Tapi mulutnya tidak terlalu terbuka seperti sahutan hyung.


Sersan Xiumin itu menepis Sersan Chanyeol, dia berdiri di depan sersan Chanyeol. “Maaf Master, maksud kami mungkin Young Ara punya pikiran kalau koper yang di tanganku ini akan diperlukan. Baru akan. Maka dari itu, kami putuskan untuk membawanya. Kami tidak berniat untuk mencurinya sedikit pun, Master. Master bisa pegang perkataan kami.”


“Sebenarnya apa isi koper di tangan kedua sersanku ini sudah benar, Master. Jika kau tidak keberatan untuk menjelaskannya pada kami semua.”kata Komandan Suho menengahi.


Terlihat di seluruh wajah orang-orang disekitar ini, termasuk aku juga menunggu jawaban pasti dari hyung.


Hyung membuka mulut. “Yang dibawa sersan Xiumin adalah bahan baku dari semua antivirus berbagai macam serum yang aku buat. Bagiku, tidak terlalu penting untuk dibawa dan juga belum terlalu dibutuhkan. Jadi jangan salah anggapan kalau aku sedikit marah saat kalian membawa koper itu. Chen saja belum ku beritahu akan koper itu.”


Hyung berjongkok dan menunjuk pada tulisan digital yang berjalan dengan kecepatan tidak normal. “Hanya orang berintelegent dan ber-IQ tinggi penuh konsentrasi yang bisa mengetahui apa isi tulisan ini.”


Dia berdiri, “Young Ara membuktikan bahwa dia percobaanku yang paling hebat melebihi kehebatanku.”


“Kami sudah membawa koper antivirus yang Master perintahkan pada kami. Sekarang bisakah kita terapkan sebelum semuanya berubah menjadi zombie?”celetuk Chanyeol sambil berjinjit menengok ke belakang orang-orang.


Seluruh wajah pasukan-pasukan kecil itu menghindari tatapan sersannya.


“Ada apa dengan kalian? Apa kalian sudah membuatku marah?”tanya Chanyeol sekali lagi dan kini berjalan menelisik mereka.


“Mana perempuan itu? Apa dia kabur?” sersan Chanyeol menepuk keningnya sambil mengarahkan matanya melihatku. “Gawat ini, Professor Chen. Dia akan membunuh kita semua.”


Dia berjalan kearahku dan menyerahkan koper padaku. “Buka ini, biar aku saja yang memberikan kepadanya. Aku sudah kesal melihatnya.”


Aku menerima kopernya, aku meletakkan perlahan di dekat kakiku. Lalu aku berlagak merapatkan jasku ini. “Choi Ha Na sudah kami buang ke padang. Dia sudah benar-benar mati. Berdasarkan kegunaan yang jauh lebih bermanfaat kata pandang Master, kami memutuskan untuk tidak menggunakan antivirus itu padanya. Tapi untuk yang lain yang jauh lebih membutuhkannya.”


“APA?!”Sersan Chanyeol terbelalak dan langsung berdiri di hadapan hyung dengan marah dan bersiap menonjok Kris hyung. Komandan dan Sersan lain serta pasukan menahan badan Chanyeol yang ingin menyerbu hyung.


“Kami mengorbankan banyak nyawa. Dari kami berangkat berenam, sekarang hanya tersisa empat! Kau tega sekali Master menjadikan kami tikus-tikusmu. Kami juga ingin hidup normal seperti dulu sebelum proyekmu berdiri di tengah-tengah kami! Kau tidak berpikir betapa susahnya mengambilnya? Jika saja tidak ada Young Ara, kami takkan pernah bisa selamat kembali kesini dengan koper itu!!”


wajah Hyung terkesan pucat sekarang. Aku mendekat. “Hyung, kau baik-baik saja. Biar aku yang menjelaskan.”


Hyung menahanku. “Ini sudah kewenanganku, Chen. Tak apa.”katanya padaku terdengar menyerah.


“Sersan, aku sudah merancang agar lebih bermanfaat. Antivirus itu akan ku suntukkan pada kalian. Aku mengerti ini kelalaian diluar dugaan atas proyekku. Tapi aku sangat berharap jika kau dan semuanya berjuang menyelamatkan yang tersia dan melindunginya bersama-sama.”


Hyung meraih koper di dekat kakiku, dia berjongkok dan menekan tombol tersembunyi yang tidak tampak dari luar. Keluarlah sebuah kaca yang transparan sebesar tangan hyung. Dia menggambar sebuah pola dengan ujung jarinya dan beberapa gerakan yang aku ketahui. Itu gerakan campuran dari hangul, kode gambar yang mirip dengan hieroglif, dan alphabet latin. Terakhir dia menghapus dengan sapuan kelima jarinya.

Koper itu terbuka, disana terdapat 40 botol sepanjang ukuran dua kapsul obat. Ujungnya ditutup dengan tutup logam yang sangat terjaga dari kontominasi dari apapun. Di tutup koper tersedia suntikan kecil yang berjumlah 20 dengan jarum berjajar seratus.


“Kau yang pertama, Chanyeol. Kita tidak punya cukup banyak waktu untuk berdebat lagi.”


Seketika Chanyeol luluh dan berwajah menyesal. Dia mendekat lalu berjongkok di depan hyung. hyung mengarahkan suntikan pertama ke leher Chanyeol.


“Satu botol bisa cukup untuk empat orang. Dua orang jika sangat penting karena sudah terinfeksi. Ini sangat ampuh, bekerja meskipun puluhan kali terkena gigitan dan cakaran. Untungnya, koper ini dirancang tahan dari segala kerusakan apapun dan hanya mampu dibuka oleh tanganku dan Chen.”jelas Hyung sambil menyuntikkan serum antivirus itu ke Chanyeol.


“Selanjutnya, kalian-kalian yang terhebat. Komandan, Sersan-sersan, pasukan terpilih, aku dan Chen. Sisanya akan ku simpan.”hyung menjeda. “Dengan begini, akan memudahkan kita pergi ke tempat yang jauh dari bahaya percobaanku yang gagal.”


Ku dengar, tiba-tiba speaker bergemerisik tidak jelas tapi suaranya terdengar cukup keras. Seperti radio yang mencari jaringan stereonya. Beberapa detik kemudian, suara perempuan berdehem menggemakan seluruh koridor tempat kami berada.



(“Aku Young Ara melaporkan untuk kalian yang mendengarkanku. Saat ini aku sedang bersandar di pintu Hong Feng menggedor-gedornya berkali-kali dan menggeram. Jika kalian mendengarkannya dengan seksama, dia benar-benar kelaparan...”)



suara itu menjeda, aku benar-benar merasa senang sekarang. Dia masih hidup.



(“Cara lain yang lebih efektif selain menunggu pintu ini kehilangan proteksinya adalah aku yang membukanya. Sebenarnya lebih menyenangkan kalau menunggu durasi proteksinya. Tapi, ada hal lain yang dapat mengancam kalian sebentar lagi.”)



(“Seseorang telah membuka sumur mayat terbuang di dekat landasan pintu masuk W ke-7. Entah tangan siapa yang berbuat kekacauan, sekarang mayat-mayat itu sedang menyerbu di pintu kaca. Jumlahnya ratusan orang. Untung, gerbang berduri itu juga sudah terkunci dan aliran listriknya bekerja. Tapi, kalau aliran listriknya berhenti, itu sama saja akan menyulitkanku untuk langsung menghadapi dua bahaya. Itu juga akan mengancam kalian.”)



(“Aku mohon, bergeraklah lebih cepat. Bagi kalian yang terjebak di dalam, segera berlari ke tangga pusat Seoul. Tidak ada cara lain yang lebih cepat. Untuk sesaat, berlindunglah disana. Setelah semua yang terjebak di dalam Lab berhasil naik. Tolong gembok, rantai, lelehkan besinya, hingga pintu itu benar-benar tidak dapat terbuka dengan tenaga manusia terkuat sekali pun. Semoga berhasil.”)


“Chagi-ah! Tunggu, jangan hentikan salurannya.!”raung ku ke speaker.



(“Aku mendengar suara kekasihku diujung dekat tangga sumur penghubung padang gersang dan W ke-8. Jangan khawatirkan aku, untuk kalian yang jadi partnerku. Selamatkan yang tersisa hingga habis. Aku__”)


suara itu bergemerisik lagi, sangat tidak jelas. Apakah dia dihalangi. Atau menemukan kendala komunikasi. Apa sebenarnya yang terjadi? Ya tuhan, aku ketakutan.



(“Aku menaruh harapan besar pada kalian, juga kau. Sersan Chanyeol.”)


END