Minggu, 29 Juni 2014

[FF] Love In Trap - BaeKris || KrisBaek (Chapter 6)

Harurainblue present

Tittle : Love In Trap Chapter 6
Author : VieyRaaMoimoi
Genre : Yaoi, Drama, Crime, Romance,
Length : Chaptered
Rating : T (can) PG15 (maybe)
Main Cast :
- Baek Hyun
- Kris
- Suho
- Tao
- Sehun
Dll,
Ryu Gak, Gyu Rim, and secret someone (OC)
Disclaimer : Good, EXO member milik Tuhan, orang tuanya, dan SM Ent. Sekedar pinjam nama untuk imajinasi semata.
This story from my mind, my brain, my imajination.
Don’t copy paste for rename of share with evil or go to HELL longest
Summary : “haruskah aku yang menjadi korban atas semua ini… hey! Aku tidak tau apa-apa mengenai ini tapi kenapa aku harus terlibat??! Aku memang bukan tandingan untuk kalian para orang atas! Jadi, bisakah kalian memakai orang lain sebagai mainanmu hah…”

LOVE IN TRAP
Chapter 6


“Eomma…eomma, eomma mau kemana lagi kali ini?”

Pekikku pagi-pagi terus mencegahnya, memegangi tangan yeoja berumur tua itu, pokoknya aku harus mencegahnya pergi kembali. Sayangnya, yeoja itu tidak menjawabku.

“Ayolah eomma. Tinggallah dulu, kami membutuhkan kehadiranmu eomma...” kataku terus mengemis, memohon padanya.

“Eomma sudah ada janji. Nanti eomma akan kembali ja---“

“Kau berbohong! Aku bukan lagi anak kecil, kau tau? tinggiku sudah seperti ini tapi kau terus membohongiku…membohongi saudaraku juga.” Protesku memotong cepat perkataannya.

“Tapi yang kali ini penting. Bukan membantuku tapi kau membuang waktuku. Leppasss…” rontanya akhirnya melepaskan diri dari genggamanku.

“Apanya? Eomma lupa, eomma selalu mengatakan itu berulang-ulang kali. Tapi nyatanya pun eomma tidak bisa membuktikannya pada kami.” Kesalku sekali lagi, bahkan untuk saat ini aku tidak memperdulikan nilai kesopanan pada orang tua satu-satunya.

“Jaga saja mereka selama aku pergi.” Aku bisa melihatnya dengan jelas, dia gugup penuh ketakutan. Meski aku bukan yang melahirkan dia,tapi aku yang dilahirkannya. Aku memiliki firasat yang selalu tepat contohnya seperti sekarang. Didepan sana, sebenarnya dia menelan ludah dengan susah karena tidak mampu menjelaskan keprotesanku sejak tadi. Ya aku benar.

Ku tatap sejenak adikku, bila dia tidur selalu memeluk pigura yang berisi foto appa. Kemudian aku menerawang memory saat itu.

“APPA!! APPA…DISINI SAJA APPA…JEBAALL!” pekikku meski sambil menangis ketika appa dibawa oleh sekelompok orang berpakaian polisi. Saat itu aku masih baru SMP,adikku sangat kecil juga.

“Mian Jongdae~ appa sayang kalian.” Jawab appa singkat dengan wajahnya yang tegar saat itu.

“AHJUSSHII…LEPASKAN APPA…HHH…APPA TIDAK SALAH AHJUSSHI!” kesal sekali, dengan menangis ku terus memukuli 2 polisi yang menyeret appa.

“Ya! Anak kecil, appa-mu ini dituduh penyelewengan uang dan melakukan tindak percobaan pembunuhan jadi. Jangan ikut campur dan masuk saja ke dalam.” Lalu salah satu dari mereka mendorongku hingga jatuh terduduk di tanah.

Appa sempat menolehku, memberiku isyarat mendalam lewat tatapannya yang seakan-akan ‘cukup Jongdae-ah.’ Sedih itu pasti, namun kehilangan appa adalah hal terburuk yang tidak pernah ku bayangkan. Appa pergi, berlalu dan berlalu seiring polisi sudah jauh membawa appa.
~*~*~
Eomma selalu mengatakan appa baik-baik saja, appa semakin sehat dan diberi banyak makanan saat di sel tahanan setiap kali aku bertanya bagaimana keadaannya. meski begitu, seperti ada hal aneh belakangan eomma memberi tahukan padaku. Yang biasanya berkata berani menatap mataku, kini beralih ketakutan.

Suatu hari ketika aku pulang sekolah pada sore hari, seseorang dari belakang tiba-tiba merangkul punggungku. “Appa.” Ralatku terlanjur mengatakan.

Ternyata seorang namja, dia terkekeh mendengarku. “Aku ingat, kau adalah anak sahabatku dan biasanya begini kau masih ditemaninya berjalan bersama saat kau pulang bersama. Namamu Kim Jong Dae bukan?”

Aku mengangguk meski agak heran, “Ne…”

“Bisa temani aku ke makamnya Jong Dae-ssi? Sebagai gantinya nanti ku belikan apa yang kau minta di minimarket.”

“Cho…chogiyo, makam appa??” tanyaku terbelalak setelah mendengarnya.

“Oh…kukira kau sudah tau dan berkali-kali kesana Jong Dae-ssi.”

“Eomma.” Pikirku dialah yang membohongiku. “Tuan bisa antarkan aku juga kesana.”

aku menangis sebanyak-banyaknya dalam diam setelah kami sampai di makam appa. Foto appa dimasa muda terpajang indah disebuah meja yang bersandar di dinding. tangisanku semakin pecah ketika membaca riwayat tanggal kematiannya.

“Appa…kenapa eomma tidak pernah memberitahuku appa meninggal?? Appa, aku ingin disini saja…” ungkapku tanpa malu karna kebetulan keadaannya sedang sepi pengunjung. Aku juga mengusap pigora foto appa dengan lembut. Teman appa yang mengajakku juga ikut bersedih, tapi dia menghiburku dengan usapannya dibahuku.

Dan baru saja ku sadari bahwa aku hanya bertemu terakhir kalinya dengan appa saat appa dibawa oleh polisi, selama itu. baru satu tahun aku mengetahui kematiannya lalu setelah ku hitung. Ternyata appa hanya hidup 2 minggu setelah dipenjara.

“Hyung…” Aku benar-benar terkejut, tiba-tiba adikku bangun begitu saja.

“Hyung,apa eomma ada di rumah…”

“Dia akan segera kembali untuk kita. Kau tenang saja dulu.”

>>> 

“Waah,eomma datang! Eommaaa…” seru adik laki-laki ku satu-satunya yang ku miliki. Dia berlarian menuju seseorang yang baru saja datang ke rumah kami tepat senja mulai berakhir..

“Hati-hati terpeleset lagi.” peringatku agak keras. Maklum saja, aku takut jika dia terpeleset maka dia harus berbaring di tempat tidur selama 48 jam.

“Jong Dae-ah, sudah kau beri obat adikmu?” tanya eomma padaku, auranya terlihat bahagia sepertinya.

“Sudah eomma, tadi habis dari mana? Eomma lama sekali----“

“Ah benarkah?” tanya eomma terkesan mencoba menghindar dari pertanyaanku yang belum selesai.

“Iya,adik sampai tertidur di depan pintu teras menunggu eomma…”

Sejenak eomma menatap dalam anak terakhirnya itu, lalu cepat-cepat dia membuyarkan pikirannya dan memberikan sebungkus kantong plastik padaku. “Berikan ini pada adikmu.” Sebuah mainan yang cukup banyak dan beberapa snack. Lalu dia merogoh beberapa lembar uang dalam tas pinggang yang cukup asing bagiku. “Lunasi kuliahmu besok.”

“Eo…Eomma dapat uang sebanyak ini darimana???”

“Dari kerja keras eomma selama ini dan, hari ini.” dia tersenyum penuh pengertian kepadaku. Ada apa sebenarnya padamu eomma?

Lalu aku meninggalkan adikku dan berjalan menuju kamar eomma. Ku ketuk pintunya lalu ku dorong pelan pintu yang tidak tertutup rapat itu. “Eomma…”

Dia menoleh padaku, “Kemarilah. Apa ada sesuatu?”

Sesuai permintaannya, aku diperintah kesana dan duduk disampingnya. “Eomma sudah membohongiku cukup lama kan. Kenapa eomma tidak mengatakannya saja padaku?”

Sedikit memicingkan matanya, “Jjo, Jong Dae-ya apa, yang kau bicarakan.”

“Eomma keluar dari perusahaan itu kan? lalu sekarang eomma bekerja dimana?”

Tiba-tiba dia tertawa hambar, “Kau mengagetkan eomma saja…” dia membereskan uang-uangnya yang ada diatas tempat tidur. “Eomma keluar sejak lama. Sekarang eomma bekerja di cabang perusahaan penerbit di China.”

“China? Itu jauh eomma! Sebagai apa eomma disana?” tanyaku semakin serius.

“Assiten manager pengganti. Kemungkinan eomma bisa tinggal sementara disana atau bisa juga lebih sering dirumah menemani kalian.”

“Kalau begini lebih baik aku saja yang bekerja eomma. Eomma selalu melarangku untuk bekerja dan berpesan fokuslah kuliah dan kuliah. Eomma sudah tua, eomma tidak tau jika teman-temanku bekerja membantu orang tua mereka yang semakin keriput. Apa eomma menyimpan sesuatu lain?”

Eomma menyungging senyum kecil, “Eomma masih bisa…eomma tidak mau merepotkan banyak pihak. Jadi, eomma akan tetap bekerja untuk kalian.”

Preview perkataan tadi membuatku janggal, “Merepotkan banyak pihak…seperti buronan pembunuhan saja…”

“Jong Dae-ah kau bi---“

“Aku mau ambil makan dulu eomma. Nanti ku antarkan jus lemon hangat untukmu.” Potongku cepat. Aku tau dia kikuk jika dia bersalah.

>>> 

“Tuan Hwang, kapan saya akan diintruksi?” aku mengintip dari balik dinding pembicaraan eomma via telepon.

“Oh…baiklah tuan, saya mengerti.” jawaban terakhir eomma lalu menutup pembicaraannya. Aku menghampirinya saja karena penasaran.

“Eomma, boleh aku masuk?” eomma memberiku anggukan. “Eomma, habis ditelpon sama orang kantor kah eomma?”

“Hanya atasan eomma saja. eomma merasa takut jika tidak digunakan lagi.” eomma menatapku cemas.

“Mungkin eomma kurang istirahat.” Aku membaringkan tubuh wanita tua itu, “Eomma tidur saja, kali ini biar Jong Dae yang memasak untuk kita.” Aku meninggalkannya dan menutup pintunya. Aku terdiam sejenak didepan kamarnya. Dia berkata seperti orang mau dipecat. Padahal belum lama ini dia mendapat pekerjaan tetap. Terdengar aneh sekali.

>>> 

“Eomma hari ini Jong Dae mau mengajak kalian ke pantai. Apa eomma bisa? Kalau adik pasti sangat bisa.” Ajakku menawarkan liburan, ini semua ku rayakan karena baru saja aku mendapat pekerjaan yang berpenghasilan cukup besar.

Eomma menggenggam bahuku,”Maafkan aku Jong Dae-ah, tapi eomma diharapkan seminggu belakangan ini untuk bersiaga. Manager utama mengatakan akan ada proyek yang membutuhkan eomma.”

Aku menelan kecewa, “Baiklah eomma, tidak apa. aku akan menggantinya dilain hari.”

Belakangan ini, duniaku sangat menekan batinku. Perlahan, ada kesesakan kecil dihatiku yang semakin membesar kobarannya setiap hari. Aku termenung sendiri mencari tau ada firasat apa yang membuat kesesakan ini tak kunjung hilang. Sejenak, ku tatap wajah adikku yang sedang pulas tertidur dikamarnya. Dia terpejam dengan memeluk sejumlah mainan itu, mainan yang sangat dicintainya pemberian dari eomma secara misterius.

Aku tidak yakin sebenarnya apa yang kurasakan sekarang. Apakah aku sekarang termasuk dalam kategori manusia pembaca firasat ataukah semacamnya. Yang kurasakan kini wajah eomma sedang menangis mengingat keluarga besarnya. Ayah dan ibunya, lalu appa, aku dan adikku. Ini semua membuatku semakin gila memikirkannya. Hal yang sangat jelas diingatan bawah sadarku sekarang adalah eomma.

Semoga saja firasat ini hanya sesaat, tidak benar-benar terjadi meskipun aku sendiri merasakan firasat itu tampak samar-samar. Pokoknya jangan sampai menjadi fakta. Aku berdoa dan menatap bulan yang menghiasi pemandangan balkon kamarku. Tuhan jangan tuangkan sesuatu yang membuat kami semua terbebani hingga mati, selamatkan kami. Tidak lupa kumohonkan pula maafkan segala perlakuan eomma belakangan ini.

>>> 

Disiang itu aku sibuk memasak makan siang karena beberapa hari yang lalu aku sendiri yang sudah menjanjikan pada eomma kalau aku saja yang giliran memasakkannya. Ditengah kesibukanku, ponsel eomma yang ditinggalkannya didekat meja lemari es itu berdering.

Maafkan aku eomma, karena aku penasaran. Maka, kudekati ponsel itu dengan pikiran bertanya-tanya siapakah yang sedang menelfonnya. Tertera disana Hwang Sajang-nim. Kata tanya pertama kali yang terpikir ialah siapa dia. Bukankah eomma hanya  menceritakan soal pekerjaan barunya menjadi manager cadangan. Kata sajang-nim mengingatkanku pada orang yang mengabdi sepenuhnya pada orang yang dihormatinya. Seperti difilm-film, orang itu akan merelakan segalanya termasuk nyawa demi tuannya itu.

“Eomma!! Telfon!” teriakku setelah menjauhi ponselnya dan aku terus berpikir-pikir semua keterkaitan dari apa yang pernah eomma lontarkan sebelumnya.

Kemudian tidak lama itu, eomma buru-buru datang. Dia langsung menyambar ponselnya dan membawanya keluar dari ruang makan. Lebih tepatnya dia berlari terbirit-birit menuju ruang tamu. Maafkan aku lagi ,eomma. Batinku dalam hati dan aku terus memata-matainya dibalik dinding. harapanku,aku mendapat petunjuk baru.

“Ss…saya ikut? dd...dimana tuan?” tanya eomma dengan tangannya yang bergetar memegangi ponsel ditelinganya itu. sesekali itu juga eomma kelihatannya juga mengawasi keadaan sekitar seperti memastikan apa tidak ada orang lain yang mendengar pembicaraannya. Jelas sekali mataku membaca kesan diam-diam eommaku ditelfonnya. Apa itu selingkuhannya? Atau karena dia takut aku bertanya-tanya penasaran siapa penelponnya itu.

“Mengerti tuan.” setelah itu kelihatannya dia membesarkan volumenya. Meski begitu, aku tetap tidak mendengar nada bicara dari orang yang menelfonnya itu.

“Ara, arasso sajang-nim.” Tunduk eomma mengerti dengan nadanya yang terkesan pasrah menurut pendengaranku. Segera itu juga aku buru-buru kembali ke tugasku menyiapkan makan siang didapurku.

Malam hari itu aku melihat eomma mengambil pakaian yang biasanya dikenakannya ke pasar dari gantungan baju disamping mesin cuci. Pikirku,akankah dia ke pasar malam yang ada dikota tetangga yang menurutku jauh sekali?

Tunggu,tapi dia memakai blazer yang biasa dipakainya ke kantor. Aku membulatkan mulutku, oh..mungkin saja benar sekarang waktunya eomma mendapat panggilan kerja atas cuti atau ijinnya manager utama diperusahaannya itu.

“Jong Dae-ah, eomma akan berangkat kerja. Beri adikmu obat yang teratur dan kau jangan pernah bolos kerja dan kuliah.” Ungkap eomma dengan sikapnya yang terburu-buru.

“Eomma mau kemana lagi? pulang jam berapa?” tanyaku seraya mengambil air putih diteko.

“Eomma ada rapat dengan atasan di Busan road. Eomma pergi dulu.” Dia sempat memberiku usapan sayang pada puncak kepalaku. Terasa sedikit lega daripada tidak sama sekali. Tapi itu tidak akan menyurutkan rasa penasaranku yang masih belum terjawab. Otakku bekerja lebih cerdas lagi, sebuah ide nakal muncul untuk mengikuti eomma dari belakang. Dari sinilah, aku yakin akan ada jalan yang luas menjawab segala kepenasaranku.

>>> 

Wanita tua yang masih dikatakan muda itu memang suka berjalan kaki daripada harus membayar untuk menaiki sebuah bis apalagi taksi. Siapa lagi yang ku ikuti kalau bukan eomma. Dia nampak santai berjalan sambil sesekali melihat pemandangan keramaian malam yang dipenuhi dengan kemeriah anak-anak remaja usia SMA dan kehidupan perdagangan ditoko-toko sepanjang jalan ini.

aku masih mengikutinya tanpa kehilangan jejak. Ini berkat langkahku yang tidak mencurigakan dan ditambah lagi aku hafal ruas-ruas sepanjang jalan menuju Busan road jadi, jika sewaktu-waktu eomma melihat kebelakang. Aku akan mudah bersembunyi dan cepat kembali mengikutinya lagi.

Busan road hanya memiliki satu penyewaan auditorium dan segala ruangan rapat dalam satu gedung. Tidak ada membangun bisnis seperti itu sampai saat ini. Hanya gedung itu juga yang paling terkenal dikawasan ini, jadi. Bisa dipastikan eomma akan rapat disitu. Akankah dia mendapat tip lebih banyak lagi? aku tertawa senang membayangkannya.

“Loh?” pekikku terkejut melihat eomma malah masuk ke hotel Jjang. Aku mengejarnya dengan langkah pelariku mengawasinya. “Ada apa dengannya?” tanyaku menemani langkahku masih mengejarnya. Lalu, aku sedikit mengurangi kecepatanku karena aku hampir berdiri di depan hotel itu. aku berjalan perlahan mengintip dari sela-sela pintu kaca yang ada melindungi lobby hotel itu.

Aku terperangah melihat eommaku disana. Dia sedang duduk menunggu seseorang dilobby hotel tersebut sambil membaca beberapa kata diponselnya. Mungkinkah dia membaca sms. Mungkinkah sms itu adalah intruksi melakukan sesuatu. Tidak lama pertanyaanku itu terjawab sudah. Eomma menghilang dari pandanganku, perkiraanku sekarang dia masuk ke sebuah kamar di hotel itu. saat bersamaan juga, seorang namja berkebangsaan china keluar berpapasan dengan eommaku. Apakah ini hanya sebuah kebetulan,

Atau diakah yang bernama Hwang, yang dipanggil sajang-nim oleh eommaku?

>>> 

“Ne chakkamanyeo!” teriakku dari dapur ketika ada seseorang memencet bel rumahku berkali-kali. Aku segera berjalan cepat membuka pintu itu. aku sedikit terkejut melihat sekelompok polisi yang menghampiri rumahku.

“Selamat pagi tuan. Kami dari tim penyidik kepolisian. Benarkah ini kediaman nyonya Yong In Ja?”

“Benar, apa ada sesuatu?”

“Kami memberi surat keterangan kematian untuk anda tuan.” Salah satu polisi terdepan sebelah kananku menyodorkan secarik kertas padaku.

“Kami menangkap nyonya Yong sedang melakukan praktek pembunuhan terhadap seorang direktur penerbit terkemuka berkewarganegaraan china disebuah kamar hotel Jjang di Busan road dengan kode kamar Eksekutif 5 nomor 365. Namun ketika kami tangkap, sebuah dugaan peluru nyasar menembak kepalanya hingga mengalami pendarahan dan tewas ditempat.” Jelas polisi satu disebelah kiriku, telak sudah membuat rahangku beku mendengar penuturan yang sangat sulit dipercaya.

“Apa, aku akan ditangkap dan dikenai penangguhan hukuman atas eommaku…”

“Untuk saat ini tuan ditetapkan sebagai saksi. Mari ikut kami tuan.”

>>> 

Tiga orang polisi telah mengantarkanku ke sebuah pemakaman umum, tepatnya kini aku ada berdiri disamping pusara yang barusaja dibuat. “Kami permisi dulu tuan.” Pamit mereka bertiga memberi hormat padaku. Didalam sana,mati-matian aku menahan tangis dan amarahku. Setelah kurasa lama, kurasa polisi-polisi itu juga telah jauh pergi. Saat itu aku mengerang sekencang mungkin.

“EOMMAA WAEYOOO HUHH?!!...KENAPA HARUS KAU EOMMA!!...” aku mengusap airmataku dengan kasar. “HARUSKAH AKU YANG MENJADI KORBAN ATAS SEMUA INI…HEY!! AKU TIDAK TAU APA-APA MENGENAI INI TAPI KENAPA AKU HARUS TERLIBAT??!! AKU MEMANG BUKAN TANDINGAN KALIAN PARA ORANG ATAS! JADI, BISAKAH KALIAN MEMAKAI ORANG LAIN SEBAGAI MAINANMU HAHH…!!”

Lalu aku berlutut pada pusara didepanku ini. “Eomma,kadang kau terlihat lebih bodoh dari anak seumuranku seperti ini. tapi kau tetaplah eommaku, tapi aku tetap mencintaimu eomma, aku tetap menghormatimu eomma…” aku menarik nafas panjang untuk lebih mengontrol emosiku. “Eomma…aku akan mencari siapa orangnya untukmu eomma. Kau tidak boleh mati tertuduh seperti appa kau tidak boleh, apalagi lebih parah dari appa. Kau tidak boleh eomma! Atas nama keluarga Kim baik appa,nenek dan kakek dan semua anggota keluarga yang telah mati, orang yang membunuh eomma tidak akan tenang sampai hidupnya. Dan kau eomma, kau akan dimaafkan oleh mereka,termasuk aku dan adikku eomma…” lalu kucium dan kupeluk batu nisan pusara ini. aku masih merasakan eomma benar-benar hangat membalas pelukkanku dan terpampang senyumnya yang menenangkan. Kemudian aku berdiri dan terus kupandangi pusara eomma. Rasanya masih tidak percaya kini dia tidur didalam tanah,bukan diatas kasur sederhana yang sering kulihat.

“Itu makamnya, sepertinya namja itu mengenalnya.” Aku bertanya-tanya suara siapa itu? akankah orang itu mau kemakam eommaku atau ke makam orang lain? Tapi aku tidak terlalu penasaran siapa dia,makanya aku tidak menoleh ataupun membalikkan badanku kearahnya. Namun,kudengar ada orang yang berhenti dibelakangku.

“Mianhamnida, apakah kau mengenal makam ini?” kutengok orang yang menyuarakan pertanyaannya itu, seorang namja hampir keriput berjas layaknya perawakan pengacara. Namun dia membawa namja seumuranku yang…cantik.

“Ya…aku mengenalnya sangat…karena dia eommaku…lalu,kau siapa?” balasku sambil menahan sesenggukkan tangisku. Namja seumuranku itu membulatkan mulutnya,sementara namja satunya tersenyum simpul padaku.

“Kebetulan sekali, boleh saya meminta sedikit penjelasan. Apakah kau mengenal presdir Kim Su Ho,yang nama aslinya Kim Joon Myeon.” Tanya namja tua itu yang membuat pikiranku berputar kebingungan akan maksudnya, maklum. Inilah kebiasaanku ketika jatuh melihat orang tersayangku apalagi eomma meninggal dunia.

Lalu dia mengeluarkan selembar foto berukuran sedang. “Inilah presdir Kim,apa kau pernah melihat ibumu berteman atau bertemu dengannya?”

Mataku menatap tajam begitu pertanyaan itu terlontar. “Tidak sama sekali…bahkan…hiks. Eomma selalu takut bertemu orang penting seperti presdir.” Tak peduli mata lebamku menatap tajam dua orang dihadapanku ini.

“Maaf, maaf. Tapi apa kau tau terakhir kali ibumu pergi?”

“Aku harus menghormati eomma.” Balasku sambil berjalan menjauh dari pusara makam eommaku. Dua orang itu setia mengikutiku dari belakang. Setelah jarak yang cukup pas, aku melanjutkannya lagi. “Aku sudah curiga sejak eomma mendapat uang yang begitu banyak secara tiba-tiba. Tidak hanya itu, diam-diam eomma sering bertelfon dengan laki-laki yang dipanggilnya tuan lah,sajangnim lah. Ah! Aku kurang tau. terakhir, dia pergi malam hari dengan alasan rapat dengan atasannya di Busan road. Tapi ternyata dia bohong. Aku mengikutinya dan yang kudapati…dia menunggu seseorang di lobby hotel Jjang.” Jelasku dengan sedikit kesal dan sedikit menangis lagi.

“Apa kau tau siapa atasan ibumu?” tiba-tiba namja cantik itu menambahkan pertanyaan padaku.

“Yang pernah kudengar, namanya Hwang. Aku saja tidak tau kenapa eomma bisa kenal orang china seperti dia.”

“Seperti inikah orangnya?” tanya namja yang satunya dengan menyodorkan sebuah foto lagi padaku.

“Siapa itu tuan Ryu?” tanya namja cantik penasaran dengan foto siapa yang dipegang oleh namja yang dipanggilnya tuan Ryu itu.

“Istrinya direktur Lim, yang kemarin barusan bertunangan.”

Mataku membulat lebar. “Ya benar. Bahkan orang ini yang membuat eomma masuk ke hotel. Aku heran sekali, apa orang china itu selingkuhan eommaku? Apa itu yang namanya Hwang?” balasku mulai berang terhadap orang yang didalam foto itu.

Namja bernama Ryu itu mengangguk pelan pada dirinya sendiri. “Siapa namamu anak muda?” tanya namja itu padaku.

“Kim Jong Dae tuan.”

“Tolong besok datanglah ke pengadilan korea jam 10 pagi.” Perintahnya padaku lalu meninggalkanku begitu saja. dia dan asistennya memberiku ucapan terima kasih dengan menyerahkan kartu nama dari identitas mereka berdua. Mungkin dengan adanya mereka, inilah jalanku yang mulai terbuka untuk keadilanku. Besok,tunggulah kedatanganku pengadilan!

>>> 

Beruntung usahaku mencari tau tentang kantor dari orang yang bernama Hwang itu telah kutemukan. Sekarang,aku akan melabraknya didalam kantor perusahaannya itu. berbagai alat telah ku persiapkan demi kelancaran aksiku. Beruntungnya lagi, adikku tidak merepotkanku karena dia minta diasuh oleh nenek dari eommaku.

Ketika langkahku sudah sampai diperusahaan ini, betapa terkejutnya aku dengan seluruh anggota keamanan sedang lengang. Bahkan aku masuk dengan pakaian penyamaran saja diperbolehkan masuk, kau tau. aku tidak perlu memakai tanda pengenal palsu untuk masuk ke ruang utama. Melewati lobby pintu utama, aku tidak bertanya pada petugas yang kokoh berdiri menyambutku karena aku sudah memiliki denahnya sebelumnya. Hahaha…

Setelah menyusuri beberapa kondisi dilantai dasar, aku beralih menuju lantai kedua. Sepanjang koridor keadaan disini memang sepi. Orang lalu lalang saja tidak ada dan. Eits tunggu. Dibanyak ruangan juga banyak pekerja yang tidak hadir untuk menyibukkan diri. Kemanakah mereka? Ketika aku sampai ke salah satu tikungannya, aku mendengar beberapa orang ada didepan sebuah ruangan meski jauh dari jarak kakiku berdiri.

“Mari manager, anda harus cepat sebelum presdir disidang.” Sepertinya kemarin aku mendengar suara ini.

“Aku sudah cepat Assisten Ryu, tapi kenapa bisa langsung disidang?” yang suara ini,aku baru mendengarnya. Mungkin dia orang baru.

“Maaf manager Oh Sehun. Kita tidak punya banyak waktu untuk menjelaskannya.” Aha, suara namja ini persis seperti suara namja cantik yang kemarin mengintrogasiku.

“Benar manager, saran tuan Byun Baekhyun sangatlah benar.” Nah,aku ingat. Ini pasti suara tuan yang dipanggil Ryu itu. jadi, nama namja cantik itu Byun Baekhyun. Cocok sekali dengan parasnya yang tegas namun seindah malaikat.

Terdengar,langkah mereka terhenti. “Aish…aku akan kembali mengambil beberapa barang yang bisa kujadikan bukti di pengadilan nanti. Bisakah tuan Ryu dan Baek Hyun menungguku?”

“Baik manager.”

>>> 

“Hebat sekali orang yang mampu membobol code password ruangan semewah ini.” ucapku seorang diri berhenti sejenak menatap keypad ruangan ini. karena tidak terkunci secara otomatis, jadi tidak ada halangan saat memasuki ruangan semewah ini yang bukan milikku. Ku amati beberapa banyak fasilitas yang terpampang disetiap sudut ruangan kerja disini. Andai saja hidupku bisa lebih kaya lagi, pikirku.

Aku beralih ke bagian dapur, terlihat ada semangkuk sarapan pagi yang masih segar. Apalagi makanan dimangkuk itu tidak bersih tanpa sisa. Sepertinya sang pemakan tidak semangat menyantap sarapannya itu. kemudian beberapa langkah darisitu, aku menuju ke bagian kamar. Kutemukan beberapa foto 2 namja dan beberapa buku catatan. Aku juga mengambil buku telepon yang berada dibawahnya.

“Oh?”

Aku terkejut ketika seseorang namja jakung berambut cokelat itu juga ikut terkejut melihatku,mungkin…ini kamar miliknya.

“Apa kau yang mempunyai ruangan ini? maaf aku lancang.” Ujarku padanya yang masih terkejut melihat keberadaanku,dia juga melihat barang-barang yang terbawa oleh tanganku.

“Emm…ambil saja barang-barang yang ingin kau butuhkan karena disini bukan kamarku.” Kata namja itu sambil terburu-buru mencari sesuatu disudut bawah.

Aku mencoba ikut mendekatinya “Lalu kau siapa dari pemilik ruangan ini?”

“Tawanan. Namaku Oh Sehun.” Namja bermarga Oh itu kini merangkak-rangkak dan membungkuk ke bawah lemari dan brankas-brankasnya.

Aku memutar bola mataku sambil tersenyum penuh rencana. “Aku Kim Jong Dae,boleh kutau siapa yang menjadikanmu tawanan?”

Sehun menghentikan pencariannya dan berdiri menatapku. “Aku ditawan oleh Kris hyung dan si panda Hwang Zhi Tao itu, apa kau juga kenal mereka?” lalu dia kembali merangkak lagi. “sepertinya aku pernah mengenal namanya…” gumamnya terlalu pelan hingga aku tidak bisa mengartikan apa yang dia katakan.

“apa kau bilang?”

“Tidak. Apa kau juga kenal mereka?” hampir aku menjawab namun. “Apa kau melihat tali tampar disini?”

Aku terkejut lagi, “O-oh…apa benda itu yang ada dibawah lemari kecil disana?” kutunjuk jariku kearah tempat tidur yang barusan ku masuki tadi. Sehun berlari kencang ke kamar itu lalu langsung menjatuhkan diri dan meraba-raba lantai dibawah lemari kecil tersebut.

“Makasih yaa!! Aku harus pergi secepatnya.”

“tunggu!” cegahku berteriak ketika dia sudah berlari. Lalu akhirnya dia berhenti sejenak  meski tidak  berbalik kepadaku. “Bisakah kita bekerja sama menjatuhkan si Hwang bersamaku?aku juga memiliki masalah serius dengannya.”

“Kau juga…” Sehun mulai berbalik kearahku.

“Eommaku meninggal karenanya. Jadi…bukankah itu termasuk masalah serius.” Sehun mengangguk serius padaku. Lalu mengajakku untuk keluar dari ruangan ini menuju ke suatu tempat.

>>> 

Itu kan orang yang berada disalah satu foto yang ditunjukkan padaku waktu Ryu dan Baek Hyun menanyaiku didekat makam eomma. Aku benar-benar terkejut melihat orang seperti dia yang memiliki jiwa berwibawa dan berkepemimpinan itu duduk dimeja persidangan.

 “Em, Baek Hyun. Kenapa tuan presdir berwibawa seperti dia ada dimeja persidangan?” tanyaku pada namja yang duduknya paling dekat denganku.

“Yaitulah presdir Suho, dia terkena tuduhan membunuh suami dari manager Hwang Zhi. Tapi percayalah dia bukanlah orangnya. Kau harus percaya bahwa dia tidak tau apa-apa dan sudah pasti tidak pantas untuk dipersalahkan…”

Aku terhanyut sejenak, tidak membalas lagi dari ungkapan Baek Hyun lagi. sesekali aku melirik sekeliling ruangan pengadilan Negara ini. para kerumunan baik pembela salah satu pihak maupun hanya sebagai saksi telah datang mengisi kursi-kursinya yang kosong. Heranku muncul sudah,jauh sekali jika seandainya aku yang mengalami hal seperti demikian. Sudah dipastikan jika aku,aku akan depresi dan mengulur waktu untuk proses persidangan ini. akan kubuat proses persidangan menjadi lamban dan aku tidak akan jadi dibunuh juga.

“Kepala Hakim Soo telah datang.” Tiba-tiba suara penyambutan dari salah satu perangkat pengadilan. Semua terdiam memperhatikan betul suasana yang akan terjadi setelah ini.

“Mari kita mulai salah satu spekulasi dari saudara Kim Joon Myeon. Apakah saudara memiliki hubungan teman atau hubungan lainnya dengan wanita berusia 50 tahun Yong In Ja?” tanya Kepala Hakim membuka acara persidangan ini

“Tidak, saya sama sekali tidak mengenalnya.”

“Apakah saudara pernah bertemu atau sekedar berkomunikasi lewat perantara?”

“Saya tidak pernah mengenalnya. Dia orang baru yang saya dengar barusaja.” Namja bernama Kim Joon Myeon itu menunduk meski tangannya menggenggam erat mic yang diberikannya sebelum masuk ke ruangan ini.

“Dewan pertimbangan silahkan memberi pertanyaan.”

Lalu salah satu dewan pertimbangan maju mendekati presdir itu. “Saudara Kim Joon Myeon,apakah tuan memiliki dendam ataukah tuan yang didendamkan oleh Direktur Lim?”

“Saya tegaskan saya tidak memiliki dendam padanya dan saya tidak pernah tau jika saya didendamkan,karena saya tidak pernah melakukan perseteruan dengan beliau.”

Dewan pertimbangan dibelakangnya mulai bergilir maju “apakah tuan Kim menyimpan perasaan tidak suka dengan istri dari mendiang direktur Lim ketika mendapatkan sesuatu?”

“Saya bukan tipe penyimpan umpatan. Meski dia adalah teman saya,saya tidak akan menyimpan umpatan saya dengan lama.”

Aku melihat seorang lagi yang ada dibelakang orang yang kedua itu, “Pernahkah tuan mengetahui bahwa istri Direktur Lim,tuan Hwang pernah tersakiti oleh perlakuan tuan sebelumnya?”

Terlihat presdir memejamkan mata sejenak, “Saya tidak bisa membaca perasaan terdalam seseorang. Namun,saya bisa mengatakan itu mungkin pernah meski tidak sengaja.”

“Cukup Kepala Hakim Soo.” Orang itu memberi hormat dan kembali pada posisinya dibangku dewan pertimbangan.

“Pembela silahkan mengajukan pernyataan.”

Ryu berdiri dari bangkunya yang tepat disamping presdir. “Presdir Kim Su Ho adalah orang yang berwibawa dan berkepemimpinan baik. Saya adalah tangan kanan kepercayaan yang untuk mendampingi setiap pemimpin perusahaan induk, namun presdir Su Ho adalah pemimpin sementara diperusahaan. Saya sangat mengerti gerak-geriknya dengan kata lain semua pertanyaan yang diajukan tadi itu benar sesuai faktanya.”

“Cukup.” Sela kepala hakim, “Saksi satu,silahkan anda maju.”

Seorang yeoja berpakaian kerja kini maju dan duduk dimeja khusus yang menghadap ke penonton. “Saya sekretaris Choi membenarkan hal yang sama sesuai kata dari Assisten Ryu Gak.”

“Saksi dua,”

Giliran orang disampingku yang duduk dimeja khusus itu. “Saya pegawai baru Byun Baekhyun. Membenarkan hal yang sama. Presdir Suho tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan orang-orang asing yang baru muncul disebutkan namanya tadi. Malah,presdir Suho adalah korban karena partner kerjanya, Manager Oh Sehun telah diculik oleh orang China selama berbulan-bulan lamanya. Hanya mencari tau dan mencari tau,selama ini hanya itu. presdir Suho tidak pernah berseteru dengan orang lain selain saya dan tuan Ryu Gak.”

“Apa-apa’an kau beraninya menghina orang China sepertiku. Cih!” sela seseorang yang ternyata dialah Hwang yang selama ini dimaksudkan sejak kemarin. Mencurigakan dia membantah tanpa diberi kesempatan.

“Lanjutkan tuan Byun.” Persilahkan lagi oleh kepala Hakim.

“Saya menginvestigasi semuanya dari awal, yang saya temui adalah kejanggalan bahwa ada permainan dari orang dalam dan orang dari cabang di China. Beberapa orang yang saya tanyai mengiyakan bahwa manager Oh benar-benar dibawa ke China dan diculik dengan motif berencana.”

“Apa maksud anda?” tanya Kepala Hakim lebih antusias

“Oh tuan kepala hakim soo, bukankah anda harus mengikuti prosedur untuk menanyakan keterangan dari saksi-saksi selanjutnya. Kurasa anda melewati kapasitas prosedur.” Tiba-tiba namja disamping Hwang itu, tampaknya dia adalah tangan kanannya.

Seluruh ruangan terdiam untuk beberapa detik. “Jika tuan merasa ini melewati kapasitas prosedur. Apakah tuan sedang merasa terpojokkan dan ketakutan bila pihak penggugat akan kalah?” potongku dengan suara yang lantang,aku tersenyum senang karena saat itulah orang-orang memperhatikan apa yang kuucap baru saja.

>>> 

AUTHOR POV

“….Jika tuan merasa ini melewati kapasitas prosedur. Apakah tuan sedang merasa terpojokkan dan ketakutan bila pihak penggugat akan kalah?” potong seorang namja dengan suaranya yang lantang, namja itu tersenyum senang tatkala ketika kalimatnya terselesaikan,seluruh mata memandangnya penuh tanya antusias.

Kepala Hakim sempat melirik kiri kanannya. Lalu dia mengetok palu ditangan kanannya. “Melebihi kapasitas prosedur itu memang. Namun bilamana keterangan satu saksi mampu membuka beberapa sub-sub petunjuk baru, maka hal itu sah-sah dilakukan selama kewenangan Kepala Hakim seperti saya mengizinkannya untuk ber-lan-jut!” sekali lagi dia mengetok palu dan memfokuskan pandangannya yang menyindir kepihak Tao.

Melihat keadaan yang seperti ini, Baek Hyun mulai berbicara. “Maksud saya,manager Oh menghilang ketika utusan dari cabang perusahaan China. Yaitu tuan Hwang hanya meminta manager Oh saja yang menemuinya,dan sangat menolak jika itu diwakili oleh sekretaris atau presdir sendiri. dengan kata lain,logisnya saja pasti ada motif tertentu yang terjadi dibelakang presdir Suho yang menggunakan partner presdir Suho,yakni  manager Oh sebagai alatnya.”

“Terima kasih dan cukup. Silahkan saksi ketiga.dari pihak hotel Jjang.”

Orang yang dimaksud pun berdiri dan duduk dibangku saksi. “Saya selaku pengelola dan pengawas hotel Jjang diBusan Road sangat menyesal atas kejadian ini. saya tidak mengetahui bahwa mengapa keamanan dihotel saya bisa kecolongan berkas CCTV dan membuat lancar aksi pembunuhan ini. saya minta maaf.” Kata namja yang mulai tua itu dengan berlinang air mata.

Kepala hakim menanggapi dengan kesunyian dan wajah datarnya. Lalu tiba-tiba salah satu dewan pertimbangan berdiri maju ke tengah-tengah ruangan. “Kepala Hakim Soo,izinkan saya mengajukan beberapa pertanyaan pada saksi-saksi dan pelaku.” Kepala hakim menganggukkan satu kali.

“Saudara Byun Baek Hyun apa peran anda dalam pencarian Manager Oh yang hilang dan siapa saja yang terlibat, baik sekedar membantu maupun mengganggu.”

Baek Hyun mengangguk pasti,ia mengangkat micnya agar dekat dengan mulutnya. “Saya sebagai asistennya, dan mengenai orang yang terlibat. Kris membantu saya saat investigasi ke perbatasan. Disana juga saya sempat diganggu oleh namja bertubuh tinggi namun sangat muda. Dia mengejar-ngejar saya dengan anggapan saya adalah detektif yang dikaguminya.”

“Apakah orang yang bernama Kris hadir di persidangan ini Saudara Byun?”

Baek Hyun memandangi satu persatu orang yang hadir didalam pengadilan maupun yang menunggu dijendela apakah ada atau tiada. Sayangnya,namja itu tidak ada dan membuat dirinya bingung. “Sepertinya dia tidak datang karena dia tidak tahu apa-apa mengenai sidang ini tuan.”

“Baik, sidang dilanjutkan satu jam lagi.” Kepala Hakim lalu mengetok palunya, pertanda sementara dibubarkan.

Baek Hyun gelisah menggenggam ponselnya sambil mengetik pesan singkat untuk seseorang. “Ayolah Kris ku mohon baca smsku…” ucapnya memohon pada ponselnya sendiri.

>>> 

“Kapan kau memberiku bagian dari sahammu Kris?” tanya Lay dalam suasana kafe yang ramai dengan music namun hanya dia dan Kris sebagai pelanggan yang menempati kafe itu.

“Jangan meragukanku Lay, kerjamu tidak akan kubayar murah.”

“Tapi kau seperti mempermainkanku mempermainkan janjimu sendiri. Kau tidak tau aku sangat membutuhkannya sekarang!” balas Lay lebih keras dibanding nada suara sebelumnya.

“Hey hey sabar saja. memangnya seberapa penting kau membutuhkannya untuk apa? kau kira aku juga tidak menunggunya…” Kris membenarkan posisi duduknya.

“Aku mau membeli bisnis untuk anakku yang akan lahir Kris!” Kris hanya tersenyum remeh menanggapinya. “Tunggu. Kau bilang kau juga menunggunya? Bukankah semua ini dibawah kendalimu?”

“Itu dulu, tapi sekarang semua Tao.” Sebuah pesan masuk berkali-kali mengganggu pembicaraannya. “Sebentar.” Kris membuka pesan masuknya itu. –Kris,bisakah kau datang ke pengadilan sekarang?aku butuh saksimu- “Memangnya dia kenapa,bisa saja kalau bercanda.”

“Ah. Aku lupa memberitahumu. Hari ini Tao mengadakan persidangan untuk mengadili Suho. Dia bercerita padaku bahwa dia yakin dia menang dan dengan begitu. Asset-asset suaminya bisa dibagikan pada kita. Bukankah itu sangat menguntungkan sekali Kris.”

Kris terjingkat, lebih maju lagi merapat pada Lay. “Apa kau bilang? Sekarang Tao mengadakan persidangan?!”

“Iya…masah kau pacarnya sendiri tidak tau?”

Kris terkejut lagi ditambah bunyi pesan masuk berdering lagi. –Kris, kumohon berikan kesaksianmu. Jika tidak,akan ada nyawa yang terbunuh dan aku akan tinggal ditahanan- Kris segera bangkit dari posisinya.

“Mau kemana?!” tanya Lay sangat terkejut melihat reaksi Kris terburu-buru.

“Kepengadilan sekarang, aku mau menyelamatkan dan memberi saksi untuk seseorang.”

“Hah? Michosseo!!! Kita semua akan mati jika kau memberi keterangan. Aku tidak mengizinkanmu. Duduk!” Lay bersikeras mendudukkan kembali Kris.

“Kalau aku tidak pergi memberi keterangan, apa omongan tao bisa dijamin?”

“Tentu saja bisa. Kalau tidak. Ya jelas-jelas kita akan menendangnya ke Sungai Han.”

“Aku tidak yakin aku bisa tenang. . .”

>>> 

“Panggil saksi dari keluarga tersangka pembunuhan.” Jong Dae maju ke bangku utama saksi.  “Apa yang anda kenal sosok Yong In Ja?”

Jong Dae mengangguk, “Dia adalah eomma saya. Terkadang dia terlalu tertutup namun belakangan dia terlalu intens berinteraksi dengan atasannya yang saya ketahui bernama tuan Hwang. Saat itulah saya semakin curiga dan curiga hingga pada puncaknya, saya mendapati dia membohongi saya. Katanya mau menghadiri rapat di Busan road namun yang terjadi, dia menunggu tuan yang disana itu di lobby hotel yang tidak jauh dari situ.” Jong Dae menunjukk lima jarinya kepada Tao.

“Hey anak muda kau tidak sopan sekali.” Sahut Tao tidak terima dituduh lebih dalam.

Kepala Hakim mengetukkan palu ke meja, “Cukup! Semua diam dan silahkan hakim anggota memberi putusan.”

Lalu Hakim yang bertag name marga Jong itu membenarkan micnya dan berbicara, “Berdasarkan pengamatan dan penelitian lebih lanjut. Saudara Kim Su Ho atau yang bernama aslikan Kim Joon Myun dengan ini ditetapkan sebagai terdakwa atas pembunuhan berencana beserta tindak kejahatan tersembunyi kepada keluarga Lim dan Hwang dengan masa tahanan 2 minggu,yang akan ditetapkan lagi dengan perubahan status dalam persidangan terakhir yang akan datang.”

Gertak ricuh pun akan dimulai oleh simpatisan pendukung Suho yang tidak terima atas putusan itu. orang-orang itu berkali-kali mengumpat tao sang penggugat dan hakim anggota yang membacakan putusannya.

“Tuan kau tidak adil!!” protes satu orang, “Kau mengambil keputusan sepihak, ini tidak sesuai dengan apa yang dilakukan tuan Joon Myun pak!!!” teriak orang lain pada kepala hakim. “Kau tidak professional menindak terdakwa yang tidak bersalah!” ungkap orang yang lain itu menunjuk semua perangkat pengadilan. “

Lalu Suho berdiri dan menghadap kearah pendukung lainnya. “Cukup teman-teman dan tuan-tuan. Saya berterimakasih. Simpati kalian cukup membuat saya semakin tegar. Doakan saya dapat melewati segalanya.” Seketika itu, kericuhan dan ribut antar argument reda. Keadaan menjadi lebih tenang. namun, kepolisian yang berjaga sejak tadi itu kini membawa Suho dengan terburu-buru.

>>> 

Hari ini, sesuai yang semua pendukung Suho tau bahwa hari ini adalah sidang kedua kasus namja itu. para simpatisan yang tidak berperan aktif seperti para karyawan,maupun keluarga Suho itu sedang berdoa penuh memohon agar Suho disidang kali ini menang, menang yang berarti pertanda akan tidak adanya pidana yang memberatkan Suho. Tapi, dalam pengharapan mereka, mereka sangat menginginkan Suho bebas tidak bersyarat.

Sementara simpatisan aktif seperti pengacara, presdir besar Choi Min, asissten Ryu, Sehun, Baek Hyun, dan Jong Dae yang selaku anak dari saksi tersangka yang telah mati, mereka berkumpul diluar ruangan persidangan dan saling berdebat.

“Kali ini kita harus sekuat tenaga meyakinkan bukti-bukti yang kita miliki adalah benar.” Kata pengacara memulai perdebatannya.

“Saya juga mempunyai banyak keterangan yang cukup berpengaruh. Saya sudah mengumpulkan buktinya dan saya yakin tuan Hwang dapat terkalahkan.” Tambah Jong Dae dengan perasaan kesal yang menggebu-gebu.

“Apapun itu, saya berharap penuh pada keterangan dan bukti-bukti yang kalian miliki. Saya mohon selamatkanlah kebebasan Kim Suho, ne?” harap cemas tuan Choi Min.

“Baik presdir. Kami akan berusaha. Sepertinya persidangan akan dimulai.” Ungkap Baek Hyun mengingatkan. Lalu mereka semua masuk ke ruang persidangan. Mereka begitu terpukul melihat namja terdakwa yang duduk disana itu lebih kurus dari dua minggu yang lalu. Atau mungkin saja pandangan mereka yang menipu mereka karena sudah dua minggu itu mereka tidak melihat Suho setiap harinya.

Kepala Hakim mengetuk palunya, “Dari pihak terdakwa, apakah ada bukti baru yang konkrit yang bisa ditunjukkan. Silahkan bicara berurutan.”

Ryu Gak berdiri, “Ada bukti yang saya temukan bahwa akar dari kasus ini adalah dendam karena menurut orang-orang dari tuan Choi Min selaku presdir besar kami. Tuan Hwang merasa iri ketika tuan Suho mendapat jabatan menggantikan presdir. Karena tuan Suho sering berpartner dengan tuan Manager Sehun, maka tuan Hwang menyekap tuan Sehun dan berlanjut sampai seperti ini.”

Dilanjutkan dengan namja disampingnya, yakni Baek Hyun “Saya telah membawa bukti dikertas kronologi yang telah saya cetak. Saya membawa juga beberapa foto ruangan tuan Hwang yang dipergunakan sebagai penyembunyian Manager Sehun. Secara realistis dan logika, menurut saya tuan Hwang melakukan dengan sengaja sebagai tebusan agar presdir Suho menyerahkan jabatannya dengan Manager Sehun sebagai tawanannya.” Lalu kertas itu diberikan pada pengacara utama yang duduk berdampingan dengan Jong Dae.

Jong Dae berdiri dengan tangannya yang mengepal. “Saya selalu mencurigai Yong In Ja kenapa mendapat uang banyak dengan tiba-tiba, pergi dan pulang begitu saja secara tidak terjadwal, dan mendapat telpon berulangkali oleh namja yang dipanggil Hwang sajang-nim. Tapi selama saya mengenalnya,saya tidak pernah mengetahui ia berinteraksi dengan tuan Suho atau Kim Joon Myun. Untungnya di TKP,saya diperbolehkan masuk oleh pihak hotel. Anggapan dari penelitian hawa yang saya miliki,Yong In Ja hanya masuk sebentar lalu berjalan menuju botol racun itu hanya untuk meninggalkan sidik jarinya saja. saya juga menemukan potongan sarung tangan yang sengaja digunting dan dibuang dibalik jendela. Logisnya, pelaku sengaja menyewa Yong In Ja untuk sidik jarinya saja. itu tandanya ia tidak pernah melakukannya.” Lalu Jong Dae memberikan potongan sarung tangan yang sudah dimasukkan kedalam plastic kepada pengacara kedua disampingnya.

Kini, pengacara utama memberi keterangan, “Dari kronologis pihak Hwang, saya melihat banyak bukti kejanggalan. Dan atas kematian direktur Lim. Mungkin memang terjadi pembunuhan dengan racun yang disuntikkan ke kerongkongan korban sesuai dengan vonis pihak forensik. Tapi, pelaku pergi dan memanggil pihak ketiga. Masalah wasiat, saya crosscek dari para pegawai satu kantornya, Direktur Lim terkenal kaya harta dan sangat mencintai Hwang meski dia sering mengacuhkannya. Hubungan itu bisa saja dimanfaat Hwang untuk memperoleh kekayaan yang berlimpah melebihi terdakwa Suho. Kesimpulannya,wasiat yang tertulis sengaja dipercepat atas dasar rencana kematian yang sudah disusun matang oleh…Hwang.”

Pengacara dari Tao naik pitam. “Hey kau! Jadi pengacara yang masuk akal dong!! Dihukum ini, sesama pengacara tidak boleh menjelekkan kliennya satu sama lain. Kau paham! Tutup saja mulutmu itu dengan batu.” Ungkapnya marah sambil menggebrak meja dan menunjuk pada pengacara tersebut.

Kepala Hakim mengetuk palu sebanyak 4 kali. “Sidang ditunda selama satu jam atas bukti yang sama-sama berbobot bagi terdakwa.”

Satu jam kemudian, para perangkat pengadilan itu duduk kembali dikursi mereka masing-masing dengan membawa kumpulan kertas yang begitu banyak. “Hakim anggota, silahkan beri putusannya.”

“Saudara Kim Suho atau bernama asli Kim Joon Myun, berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul secara konkrit. Atas kesepakatan para dewan pertimbangan pengadilan bahwa saudara dirubah statusnya menjadi tersangka_” para simpatisan mengamuk-amuk,namun kepala hakim mengetuk palu dengan kerasnya. Kemudian hakim itu kembali mengangkat kertasnya. “dirubah statusnya menjadi tersangka dengan hukuman berlapis. Dan atas semua itu, berdasarkan hukum pidana pengeksploitasian nyawa manusia dan tindak pembunuhan yang berlaku, saudara dikenakana hukuman tembak mati dilapangan kemiliteran setelah sidang berakhir.”

Pengacara dari pihak Suho berteriak, “Kepala hakim! Atas dasar apa hukuman tembak mati dijatuhkan secepat ini?!! peraturan dalam hukum menafsirkan hukuman itu dilakukan ketika sidang sudah berjalan empat kali. Ini kan baru dua!”

Kepala hakim mengetuk palu, “Bukti-bukti ini sudah cukup mewakili dua sidang selanjutnya. Jadi wajar saja.” simpatisan itu kembali meramai, Kepala hakim kembali mengetuk palunya, “Silahkan saksi terpidana Suho memberi pembelaan terakhir.”

“Saya!” Baek Hyun berdiri mengacungkan tangannya. “Saya bisa memberikan keterangan kuat bila kekasih saya hadir disini. Saya mengatakan ini karena kekasih saya, Kris Wu memiliki kisah mantannya yang sama seperti ini. mungkin saja, Kris benar-benar terkait karena mantannya adalah tuan Hwang. Terus terang saja, Kris juga pernah beberapa kali berdebat dengan Presdir Suho dikantor kami. Saya mohon Kepala hakim memberikan waktu untuk saya mencarinya. Saya akan membawanya dan akan saya yakinkan pada para hakim bahwa dia dapat merubah putusan ini secara monoton.” Kata

“Putusan tidak dapat diterima mengingat saudara Kris bukan termasuk dalam pembela maupun saksi terkait dari salah satu pihak yang bersangkutan.” Kepala hakim menoleh ke polisi-polisi didekat pintu pengadilan. “Bawa terpidana.”

Semua penonton baik wartawan maupun simpatisan seluruh pihak mengikuti kemana polisi itu membawa Suho keluar dari tempat pengadilan. Memang,lapangan kemiliteran hanya berjarak beberapa mil dari kantor pengadilan. Maka dari itu proses hukum selalu bertindak tepat waktu dinegara itu. tapi, sebelum keluar dari kawasan pengadilan, Suho berhenti sejenak.

“Boleh ku minta waktu sebentar untuk bicara dengan mereka?”Suho menatap sendu simpatisan aktifnya,terlebih pada Baek Hyun. Lalu polisi-polisi itu mengijinkannya. Pertama,Suho  menarik tangan Baek Hyun kesebuah koridor disampingnya. “Baek Hyun-ah, saya tidak akan melupakan dedikasimu selama bersama saya sejauh ini. saya beruntung menjalin kedekatan ini karena…saya pernah menganggapmu sebagai cinta dihati saya.”

“Presdir…saya,akan berusaha terus memperjuangkan kasus anda tuan Presdir Suho.” Tak terasa air mata Baek Hyun turun, Suho langsung membawanya dalam pelukan terakhirnya.

“Saya tetap mengingatmu meski saya akan mati setelah ini.”  ungkap Suho setelah melepaskan pelukannya, tapi ia kembali memeluk singkat Baek Hyun. Disusul setelah itu, Choi Min,Ryu Gak, Sehun,dan Jong Dae menghampiri Suho. Mereka hanya memberi semangat lewat pelukan dan salaman tanpa berkata satu kata pun. Semua terlihat sedih menatap Suho perlahan jauh dan kembali ke polisi yang membawanya itu.

>>> 

Siang itu sudah tiba bagi para pekerja kantoran untuk break dari aktivitas kerjanya. Ada ayng menghabiskan waktu diluar kawasan kantor, ada pula yang didalam. Itu yang kini dilakukan oleh Ryu Gak, Presdir besar Choi Min, Baek Hyun, dan salah satu pekerja baru,Jong Dae. Mereka menghabiskan makanan mereka masing-masing dikafe pribadi kantor tersebut. Meski tidak diselangi bercanda,mereka tidak membahas topic yang membosankan selain topic project-project masing-masing.

Kris dari jauh memandang mereka penuh rasa bersalah, cemas, gelisah, dan takut. Namun,sebenarnya pusat perhatian yang dipandangnya itu adalah Baek Hyun, bukan orang-orang disekitarnya. Namja cantik itu sangat terlihat jelas didepannya,dia duduk menghadap jalan yang ditapakinya itu. dia terlihat bertambah cantik dimatanya saat meraih strawberry dengan sumpitnya itu.

Baek Hyun baru terpikir untuk memerintah matanya melihat kearah depannya itu. Ternyata,seorang namja yang mematung memandanginya itu membuat Baek Hyun mengalihkan kesal pandangannya. Kemana saja kau selama ini_pikir Baek Hyun dengan namja itu. tapi, Baek Hyun tidak dapat membohongi hatinya bahwa sebenarnya ia rindu dengan sosok namja itu, akhirnya Baek Hyun menatapnya lagi perlahan lebih lama. Sayang,ketika namja itu sadar bahwa ia memandanginya. Namja itu pergi dengan ketakutan. Baek Hyun mengerucutkan bibirnya.

“Hya Baek Hyun, makan-makan kenapa kesal?” tanya Jong Dae disebelahnya.

“Tidak apa-apa.” Baek Hyun tersenyum, lalu beranjak. “Maaf,saya ijin keluar sebentar.”

“Oh! Ya silahkan saja Byun.” Persilahkan sang presdir besar Choi Min.

Baek Hyun cepat-cepat keluar, diedarkannya pandangan ke semua penjuru. Baek Hyun mencari sosok yang pernah menjadi kekasihnya itu. Baek Hyun beralih keluar dari halaman parkir, ketika langkahnya menuntun ke sebuah gang disampingnya. Baek Hyun menemukan sosok itu, iya. Kris tengah bersandar dengan kepalanya yang tertunduk bersalah.

Jarak mereka terhitung satu meter, tapi. Ketika Baek Hyun ingin mendekatinya, Kris malah melangkah menjauhinya. Eh? Pikir Baek Hyun dalam hati. Ia melihat langkah Kris yang aneh, langkahnya yang terhuyung seperti orang yang sedang menahan sakit. Baek Hyun terus mengikutinya sampai Kris berhenti atau…menoleh padanya.

Dari gang lahan parkir, melewati tikungan gang lagi yang menghubungkan toko-toko penjual topi fashion dan beberapa pedagang makanan tradisional korea. Berjalan lebih jauh lagi, Baek Hyun tetap mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba Kris berhenti ketika melihat arah kiri belakangnya, tapi sayangnya Kris tidak membalikkan badan untuk sekedar melirik Baek Hyun. Kris memundurkan dua langkahnya, ia berjalan menaiki gang tinggi yang ditempuh dengan berjalan diatas anak tangga.

Baek Hyun terkejut, tangan Kris sekilas memegangi dadanya. Ada apa dengannya?apa kau sakit Kris_tanya Baek Hyun dalam hati. Ia menaiki tangga saja harus berpegangan pada dinding disampingnya. Setelah sampai puncak, Kris tetap menumpukan tangannya pada dinding yang tersisa. Tiba-tiba Kris ambruk dengan memegangi dadanya yang sakit.

Dibantu dengan beberapa orang yang melintas disekitarnya, Baek Hyun meminta pertolongan untuk membawanya ke klinik dekat situ. Ketika Kris sudah sadarkan diri, Kris langsung menggapai tangan Baek Hyun yang setia menunggu disampingnya.

“Bab-Baek Hyun-ah…hhh..tolong selesaikan…hhh…selesaikan aku…” ujar Kris sambil memegangi dadanya.

“Apa maksudmu Kris, katakan dengan jelas...” ulang Baek Hyun kepadanya.

“Aku ingin…membela Suho…jera…aku…aku jera bersembunyi dengan Tao…maaf…”sekali lagi Kris mengatakan dengan nafas yang tersenggal-senggal layaknya orang habis berlari. Padahal,Baek Hyun tau Kris hanya berjalan pelan dari tadi.

Tao-tao-tao…sepertinya Baek Hyun tidak asing dengan nama itu. perlahan,mata Baek Hyun membelalak seiring ia ingat siapa nama itu. “Penggugat itu? memangnya apa hubungannya denganmu Kris…”

“Dialah mantanku yang ku…ceritakan padamu...aku sangat ingin mengatakan hal…sebenarnya.” Ungkapnya masih dengan nafas yang sama. “Aku…berjanji memberikan, ah…pengakuan sebenarnya apa yang…terjadi…”

“Besok sidang satu tahun kasus presdir Suho. Kami akan membahasnya ulang meski presdir telah mati. Kau mau ikut?” tanya Baek Hyun masih tidak mengerti.

“Tolong kau dampingi aku ya Baek Hyun-ah…”

“Iya. Kau tenang saja Kris.” Baek Hyun mengusap-usap rambut Kris dengan lembut.

>>> 

Dengan hadirin orang-orang yang sama pada saat sidang pertama maupun kedua, baik dari pihak pembela Suho maupun pembela Tao yang dibilang cukup sedikit. Mereka datang tepat waktu,hanya ada satu saksi penting yang masih belum terlihat juga dipengadilan pagi itu. ya,siapa jika bukan karyawan tersayang dari mendiang presdir terbaik Suho,Baek Hyun. Namun juga, suasana pengadilan terasa berbeda kala itu. hadir juga orang-orang baru yang duduk di dewan pertimbang dan hakim anggota.

Kepala Hakim datang, tapi mereka ada dua orang. Satunya kepala hakim Soo dan satunya,mereka tidak kenal. Lalu,Kepala Hakim baru itu mengetuk palunya. “Apa saksi-saksi yang hadir sudah lengkap?” seluruhnya memandangi kiri kanan masing-masing. Jong Dae saat itu yang paling sadar akan satu kekurangan.

“Saudara Byun Baek Hyun belum datang.” Kata Jong Dae.

“Saya kepala hakim utama saat ini.” saat itu juga dia baru memakai name tagnya. Orang-orang membacanya dengan nama Tae Jung Doo. “Saya telah mempelajari berkali-kali kasus ini,banyak menuai kejanggalan. Maka dari itu saya juga bisa merangkap sebagai dewan pertimbangan hukum dan jaksa. Sekarang,yang saya butuhkan lagi adalah keterangan dari saudara Byun dan…tuan Hwang. Apa anda bersedia.” Hadapnya kini memandang Tao.

Tao melipat tangan diatas perut dengan posisinya yang duduk, “Saya sudah memberikan semua keterangan pada pengacara saya Kepala Hakim Tae.”

Kemudian, dua orang masuk ke ruangan itu dengan wajah menyesalnya,mereka adalah Baek Hyun dan Kris. Lalu Baek Hyun berdiri didepan bangku pembela. “Maaf saya terlambat,tapi saya membawa saksi baru.” Saat itu Tao memandang dirinya sepenuhnya benar,mengandalkan telinga sudah cukup daripada melihat. “Namanya tuan Kris Wu.” Lanjut Baek Hyun membuat Tao tercekat dan menoleh dengan terkejut.

“Apa status Kris Wu bagi saudara Byun?”

“Mungkin saya sendiri harus menjawabnya sebelum terlambat.” Potong Kris padahal Baek Hyun bersiap menggerakkan mulutnya agar menjawab. “Dulu saya membenci Suho, namun sekarang saya sadar dan ingin menyelamatkan kebebasannya.” Kris menjeda,ia menatap isyarat Kepala Hakim Tae.

“Silahkan lanjutkan.”

Keadaan pengadilan benar-benar tenang,memperhatikanapa yang terjadi saat itu. “Saya yang membantu tuan Hwang Zhi Tao menggebukan perasaan iri dan dendamnya atas kekuasaan tuan besar Choi Min kepada Suho. Sejak itu kami menyusun rencana menculik partnernya,manager Sehun. Lalu mengajak Tao merayu-rayu direktur Lim agar semakin cinta mati padanya dan segera menikahinya. Sehingga,jika kami mendapatkan direktur Lim yang kaya dan berkuasa itu. kami akan mudah membalikkan nama perusahaan induk Glow Eyes Publishing Company yang sementara dijalankan oleh Suho,bisa menjadi nama Tao. Hingga setelah itu,Tao bercerita pada saya akan rencananya membunuh suaminya itu tapi tidak dengan tangannya. Tao bilang ada ahjumma yang bersedia mengabdi untuknya…”

Kris menghela nafasnya, “dengan bayaran beberapa juta won. Dia tidak sendiri,asistennya Gyu Rim juga membantu penembakannya kepada yeoja itu saat polisi memborgolnya didepan kamar hotel itu. tapi,saya tidak diajak berunding soal penuduhan kuat pembunuhan direktur Lim ialah otak dari perlakuan Suho. Simpulnya saja, Suho tidak bersalah.”

Simpatisan Suho bergeming tidak terima. “Siapa orang-orang yang terlibat dalam kasus ini?” tanya Tae lagi.

“Saya, Tao, Lay. Dia seorang karyawan penyusup yang saya bayar. Lalu Woon,petugas lobby utama. Ryu Gak,dan ahjumma bayarannya. Ah tapi biarkan saya berkata sekali lagi. Suho tidak  bersalah dan bukti-bukti para pembela itu benar semua. Justru bukti dari Tao itu palsu. Jadi kepala Hakim Tae,bisa kau ganti lagi vonisan Suho…temanku?” ungkap Kris memelas. Lalu ia menengok Baek Hyun yang mulai sedih. “Maafkan aku Baek Hyun-ah,aku membohongimu. Maafkan aku…”

Baek Hyun menghapus air matanya dan tersenyum pada Kris. “Gwenchana, kau sudah mengungkap keadilan yang terbaik. Kau hebat, berani jujur sebagai lelaki sejati.” Baek Hyun meraih tangan Kris dalam genggamannya.

Kepala Hakim itu mengangguk pada hakim anggota yang baru. Lalu namja itu berdiri. “Kepala Hakim Soo,dewan pertimbangan dan hakim anggota yang lama telah dipecat dan dijadikan tersangka atas penyuapan dengan sejumlah ratusan juta won untuk pelolosan vonis hukuman mati terhadap saudara Kim Su Ho.”

“Bacakan putusannya.” Perintah Tae.

Kemudian,hakim anggota sampingnya berdiri. “Dengan ini pengadilan menyatakan bahwa Saudara Kim Su Ho atau bernama aslikan Kim Joon Myun tidak bersalah dan wajib bebas tanpa bersyarat dari jeratan pidana apapun. Dan untuk para tersangka dikenai hukuman pengeksploitasian nyawa seseorang, pembunuhan berencana,pemalsuan bukti dan keterangan,penjebakan terhadap seseorang,penyuapan,dan penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan serta lain-lain. Atas ini,tersangka dapat dikenakan hukum penjara minimal empat tahun atau hukum tembak mati atau hukuman sesuai permintaan para korban dan saksi yang terkait.”  Kepala Hakim Tae mengetuk palu,pertanda keputusan itu mutlak tidak dapat diganggu gugat.

Nafas lega mereka dapatkan sudah, meski terpidana sudah mendiang. Namun mereka bahagia atas putusan yang telah adil bagi mereka. Suho,dimata mereka benar-benar tidak bersalah,mereka tau itu. Suho memang tidak tau apa-apa dan tidak bersalah. Dan kini,mereka mendapat jawaban yang berpihak padanya.

Eomma,akhrinya aku bisa menemukan jawaban dari kecurigaanku selama ini padamu. Sudahlah eomma…jauh disana,jangan pikirkan lagi soal pengabdian konyolmu untuk tuan itu. kami sudah tabah menerima keputusanmu ini. biar begitu,kau tetap eommaku dan adikku.

¯END¯


Makasihh buat kamu kamu yang mendukung dn pantengin FF ini yah makasih :D bahagia tak ternilai akhirnya selesai juga… jangn lupa complain/saran/ngritik yah. Saya tunggu oke ^_^ bentar,udh dijemput Suho nih ke khayangan nih :xD #maraton._.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar