*THIS IS FF LAMA YG BARU DIPOSTING* HERE WERE GO*CHECK THIS OUT
Author
: @Shin_MR
Tittle
: Attracted To You
Genre
: Romance, School Life, Drama Musical
Length
: TWO SHOT
Main
Cast : LEE SUNG YEOL -- PARK SEO JIN (OC) -- JANG
DONG WOO
This
story I show for special day Sung Yeol Birthday on 27th August…and
of course you too…
Sung
Yeol POV
Setahun
ini semakin hampa bagiku. Selama itu juga, belum pernah aku mencoba membuka
hatiku baik namja apalagi yeoja sekali pun. Aku menjalani hari-hariku di
sekolah layaknya mayat hidup. Dengan over faceku keluar masuk menghadapi
duniaku. Sekali lagi hampa.
Aku
rindu dengan kenyamanan dan kehangatan, tapi ingatlah. Aku takkan
mendapatkannya karena sesuatu hal. Hal itu adalah janjiku pada diriku sendiri.
selepas dari putusnya hubunganku dengan Myungsoo yang ke Prancis.
Baik,
sebutlah aku gay. Percayalah saat itu aku tertutup. Aku tidak bisa romantis
kecuali lewat sebuah masakan. Maka dialah yang menjadi kekasihku. Saat itu masa
terindahku yang ku dapat. hubungan yang penuh rintangan, dilewati dengan tegar
selama 2 tahun dan kandas sejak setahun yang lalu.
Menyedihkan
memang. Parahnya lagi, satu pun yeoja teman sekolahku yang meneriaki kagum
namaku. Diantaranya tidak bisa menyeret pandanganku untuk jatuh cinta pada
mereka. Ah, minimal mengagumi salah satunya, aku sudah bersyukur bila seseorang
telah membuatku move on seperti demikian.
.
.
.
Author
POV
Murid-murid
di kelas 2-3 SMU Jong Woo Lim berhamburan kembali ke bangkunya masing-masing
ketika seorang sonsaeng-nim masuk ke kelas mereka. Diikuti dengan seorang yeoja
yang sepertinya belum mereka kenal sebelumnya.
“Annyeonghasiminika
murid-murid. Perhatikan baik-baik orang yang akan bicara didepan kelas kalian.”
Ucap sonsaeng-nim yang direspon seluruh murid penuh tanya dan berbisik siapa
yeoja itu.
“Annyeonghaseoyo,
Park Seo Jin-imnida.” Yeoja cantik berambut cokelat kemerahan itu menunduk
hormat pada mereka.
“Silahkan
duduk dibangku kosong sebelah sana Seo Jin-hakseng.”
“Nde.”
Seo Jin melangkah santai menuju bangku nomor 3 dari belakang tepat disebelah
siswa berambut agak pirang panjang. “Annyeong…”
“Nado.”
Siswa itu mengedipkan sebelah matanya pada siswi itu, membuat Seo Jin langsung
duduk menunduk dibangku itu.
Dan,
siswa satunya berambut hitam yang agak panjang disamping bangku siswi baru itu
melirik khawatir yeoja itu.
.
.
Ketika
suasana kelas sedang tenang mengerjakan tugas dari sonsaengnimnya, sementara
sonsaengnim itu kebetulan tidak ada dikelas karena izin ke kamar mandi pada
murid-muridnya.
“Kenapa
soal seperti ini aku lupa…” keluh Seo Jin pada dirinya sendiri, tanpa sadar
pensil yang ia gunakan tadi telah jatuh dan menggelinding ke bangku tetangga
kanannya. Dikaki seorang namja pula. Ia mencoba terus melambaikan tangannya ke
namja itu.
Namja
itu menoleh kepadanya, awalnya menatap dirinya penuh makna. Seo Jin pasti tak
mengerti apa arti tatapan itu. hingga mata mereka saling bertemu dalam
pandangan yang memakan detik tidak sedikit.
Lalu
namja itu menatap ujung sepatu kirinya, melihat ada pensil di dekatnya. Lantas
namja itu memungutnya dan memberikan pada Seo Jin tanpa bicara sekata pun.
“Gomawoseumnida…
tapi aku tak tahu namamu.”
Namja
berambut hitam itu cepat-cepat menuliskan sesuatu di kertas buram milik Seo Jin,
dengan huruf hangul yang bertuliskan “Lee Sung Yeol”. Namja itu malah menghapus
namanya di kertas buramnya. Kembali berkonsentrasi mengerjakan tugas
masing-masing.
Siapa
kau sebenarnya Park Seo Jin
…
Kau,
membuat hatiku, Lee Sung Yeol berdebar…
Kemudian aku
bertemu mata denganmu
Aku dengan segera
memalingkan kepalaku dan menatap kakiku
Kemudian aku
perlahan melihat ke atas
Mataku melebar ,bibirku
perlahan terbuka
Hatiku terngiang
ditelingaku
60 detik cukup
untuk cerita ini
Kau telah memasuki
hatiku
Aku tidak ragu
bahwa kau telah mengambil hatiku di waktu yang tidak terlalu pendek ini
Kau adalah orang
yang seperti itu, sebuah cerita yang cukup untukku
Aku tidak butuh
alasan
Kau membuat hatiku
berdebar dan kau membuatku menemukan yang pertama kalinya
[Kim Sung Gyu – 60
Second]
.
.
Saat
itu Seo Jin akhirnya mau beranjak dari bangkunya dijam istirahat ini. niatnya
bukan ke kantin, niatnya hanya ingin pura-pura mencoba senyaman apa kamar mandi
disekolah barunya ini.
“Park
Seo Jin-ssi…” panggil seorang murid laki-laki dibelakangnya.
Ujung
jarinya gemetaran memilin ujung roknya. Sedikit ragu karena takut salah
berbalik, ia akhirnya memutar badannya, “Ada yang memanggilku?” betapa
terkejutnya bahwa murid yang memanggilnya itu adalah murid yang mengedipkan
matanya saat ia duduk dibangkunya tadi.
“Mau
ke kantin bersamaku? Akan ku traktir hari ini.” tawar namja yang berbakat dalam
rapper.
Park
Seo Jin hanya diam saja, nampaknya masih asing dengan namja itu. sementara
namja itu melihatnya dengan bingung.
“Hahaha,
mianhae. Aku Jang Dong Woo. Kau mau kan?”
Seo
Jin tertawa kecil, “Geure Dong Woo-ssi…”
Lalu
Dong Woo mengulurkan tangannya untuk bergandengan namun Seo Jin hanya diam
meragu dan membalas dengan gandengan jari kelingkingnya, lagi-lagi Dong Woo tertawa
pelan. “Aku lupa kalau aku masih asing bagimu. Kajja.”
Sepasang
mata tengah mengamati yeoja dan teman lamanya, Dong Woo. Lalu bibirnya kini
tersenyum tipis “Tampaknya kau tak bahagia dengan temanku.” Lirihnya sendiri
dan masih tersenyum, kemudian kembali berjalan-jalan sambil bersenandung gaya
rapp-nya.
.
.
“Sung
Yeol-ah hari ini nampak berwarna sekali.”
Ucapan
Dong Woo membuat Sung Yeol yang dari tadi diam menunggu bis kini menoleh,
“Jinjjayo? Warna apa?”
“Ck,
malah ditanya warna. Yang jelas berwarna-warni.”
Sung
Yeol tertawa kecil, “Tidak biasanya kau sensitif padaku.”
Dong
Woo tidak terima “Aish, apa katamu…” lalu ia menepuk bahu Sung Yeol, “Harusnya
kau bertanya ada apa atau kenapa dengan hari yang ku sebut nampak berwarna
sekali Sung Yeol-ah.”
Lagi-lagi
Sung Yeol tertawa kecil, “Geurae, kau kira aku tidak tahu itu Dong Woo-ah.
Karena sudah kau sebut apa yang mau ku tanyakan. Sekarang jawablah.”
“ck…”
lagi-lagi Dong Woo berdecak, “Anak baru itu, kau tahu kan Park Seo Jin. Dia
membuatku tertarik.” Karena dia melihat
temannya tidak antusias mendengarkannya betul-betul maka Dong Woo sekali lagi
menepuk bahunya. “Hya! Kau bukan pendengar yang baik.”
“Baru
saja kau menyebut namanya, dia ada disana.” Katanya penuh senyum makna.
Yeoja
yang mereka maksud itu sedang sibuk melihat kiri-kanannya untuk menyebrang ke
arah mereka. Kedua namja itu terus memandangi yeoja itu. tidak ada yang tahu
pikiran masing-masing diantara mereka tentang ambisinya pada yeoja yang
dipanggil Seo Jin.
Ya…Seo
Jin itu sudah berhasil setengah jalan menyebrangi tujuannya. Yeoja itu
tersenyum ke arah mereka. Entah ke Dong Woo maupun ke Sung Yeol, tidak peduli
yang penting dua namja itu membalas senyum mereka dan begitu yeoja itu ada
didepan mereka.
Seo
Jin berteriak setengah ketakutan dan jatuh, jatuh kemana? Sebenarnya dia akan
jatuh tapi sudah ditangkap oleh kedua lengan panjang milik Sung Yeol.
“Seo
Jin-ssi gwenchana?” ucap Sung Yeol dan Dong Woo tidak sengaja bersamaan.
Seo
Jin melirik tangan yang masih menangkap tubuhnya, dengan cepat ia segera
berdiri tegak. “Ne, gwenchana. Cweogsohamnida, gomawosumnida.”
“Geurae…”
jawab Dong Woo
Sung
Yeol yang menyadari kalau Dong Woo malah yang menjawab hanya memandang datar
temannya itu, “Apa kau juga menunggu bis?” tanya Sung Yeol pada Seo Jin.
Seo
Jin menoleh dengan pandangan matanya yang polos, “Iya, apa kau juga?”
“Jurusan
mana? Pakai bis warna apa?” sela Dong Woo disaat Sung Yeol sudah hendak
menjawab.
“Tidak
jauh dari sini, aku memakai bis warna kuning hitam.”
“Hati-hati
dengan bis itu. Usahakan kau duduk sendirian apalagi kau…yeoja yang cantik.”
“Seo
Jin-ssi…Dong Woo-ah…sepertinya bis yang kutunggu tidak kunjung datang. Jadi aku
harus jalan ke ujung perempatan. Aku pergi dulu.” Pamit Sung Yeol yang
sebenarnya…punya alasan lain dalam hatinya.
“Oh
iya.” Angguk Dong Woo dengan jawaban singkatnya.
“Sung
Yeol-ssi…” panggil Seo Jin sebelum punggung Sung Yeol menjauh dari
pandangannya.
“Ne?”
Sung Yeol berbalik.
“Terima
kasih dan, berhati-hatilah dijalan. Terkadang kerikil bisa membuatmu celaka.
Annyeong.” Kata Seo Jin dengan senyum yang sedikit menunduk melihat ujung
sepatu Sung Yeol.
Sung
Yeol tersenyum, “Hm, gomawosumnida…”
Seo
Jin mengembang senyum manisnya nan lebar sembari melambaikan tangannya penuh
semangat menyambut kepergian Sung Yeol. Sementara Sung Yeol terus berjalan
sambil menundukkan kepalanya. Memikirkan betapa…tertekannya perasaan yang
dirasakannya.
Semakin lama senyum mu itu berubah
maut bagiku
Ketika seorang pesaing datang
merebutmu dihari itu
Dengan beberapa kesesakan ini
Untuk sementara langkahku akan
terhenti mendekatimu
[Shin_MR – Attracted To You]
.
.
.
Dipagi
hari, SMU Jong Woo Lim ramai membicarakan sebuah kompetisi yang menghebohkan
para murid didalam sekolah itu. sementara Dong Woo, Seo Jin, bersama Sung Yeol
tengah berkumpul membicarakannya di cafe sekolah mereka.
“Apa
tahun sebelumnya sekolah ini mengadakan kompetisi seperti ini?” tanya Seo Jin
membuka percakapan mereka.
“Belum
pernah, mungkin ini adalah tahun pertama kompetisi diadakan.” Jawab Sung Yeol
sambil menyeruput cerry tea-nya.
Seo
Jin mengangguk “Apa kalian berdua akan ikut? aku juga ingin ikut kompetisi
itu…”
Sung
Yeol dan Dong Woo saling bertatapan. Sebenarnya, kompetisi seperti ini membuang
banyak uang dan…mereka berdua tidak berniat ikut kompetisi itu.
“Jebal...”
pintanya dengan senyumnya yang sangat…manis.
“Aku
ikut, apa kau mau menjadi cameo-nya?” sahut Dong Woo
“Wah
pasti seru jadi cameo. Sung Yeol-ssi, kau juga ikut kan?” tanyanya dengan
antusias lebih mendekatkan wajahnya ke Sung Yeol.
Sung
Yeol reflek “E…iya…iya…aku…akan ikut kompetisi itu.” tangan Sung Yeol yang ada
diatas meja kini diturunkannya ke paha Sung Yeol.
“Semangat
Sung Yeol-ah.” kata Dong Woo
“Apa
kau baik-baik saja Sung Yeol-ssi? Atau kau keberatan bersaing sehat denganku
dan Dong Woo-ssi?” tanya Seo Jin dengan tangannya yang hendak memegang kening
Sung Yeol.
Sung
Yeol lantas menjauhkan mundur kepalanya “Aku melupakan janjiku mengajarkan rapp
pada Kang Yu Soo. Mian” jelas saja ia berbohong. Tanpa basa-basi atau pamit
dengan formal, ia meninggalkan dua manusia yang kembali membuatnya sesak.
Ketika
ia berjalan disebuah koridor kelas 1, ia terhenti pada sebuah selebaran yang
ditempelkan di dinding pengumuman koridor itu. ‘The Competition Making Video
Cover Boy Group Infinite a tittle
Inception’ (Kompetisi membuat video klip cover boy grup Infinite yang berjudul
Inception). “Andai saja aku mendapatkanmu lebih dulu Seo Jin-ah.” Lirihnya
sendiri. lalu memandangi langit-langit koridor itu, “Aku yakin dengan
keajaiban”
.
.
“Seo
Jin-ah, pulang bersamaku. kajja?” ajak Dong Woo begitu bel pulang berbunyi.
Seo
Jin selagi membereskan buku-bukunya ke dalam tas sedikit memikirkan sesuatu “Eum~
mianhae, aku bisa pulang sendiri.”
“Seo
Jin-ah, ini perintah. Bukan pilihan atau ajakan. Jeball, pulanglah bersamaku.
kuantar sampai rumah.”
“Ani…mianhae
Dong Woo-ssi aku tidak bisa bersamamu.”
Dong
Woo segera duduk di samping Seo Jin “Waeyo? Apa aku masih asing untukmu?”
“Bukan
seperti itu, aku benar-benar ingin pulang sendiri. ku mohon jangan memaksaku.”
Dong
Woo kecewa, meskipun demikian. Ia tak mungkin tega menyeret yeoja ini untuk
pulang bersamanya meski konsekuensinya. Kejutan yang sudah disiapkannya kemarin
malam akan gagal dihari ini. Dengan hati yang sabar, Dong Woo mengusap puncak
kepala yeoja itu. “Baiklah, mungkin bisa lain kali.”
Seo
Jin berdiri dan menunduk “Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bermaksud men__”
Chup~
Dong
Woo tersenyum setelah ia berhasil mencium pipi Seo Jin “Tidak masalah. Ayo
pulang. Ku antar sampai gerbang.” Tanpa aba-aba Dong Woo merangkul bahu Seo Jin
dan mengajaknya cepat melangkah.
“Dong
Woo-ssi gomawo. Sampai disini saja, aku harus buru-buru.” Pinta Seo Jin menahan
langkah kaki mereka.
“Bye~”
Dong Woo dengan cerianya melambaikan tangannya ke Seo Jin meskipun yeoja itu
tidak membalas lambaiannya apalagi melihatnya lambaiannya karena Seo Jin telah
berlari tergesa-gesa meninggalkannya.
Sebenarnya
tidak ada yang tahu bahwa yeoja ini tengah tergesa mencari seseorang. Seo Jin
berlari mengintari halaman sekolah, orang yang dicarinya itu tidak ada.
Kemudian ia menyebrang menuju halte, dibangku itu tidak ada. Ia berlari lagi
meneliti jalanan yang tak jauh dari halte depan sekolahnya itu sampai akhirnya
ia merasakan lelah pada kakinya membuatnya ia ingin duduk dihalte.
Perasaan
kecewa sudah mengusai hatinya, Seo Jin berdecak kesal “ck,gagal lagi gagal
la__”
“Mencari
siapa?” dan ketika wajah Seo Jin terangkat, sosok yang Seo Jin kenal itu telah duduk
disampingnya dengan raut tanpa ekspresi.
Seo
Jin merasa tak percaya saat Sung Yeol, orang yang membuat langkahnya tergesa
itu ada didepan matanya. Mata Seo Jin pun tak berkedip menatap Sung Yeol nyata
belum pulang. Dan akhirnya Seo Jin mengakhiri tatapan dengan kedipannya
“Aku
mencarimu…” jawabnya dengan suara lembut.
“Untuk
apa mencariku? Bukankah kau harus pulang bersama Dong Woo.” Tanya Sung Yeol
masih dengan raut tanpa ekspresi.
“Aku
menolaknya, maka dari itu aku mencarimu ingin membicarakan soal kompetisi itu.”
“Apa
yang bisa ku bantu?” dan barulah Sung Yeol bertanya dengan senyum tulusnya.
Seo
Jin juga tak kalah tersenyum tulus pada Sung Yeol “Karena aku adalah siswa
pindahan dari jepang yang belum kenal banyak tentang korea maka bisa tolong
bantu bernyanyi lagu___”
…buranhan neoui pyojeong
Museum saenggageul haneunji ilgeul su
isseo
Algeot gata~…
“Lagu
apa ini? Terdengar hebat ditelingaku.” Sambung Seo Jin sempat terputus setelah
terpaku mendengar beberapa baris dari lagu itu. lagu itu terdengar saat salah
satu siswa yang ikut menunggu di halte bis bersama mereka tiba-tiba saja
memutar MP3-nya dengan keras.
Sung
Yeol tersenyum gemas “Itulah yang kau cari, Infinite - inception.”
“Huh?
Benarkah?” tanya Seo Jin tak percaya dengan senyumnya merekah lebar.
…Geu nugu mworadeon amu sanggwan
eobseo~
I sanghwang ttawiga
Hambueo neol ikkeulji motage
Geu maemman jikyeo Yeogiseo tto
nohchyeo beorimyeon
Huhoe hal tenikka~ Doragal nanikka~
Ije urineun sijagha giman hamyeon
deoneun geol…
“Ini
waktu repeatnya ,kan? Michosseo…ini hebat, ku yakin punya makna mendalam. Apa
kau tahu Sung Yeol?” ungkap Seo Jin sambil
telinganya terus antusias mendengarkan lanjutan baris lagu selanjutnya.
“Tentu,
semua ada disini.” Sung Yeol memamerkan binder berwarna hijau pupus miliknya.
Dan itu membuat Seo Jin terus mengembangkan senyum cerianya pada Sung Yeol.
Sudah ku katakan sebelumnya akan waktu
ini
Dalam waktu ini keajaiban yang
menakjubkan akan dimulai
Aku ingat disaat waktu itu kau membuat
kesesakan didalam sini
Sungguh sesak, langkahku pudar
mendekatimu
Bagaimanakah seseorang dapat menahan
kegilaan ku pada wanita ini
Tidak akan dan tidak pernah
Aku berjanji tidak akan peduli kepada
seseorang yang ingin menghalangiku
Untukmu hai wanitaku, aku bersamamu
[Shin_MR – Attracted To You]
.
.
.
Seo
Jin memasuki lorong sekolahnya dihari yang baru. Langkahnya sedikit berat
karena ia sedang memikirkan sesuatu, yang pastinya sesuatu itu bukan tentang
insiden Dong Woo mencium pipinya. Melainkan ketika ia kelelahan mencari Sung
Yeol, apa namja tampan itu melihatnya berlari?
“Seo
Jin-ah…” panggil seorang siswa dari lorong samping kirinya.
“Ah,
Dong Woo…” balas Seo Jin tersenyum seperti biasanya.
“Langkahmu
terlihat lesu, kau baik-baik saja?” Dong Woo mendaratkan punggung tangannya di
kening Seo Jin.
Seo
Jin menepis tangan Dong Woo “Ne”
“Mau
ke kelas bersamaku Seo Jin-ah?” Dong Woo mencondongkan lengahnya yang siap
digamit Seo Jin.
Dalam
hati Seo Jin tidak mau berjalan bersama namja ini karena ia mengkhawatirkan
Dong Woo sudah menganggap statusnya
sebagai kekasih namja ini mengingat ia tidak memarahi Dong Woo saat namja ini
telah mencium pipinya.
Kemudian
Seo Jin melihat sosok Sung Yeol melewati tempatnya ia berdiri. Tanpa pikir
panjang, Seo Jin akan mengalihkannya ke Sung Yeol “Sung Yeol-ah!” panggilnya
agak keras.
Sung
Yeol menoleh ke belakang dengan tatapan kaget yang tidak percaya jika benar Seo
Jin-lah yang memanggilnya dengan sebutan itu sementara Dong Woo menatap Seo Jin
miris.
Seo
Jin tersenyum garing “Sung Yeol oppa”
panggilnya sekali lagi sembari menghampiri Sung Yeol yang terhenti.
“Hya,
boleh aku ikut denganmu ke kelas?” tanya
Seo Jin lebih mengeraskan suaranya agar Dong Woo mendengar penolakannya secara
halus.
“Ng…tapi
aku__” jawab Sung Yeol terputus
“Ah,
gomawo” jawabnya penuh senyum kepuasan yang dengan sengaja Seo Jin menoleh
sedikit ke Dong Woo agar terlihat semakin jelas penolakannya itu. apalagi
sekarang Seo Jin menggapitkan sendiri lengannya ke Sung Yeol tanpa disuruh.
Tanpa
diketahui, didalam sana Sung Yeol mati-matian meredamkan degupan jantung yang
hebat akibat kebahagiannya dengan Seo Jin. Meskipun, yeoja cantik ini takkan
tahu perasaan cinta kepadanya. “Belum saatnya” ungkap Sung Yeol dalam hati.
“Kenapa
kau tidak bilang jika ingin ke toilet.” rutuk Seo Jin ketika langkah mereka
diakhiri Sung Yeol didepan toilet pria.
“Mianhae,
habisnya kau tidak mau mendengarkanku. Bahkan kau memotong kalimatku.” Balas
Sung Yeol lalu berjalan memasuki lorong toilet “Lain kali dengarkan aku.” Baru
beberapa detik ia melangkah, Sung Yeol berbalik mundur “Nah, tunggu disini jika
kau ingin masuk kelas bersamaku.”
Seo
Jin merutuk kesal “Menyebalkan sekali dari biasanya. Apa jangan-jangan dia
sedang pe-em-es ya…?”pikir Seo Jin dengan anehnya hingga tanpa sadar ia tertawa
sendiri membayangkan bagaimana seorang pria seperti Sung Yeol mendapatkan
pe-em-es seperti dirinya.
Sung
Yeol yang sudah selesai tiba-tiba mendehem dibelakang punggung Seo Jin. Seo Jin
menghentikan tawanya dan berbalik menatap sejenak Sung Yeol. Pikirannya
membayangkan keanehan itu lagi membuat ia kembali tertawa lagi.
“Hya!
Kau ini kenapa?” tanya Sung Yeol dengan khawatir tapi Seo Jin tidak merespon
ucapannya selain, terus tertawa geli.
“Hah…sekarang
kau pintar menertawakanku kan.” lagi-lagi Seo Jin terus membalasnya dengan
tertawa geli seperti itu.
“Seo
Jin-ssi.” Panggil Sung Yeol sembari memegang kedua bahu Seo Jin
“Huh?”
Seo Jin menghentikan tawanya, ia mengerjap-ngerjapkan matanya melihat Sung Yeol
seperti ini didepannya. Apakah dia akan menciumku, pikir Seo Jin dalam hati.
Sung Yeol juga terus menatap mata Seo Jin seakan-akan memberi perintah, Seo Jin
menanggapi anggukan tatapan Sung Yeol padanya.
“Hya,kau
ini kenapa? Sekarang…kau pintar menertawakanku kan. Seo Jin-ssi, apa yang kau
tertawakan dariku?” tanya beruntun Sung Yeol dengan nada polosnya.
Lagi-lagi
Seo Jin mengerjap-ngerjapkan matanya “Aku…membayangkanmu jika…” Seo Jin menjeda
“..itulah yang membuatku tertawa apalagi melihatmu…”
(Tik
Tuk Tik Tuk) Sung Yeol yang mendengarnya bingung “Kenapa aku tidak mengerti
bahasamu yah? Padahal kau manusia, sama sepertiku.”
Seo
Jin menggaruk kepalanya dan tertawa hambar.
“Bisakah
kau berjalan sekarang? 30 detik lagi sonsaeng-nim akan datang.”
“Mwo!”
Seo Jin terbelalak dan segera berlari tunggang langgang mengejar Sung Yeol yang
cukup jauh darinya. Lebih tepatnya sudah sampai pada koridor kedua setelah
toilet itu.
.
.
Scene
berganti menuju suasana detik-detik mereka akan memasuki kelas dengan tepat
waktu. Sung Yeol terus menertawakan Seo Jin karena tidak tahan dengan ekspresi
dan keluhannya yang kelelahan mengejar Sung Yeol berkali-kali.
Seo
Jin memukul lengan Sung Yeol selagi mereka berjalan“Tidak berperikemanusiaan!
Neo ppaboya…neo ppaboya!!” Seo Jin terus memukul lengan Sung Yeol
Sung
Yeol tertawa “Hya hya! Kau mau lenganku memar huh?” Sung Yeol yang tidak mau
kalah juga memukul lengan Seo Jin, hanya saja tidak sekeras pukulan Seo Jin
pastinya.
“Jahat!
Jahat! Jahat! Kau tega meninggalkanku!” Seo Jin tetap memukul lengan Sung Yeol
GREP~
Sung
Yeol mengcekram pergelangan tangan Seo Jin dan memberinya tatapan sinis “Memang
lucu bagiku tapi ku mohon hentikan…”
Seo
Jin tersenyum licik pada namja itu, “Ppabo, jahat.” Seo Jin menjitaknya sembari
tertawa lepas. Lalu ia berlari mendahului memasuki kelas yang tinggal 5 langkah
lagi.
Sung
Yeol tersenyum remeh “Hati dan nyawamu melayang Seo Jin-ssi!!” Sung Yeol
mengejar yeoja itu namun.
Tiba-tiba
didepan pintu Seo Jin berhenti berlari. Sung Yeol menatap keadaan apa didepan
Seo Jin dengan penuh tanya. Ia segera mendekati Seo Jin dan, Dong Woo yang
berdiri menghalangi pintu kelas.
“Seo
Jin-ah, kau pengkhianat.” Ucap Dong Woo tepat didepan wajah Seo Jin.
Seo
Jin menatap sepatunya, tangan yang ada dibalik punggungnya itu sedang mengepal
kuat. Sung Yeol yang dibelakangnya menyadari kepalan tangan itu. kepalan tangan
yang belum pernah dilihat Sung Yeol sebelumnya.
“Kau
mempermainkanku, harusnya kau meresponku setelah ku cium waktu itu.” tegas Dong
Woo berkata tepat ditelinga Seo Jin agar yang lainnya tidak mengetahui
pembicaraannya. Kecuali satu, orang yang ada dibelakang Seo Jin.
Sung
Yeol merasakan hatinya ditusuk oleh panah kebencian. Ia berusaha mengatur
mimiknya agar tidak terlihat suasana yang tengah terjadi dalam perasaannya.
Yang bisa ia lakukan sekarang adalah, pura-pura tidak terjadi apa-apa
didepannya sekarang.
“Omong
kosong.” Seru Seo Jin sinis seraya berjalan menjauh dengan kesalnya, sementara
Sung Yeol tidak mengikutinya. Sung Yeol masih diam didepan pintu kelas yang
dekat dengan Dong Woo.
“Jangan
lupakan kau yang terikat jadi cameoku dalam kompetisi itu.” cibir Dong Woo
sontak membuat seluruh kelas yang didominasi murid laki-laki ternganga mendengarnya,
apalagi Seo Jin sendiri merasa harga dirinya sudah terinjak Dong Woo.
Bayangkan
saja betapa malunya dirinya, baru beberapa hari menjadi siswi dikelas ini. ia
sudah mendapatkan cibiran sememalukan ini. Mau dibawa kemana image seorang Park
Seo Jin yang sudah dikenal baik dan lugu oleh beberapa siswa lainnya. Ia tidak
tahu, ia tidak tahu.
Tanpa
menoleh ke belakang lagi, Seo Jin dengan kesalnya melangkah menuju bangkunya.
Sementara Dong Woo tersenyum remeh memandangi Seo Jin dari belakang. “Mudah
lembek”
Seakan
Sung Yeol tahu bagaimana perasaan Seo Jin setelah dipermalukan Dong Woo di
depan kelas. Sung Yeol memberikan tatapan tajam pada namja kurang ajar itu
“Jika kau merasa menjadi namja, harusnya kau tidak menyakitinya!”
“Kau
hanya balita yang tidak tahu apa-apa Sung Yeol-ah…” balas Dong Woo kemudian
berlalu menuju bangkunya sendiri.
Sebenarnya
Sung Yeol berniat ingin cepat memukul atau minimal menampar Dong Woo saat itu
juga akan tetapi karena ia melihat bayangan sonsaengnim di dekat kakinya. Maka
Sung Yeol bergegas pula duduk dibangkunya.
Sonsaengnim
sudah duduk dan memberi salam pembuka mengawali pelajarannya tapi Sung Yeol
enggan menggubris sekata pun. Ia mengkhawatirkan suasana hati orang yang
dikaguminya itu. Ia tengok bangku Seo Jin yang ada di baris belakangnya sebelah
kiri. Wajahnya penuh kecewa, kepalanya masih menunduk, kemudian Sung Yeol
beralih melihat paha yeoja itu. kedua tangan yeoja itu mengepal diatas pahanya.
Kasihan,
perasaan Sung Yeol merasa terpanggil untuk menghibur yeoja itu. kebetulan
disaat bersamaan, sonsaengnim izin mengambil kertas ujiannya yang tertinggal di
ruangan guru. Saat itu juga Sung Yeol memiliki inisiatif untuk mengirim SMS ke
Seo Jin.
Seo Jin-ssi, coba lihat ke bangku ku…
-Sung
Yeol-
Seo
Jin tersenyum menerima SMS dari Sung Yeol. Seo Jin mengetik keypadnya untuk
membalasinya.
Baiklah
-Seo
Jin-
Drrrrtt…
Sung Yeol menerima balasannya. Dengan siapnya ia akan mengeluarkan jurus
andalannya yang sudah ditunggu-tunggu untuk menghibur Seo Jin. Sung Yeol
melambaikan good bye pada yeoja cantik itu. Seo Jin bingung menatapnya.
Kemudian
Sung Yeol menunjuk ke dirinya sendiri, lalu menutup wajahnya dengan kedua
tangannya. Saat dibuka, Sung Yeol ternyata memperagakan wajahnya seperti burung
gagak beserta suaranya juga. Seisi kelas ada yang bingung dan tertawa kecil,
tapi bukan itu tujuan Sung Yeol, tujuannya itu Seo Jin. Sung Yeol tersenyum
puas ketika dengan lucunya Seo Jin tertawa karenanya.
Tidak
hanya itu jurus andalan Sung Yeol menghibur seorang yeoja. Lagi-lagi Sung Yeol
menunjuk ke dirinya sendiri dengan maksud agar Seo Jin melihat aksinya lagi.
Dan…Sung Yeol mengeluarkan pose aegyonya dengan menggigit bibir bawahnya dan dua
peace dari jari-jari tangannya. Seo Jin kembali tertawa sambil menutupi tawanya.
Tiba-tiba
sonsaengnim telah datang, tak lupa Seo Jin cepat mengatakan ‘gomawo’ tanpa
suara pada Sung Yeol dan tersenyum ceria. Sung Yeol mengangkat alis dan
tersenyum pula, ia mengakhirinya dengan hormat penutup layaknya artis setelah
perfomnya.
Sung
Yeol sempat melirik ke arah Dong Woo, namja itu tampak kesal melihat ia
berhasil membuat Seo Jin tersenyum. Tapi Sung Yeol pura-pura tidak tahu saat
Dong Woo juga melirik ke arahnya.
.
.
Sung
Yeol dan Seo Jin berjalan beriringan mengakhiri hari mereka di sekolah.
Keduanya saling merona bahagia karena disaat tadi sonsaengnim mengumumkan
mereka sebagai juara kelas untuk pelajaran sejarah.
Tiba-tiba
dari belakang, Dongwoo hadir ditengah-tengah mereka dan menarik langsung tangan
Seo Jin “Kita perlu bicara.”
Seo
Jin berdecak kesal “Ck! Kenapa lagi?”
Sementara
Sung Yeol mencoba sedikit menjauh dari DongWoo dan Seo Jin untuk mendekati
kerumunan murid yang menonton masalah kedua temannya itu. “Bisakah kalian
pulang? Ku mohon.” Pinta Sung Yeol pada mereka dengan nada lembut. Akhirnya
kerumunan itu mau menuruti juga.
“Jangan
sampai kau dengannya merusak pemandanganku, dan juga jangan menghindar dari
kontrakmu dalam MVku. Mengerti?” tatap Dong Woo mematikan.
Seo
Jin balas menatap membunuh “Kalau begitu, jangan melihatku. Masih banyak yeoja
didunia ini. Dan…katamu kau adalah pemikat wanita. Bukankah tidak sulit tinggal
memilih saja.hm?” balasnya meledek namja didepannya itu.
Dong
Woo berbalik membelakanginya, tangannya pun juga mengepal kuat seakan tidak
mampu mengelak perkataan Seo Jin itu. Seo Jin malah tertawa remeh melihat
kepalan itu.
“Tidak
bisa membalas?Cih, pengecut.” Remeh Seo Jin sekali lagi sambil melipat
tangannya diatas dada.
Dong
Woo menatap Seo Jin dan langit-langit dengan kesalnya. Seakan ingin berlaku
kasar pada Seo Jin tapi ia tidak ingin merusak citranya yang mencintai wanita.
Entah apa yang ia tulis diponselnya. Ia langsung memasukkan lagi ponselnya.
“Mau
tidak mau besok malam kau harus syuting secara professional. Kau ditunggu para
kru di lantai teratas gedung JSW.” Dong Woo melangkah pulang sambil melambaikan
tangannya.
Seo
Jin membulatkan lebar matanya, emosinya memuncak”APA? Aku tidak mau.”
Dong
Woo berhenti sejenak dengan senyum penuh makna, “Sudah kontrak, kalau tidak
mau. Tinggal membayar denda sesuai yang ku minta.”
Setelah
Dong Woo pergi jauh darinya. Seo Jin baru meluapkan hebat perasaan kesalnya
pada Dong Woo. Ia menangis dan Sung Yeol yang tetap menunggunya juga ikut
menyeka air matanya. “Sabar ya Seo Jin-ah. Aku akan membantumu.” Kata Sung Yeol
sambil meraih Seo Jin dalam pelukannya.
“Aku
harus bagaimana? Ini bertentangan dengan hatiku Sung Yeol-ah.” Seo Jin semakin
memperdalam ke dalam pelukan itu.
Sung
Yeol terus berusaha menguatkan yeoja itu, “Cukup tegar dan aku akan membantu
sebisaku.” Sung Yeol menghela nafas kecil dan memejamkan mata sejenak, “Aku
disini untukmu Seo Jin-ah…”
.
.
Seo Jin-ah, jangan dipikirkan lagi.
Pasti aku menemukan jalan keluarnya
-Sung
Yeol-
Pesan
singkat yang ia kirimkan saat dihari senja perjalannya menuju rumah setelah
kepulangannya dari sekolah lalu mengantar Seo Jin sampai rumah. Satu menit
kemudian, pesan singkat menggetarkan saku celananya.
Kau mengatakan hal yang sama karena
kau peduli padaku
-Seo
Jin-
Sung
Yeol tidak ingin membalasnya bukan karena besar kepala, tapi menurutnya biar
Seo Jin yang menemukan balasannya sendiri. tak lama berselang, tidak sengaja
diperjalanannya ia menemukan Dong Woo dan salah satu tetangganya yang
sepertinya ia kenal.
“bukannya
itu tuan sutradara Miyamoto yang belum terkenal.” Ujar Sung Yeol
mengingat-ingat.terlihat juga dari tempatnya, dua orang intaiannya itu seperti
melakukan suatu transaksi. Jelas saat Dong Woo dengan yakinnya memberi amplop
tebal sepertinya berisi uang yang tidak sedikit. Setelah tuan Miyamoto
mengangguk penuh yakin, wajah Dong Woo terlihat sangat senang atas persetujuan
tuan Miyamoto itu.
“jangan-jangan
tuan itu…” ralat Sung Yeol menebak hubungan transaksi apa yang mereka lakoni
seperti itu. terlihat mencurigakan.
Sung
Yeol mulai tersenyum cemerlang ketika satu ide muncul dibayangannya. Daripada
membuat penasaran langsung tanya saja pada tuan itu. apalagi tidak ada yang
harus ditutupi karena rumahnya terletak dibelakang tempat tuan Miyamoto itu
berdiri.
“Tuan
Miyamoto, selamat malam…” sapa Sung Yeol mendahului.
Miyamoto
menengoknya, “Oh, malam juga Sung Yeol. Bagaimana dengan harimu?”
“Lumayan
menyenangkan. Em, sepertinya tuan Miyamoto malam ini tampak bahagia…”
Miyamoto
membenarkan, “Kau tau saja apa yang kudapatkan. Baru saja aku dapat tawaran
lumayan besar dari seorang pemuda kaya. Makanya aku kelihatan bahagia.” Setelah
itu Miyamoto meringis malu.
“Tawaran
apa itu tuan?” tanya Sung Yeol dengan mimik menggoda.
“Pembuatan
MV, katanya dia mengikuti suatu kompetisi disekolahnya.” Miyamoto lalu
membereskan amplopnya ke dalam sakunya. “Sudah malam Sung Yeol, sebaiknya
tidurlah lebih cepat. Bye~” Miyamoto memberi semangat lewat pukulan kecil
dibahu Sung Yeol dan bersiap melangkah pulang.
Sung
Yeol memberi anggukan serta senyum mengerti, “Ah tuan Miyamoto!” panggilnya
sebelum melangkah jauh “Kelihatannya kau akan mengerjakan MV yang memerlukan
pengulangan adegan berkali-kali.benarkah begitu?”
Miyamoto
tertawa lalu memandang langit sekali, “Ya. Tebakanmu selalu benar. Kalau kau
tidak keberatan, buka saja praktek ramalan. Biar aku yang jadi pelanggan
pertama dan setia.” Miyamoto kembali tertawa. Miyamoto pergi dan sempat memberi
lambaian tangan meski tubuhnya membelakangi Sung Yeol.
Sung
Yeol tersenyum puas sambil melangkah lega menatap langit yang mulai menghitam
indah. “Dugaanku ternyata benar.” Ia menghirup udara dengan bibir yang
tersenyum lebar. Kemudian lagi-lagi ia menatap langit, diwaktu yang masih
terbilang agak sore seperti ini ada satu bintang.
Tapi
tunggu… bintang yang dilihatnya beberapa detik kemudian jatuh dari tempatnya. Dengan
kedua tangan yang dimasukkan dikedua saku blazer sekolahnya, sambil berjalan ia
menutup mata dengan mengucap dalam hati sebuah pengharapan. Semoga ada pertanda
baik ditiap harinya
To Be
Continued
L *Maaf jika FF author mengecewakan* L
*Keep on next part*
*Keep appreciate*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar