Selasa, 03 Juni 2014

FANFIC EXO by Request Dare Maria C. (sparkingdomexo.blogspot.com )

Tittle   :               Rose Bubble Tea

Author :             Vieyraamoimoi

Cast      :               Sehun ; Luhan ; Shin Min Rien (alias author.OC) ; Kai

Genre  :               Romantic sweet (by request)

Rate     :               T

Warning! Hanya cerita fiktif yang dibuat oleh author, dipertegas ulang ini adalah fanfic tantangan dari Maria C karena saya kalah dlm prmainan. Warning lagi!. Siapa aja yg ngepos/ngpublish mengedarkan dengan mengganti nma penulisnya. Diharap berurusan wajib dipengadilan akhirat

Special Notes : Maaf kalo gk sesuai sama keinginan >_< maaf kalo gk puas dan malah capek baca ff ini. mian mian mian mian mian…


---TT---


Seorang namja kelas 3 SMU baru saja datang ke kelasnya yang sepi. Namja itu terheran pada sebuah benda yang berada diatas mejanya. Segelas bubble tea dalam kemasan itu lalu diraihnya dengan wajah tanpa ekspresi. Namja itu celingak celinguk mencari siapa pengirim minuman tersebut.


Namja berambut cream itu duduk untuk meminumnya dan membaca memo yang tertempel di mejanya, “Dear Oh Sehun. Aku memberimu bubble tea ini karena aku sangat menyukaimu. Ku tunggu kau di balkon saat istirahat nanti. Tertanda Xi Lulu.”


Tak terasa membaca sesingkat itu membuat minumannya habis. “Baiklah,demi bubble tea gratis.” Ungkapnya seorang diri seraya melempar minumannya ke tempat sampah dibelakangnya.


Sehun pergi ke balkon sesuai janjinya. Namun sebelum itu dia hendak menjemput yeoja dibangku deret sampingnya. “Min Rien-ya. Ikut aku ke balkon.”


“Mau menemui fans lagi…” balas yeoja itu tidak menatapnya karena asyik berchatting dengan ponselnya.


“Adik manisskuu ayooohh…!” geret Sehun menggandeng pergelangan tangan yeoja itu.


“Aaaahh!! Kakak jangan memaksaku…” rengek Min Rien tidak  berarti.


Sampailah mereka ke balkon dan hanya satu namja cantik yang terlihat sendirian. Pastilah dia, mengingat balkon sekolah adalah tempatnya orang berpasangan. Kemudian mereka menghampiri orang yang disebut Xi Lulu dimemonya Sehun beberapa saat yang lalu.


Sehun mendehem berat, “Terima kasih bubble teanya enak.” Lawan bicaranya itu akhirnya membalikkan badan kehadapannya dan Min Rien. Namja itu melihat Min Rien agak curiga,


“Bangapta Luhan-ssi, Shin Min Rien imnida, adik angkat Oh Sehun.” Kata Min Rien begitu sadar arti tatapan namja didepannya itu. “Kakak, aku ada janji dengan murid baru dikelas 2. Sampai jumpa dirumah kak,,,” ungkap Min Rien sambil menggandengkan tangan Sehun agar menggandeng tangan Luhan kemudian lari meninggalkan keduanya. Reflek setelah Min Rien agak jauh, Sehun dan Luhan melepaskan tangan mereka dengan malu-malu.


---TT---

Min Rien berlari tergesa-gesa setelah menurutnya ini sudah siang. Namun sebenarnya lorong kelas saja masih sepi. Pelariannya berhenti ketika Min Rien telah sampai di kelasnya. Disana hanya ada satu orang namja yang sudah datang. Saat didekatinya, ternyata namja itu terduduk mematung.


“Belangtae Oppa!” kejut Min Rien mencondongkan kepalanya di depan Sehun sambil mencengkram bahunya.


“Ohoret!” pekik Sehun dengan gaya baru. “Nah kau__”


Min Rien menyela dan tersenyum sindir lalu berkata, “Kakak… aku tau kau sibuk karna terkenal di sekolah. Aku memang tau itu secara aku adik angkatmu yang serumah juga denganmu. tapi saranku jangan melamun kak, terlihat mengerikan.”


Sehun berdiri dan berkata, “Sudahlah. Duduk!” ia mendudukkan yeoja itu.


“Tanggungjawab! Karena kau…membuatku bersentuhan dengan Luhan sampai aku menyukainya.”


“Oh? Itu baguskan kau suka dia. Ah…tapi tunggu. Belakangan ini dia sangat dekat dengan Kai.” Min Rien memukul lengan Sehun, “Itu salahmu sihhh menggantungnya terlalu lama.”


“Pokoknya kau harus membantuku. Kalau menolak, tidur saja di ruang tamu.”


“Aisshh kejam. Jadi kau menganggapku musuh?  Bukan adik atau partnermu begitu?” Min Rien bergeser berpaling dari Sehun dan mengerucutkan bibirnya.


“Ya! Baiklah baiklah, partnerku saja. sekarang pesankan sebuket mawar merah dikirim kesini secara rahasia. Jangan lupakan tatanan yang bagus untuk anak SMU kelas 3. Tapi pinjam uangmu dulu Min Rien sayang…”


Min Rien menghela nafas agak kesal, masih mengerucutkan bibirnya. “Oke Sehun oppa. Tapi siapa yang memberikannya ke Luhan?”


“Kau.” Jawab Sehun cepat.


“Aish, aku ini yeoja. Nanti dikiranya aku yang su_”


“Iyaiya aku…”


---TT---


“Xi Lulu. Ini untukmu.” Cegah seseorang yang wajahnya ditutupi buket mawar merah dihadapannya.


“Siapa? Em…permisi aku mau pulang.” Kata Luhan agak malu-malu.


“Xi Luhan, terimalah!” buket bunga itu dicondongkannya dengan dua tangan,tapi masih menutupi wajah Sehun.


“Te…terima kasih.” Balas Luhan menerimanya akan tetapi Sehun berjalan berbalik agar Luhan tidak mengenalinya. “Apa dia si anak baru itu ya?” tanya Luhan sendiri.


Sehun berlari dengan riangnya dan menghamburkan diri ke pelukan adiknya. “Min Rien aku berhasil!!! Dia…dia menerimanya!!”


“Chukkae kak Sehun.” Min Rien terkekeh hambar. “Bisa beri aku komisi jadianmu kak?”


Sehun melepas kasar pelukannya, “Maksudku mawarnya bodoh,” ia tertawa sambil mengacak rambut Min Rien yang pendek sepertinya. “Besok kirimkan tiap hari setangkai untuknya mengerti,”


“Ehhh ini mahal kakkk. Jangan dirusakkk.” Rutuk Min Rien melindungi rambutnya dengan kedua tangannya.


---TT---


Seperti biasanya keadaan kelas yang sepi selalu ditempati Sehun sebagai murid pertama yang datang. Disusul dengan kedatangan Min Rien setelahnya. Agak miris Min Rien melihat kakaknya itu. Dari luar kelas saja ia bisa mendengar Sehun mendengus frustasi. Sadar atau tidak sadar, saat dirinya masuk dan berjalan perlahan ke bangku disamping Sehun. Namja itu tetap begitu sambil membenamkan diri dibalik kedua lengannya.


Min Rien meletakkan tasnya perlahan lalu menggeser sedikit bangku itu agar lebih dekat dengan Sehun. “Kakak, apa kau punya masalah berat…”


Sehun mendongak menatap papan lurus didepannya. “Aku yakin ini belum terlambat. Kau berpikir yang sama denganku kan…?”


“Tentu saja kak. Katakan saja apa yang meledak dihatimu kak.” Min Rien mengusap tegar punggung Sehun.


“Mawar yang kuberikan di bangkunya itu benar diambilnya. Tapi seakan-akan dia tidak mengiraku. Apa dia mengira itu dari Kai?”


Min Rien memberi senyuman, “Tidak mungkin begitu kak. Mungkin saja dia terlampau malu untuk menatapmu. Makanya dia berani diam. Tapi apa kau sudah mengatakan secara langsung kalau sekarang kau berbalik menyukainya.”


Sehun membenarkan posisi duduknya. “Belum sih…tapi aku suka memberi pernyataan lewat mawar misteriusku. Kau tau kan kebiasaanku ketika menyukai seseorang.”


“Kau benar. Lalu apa kakak akan memberi perhitungan dengan Kai begitu…”


Sehun menghela nafas berat, ia mengedipkan matanya lebih cepat. “Ya. Benar benar. Min Rien.kau memberiku ide cemerlang.”


“Apa?” tanya Min Rien tidak mengerti.


“Kau memberiku ide cemerlang. Aku tau apa yang harus kau lakukan. Kau jebak saja Kai agar menyukaimu. Dengan begitu dia akan sering tidak mendekati Luhan.”


Min Rien mengangguk senyum, “Mari kita lakukan hari ini juga. Bersedia membantuku juga?”


Setelah pelajaran usai, tibalah waktu istirahat yang sangat ditunggu-tunggu. Misi Sehun dan Min Rien akan dimulai. Mereka berjalan ke kelas Kai agak cepat. Namun sayang, lorong yang hendak mereka lewati sedang diblokir sekelompok murid-murid yang sedang bermain bola. Tanpa disadari, kepala Min Rien hampir terkena bola. Itu membuat Min Rien reflek menghindar tapi malah terpeleset dan…


Tangan berkulit tan yang kekar menangkap sempurna tubuh Min Rien. Dalam bayangannya apa ini kakaknya. Sayangnya kakaknya itu berkulit putih,  bukan tan seperti ini. Lalu Min Rien menelaah apa yang dilihatnya tengah terjadi. Tak bisa terbayangkan. Nyatanya itu Kai yang menyelamatkannya dari kecelakaan kecil tadi. Mata Kai dan Min Rien saling berpandang cukup lama hingga tanpa sadar. Jarak wajah diantaranya terbilang sangat dekat seperti hendak berciuman.


Perlahan, Min Rien membangkitkan tubuhnya. “Mianhamnida. Ah, gomawo.” Ia memberi hormat kecil dan langsung berlari menembus sekelompok murid-murid bermain bola. Sialnya lagi, Sehun sudah berjalan jauh meninggalkannya dibelakang.


---TT---


Sementara itu Sehun terburu-buru menemui Luhan yang tidak ada dikelasnya. Sehun berlari sambil mengedarkan pandangannya dan ketemu. “Luuhaann tungguu…” panggil Sehun berteriak. Untungnya Luhan berbalik, pertanda mendengar panggilan Sehun tadi.


“Oh Sehun. Hehe, apa kau berkeringat karna mencari seseorang?”


Sehun menumpukan tangannya ke kedua lututnya dan nafas yang masih tersenggal-senggal. “Iyah, aku mencarimu.”


“Tapi aku sedang buru-buru juga Sehun…”


“Kumohon sebentar saja.” lalu Sehun mengambil sesuatu dibalik saku blazzernya. Ia memberikan setangkai lagi mawar andalannya, namun ia juga menyelipkan coklat mini dibaliknya. “Luhan. Aku sadar. Sekarang…aku sedang menyukaimu. Jadilah kekasihku Luhan…”


“Tapi aku sudah_”


“Tidak perlu dijawab sekarang pun tidak apa. ambil saja pemberianku ini, kumohon Luhannie.” Sehun memberi tatapan penuh keseriusan.


Luhan meraihnya dengan ragu, “Ini bohong kan Oh Sehun?”


“Tidak tidak, ini serius. Sungguh.”


Luhan membalikkan badannya agar membelakangi Sehun. “Maaf aku_” belum sempat melangkah,tubuhnya sudah direngkuh dalam dekapan Sehun.


---TT---


“Kenapa kakak baru kembali,padahal pelajaran sudah selesai dan akan bel pulang.” Tanya Min Rien setelah melihat Sehun baru saja duduk.


“Aku habis melukis. Kau mencatat pelajarannya dengan lengkap kan?” balas Sehun seraya membereskan tasnya.


“Tentu,”


“Habis ini tolong jemput Luhan dikelasnya. Tolong tutup matanya dan bawa dia melihat dinding lapangan belakang.” Sehun menopangkan tasnya ke bahunya sendiri. “Aku pulang yah. Sampai bertemu dirumah.”


“Oke kak. Sama-sama.,,” nada Min Rien terdengar malas. Itu hampir membuat Sehun berhenti melangkah, tapi akhirnya namja itu melanjutkan langkahnya lagi.


Takdir sedang berkata baik untuk harinya. Min Rien menemukan Luhan yang kebetulan sedang lewat didepan kelasnya. Dipanggilnya namja cantik itu agak keras. Lalu Luhan menoleh padanya dan bertanya “Ada apa memanggilku Min Rien-ssi?”


Min Rien tersenyum kecil, “Ikut aku sebentar kak. Ayo!” Jari-jari tangannya menapak menutupi kedua bola mata Luhan.


Luhan terkekeh malu, “Aduh, jangan membuatku penasaran lagi Min Rien-ssi.” Min Rien membalasnya dengan tawa kecilnya. Lalu dibawalah Luhan ke lapangan belakang sesuai perintah sang kakak.


Sampailah mereka ditempat itu, “Sekarang,akan ku buka matamu. Perhatikan dengan penuh hati apa yang ada didepanmu yah kak.” Ujar Min Rien melepaskan jari-jari dari wajah Luhan. Terpampang jelas sebuah grafity cat semprot di dinding itu dengan latar gelapnya dan susunan kata yang bertulis I Love You Luhan By Sehun berwarna putih sembur jingga yang cerah. Tidak lupa juga tanda gambar mawar merah dibawahnya. Semua itu mempesona bagi Luhan. Min Rien pun merasakan hal yang sama. “Kakakku selalu mengejutkan hal romantis pada orang yang disukainya.”


“Benar ini untukku bukan?? Aku…sangat berterima kasih...”


“Ya aku akan menyampaikannya. Dia selalu bersungguh-sungguh dengan perasaannya padamu. Mau menerima jadi pacarnya…?”


Wajah tersenyum itu memudar jadi masam, “Aku masih tidak percaya ini. bisa tinggalkan aku sendiri?” pinta Luhan yang direspon senyum dan tepukan kecil dibahunya dari Min Rien. Setelah itu, Min Rien meninggalkannya tanpa kata-kata.


Min Rien berjalan dengan wajahnya tertunduk kecewa. Kecewa atas sebuah pernyataan Luhan baru saja. bagaimana bisa dia tidak merasakan kesungguhan di dalamnya dan cepat berkata iya dengan pengorbanan seperti lukisan itu. Min Rien mendesis. Apa yang harus dikatakannya nanti jika Sehun bertanya bagaimana tanggapan Luhan. Min Rien benar-benar tak ada nyali dan mengumpat kesal pada dirinya sendiri.

“Hey adik.” Panggil sebuah suara dari samping kanannya. Min Rien menengok kesana dan, hatinya benar-benar sinis bertemu sosok itu. “Lama sekali kau melakukan tugasmu. Apa kau mampir ke toilet juga?” ujar namja itu seraya berjalan menuju dirinya.


“Ken’apa kakak belum pulang juga…” Min Rien menggenggam kuat tali tas punggungnya.


“Untuk menunggumu adik. Kau tau, dikilometer 0,01 kakakmu ini memikirkan keselamatanmu. Jadi,kembali saja tidak masalah bukan.” Tiba-tiba saja Sehun langsung mengalungkan tangannya di tengkuk Min Rien dan itu  berhasil  membuat jantungnya berdebar-debar ricuh. “Mari pulang.” Mereka berjalan keluar dari area sekolah masih dengan mesranya. “Bagaimana Luhan tadi?”


Min Rien membulatkan matanya lalu berkedip berkali-kali. “Engh--- Luhan merespon positif, bahkan dia berterima kasih tapi kak. Maaf, dia belum mengiyakanmu jadi pacar…” wajah Min Rien berubah ekspresi sesal. Membuat Sehun gemas mengacak-acak rambutnya dan tertawa.


“Sudahlah tidak apa. besok aku mau memberinya kejutan lagi.” Sehun tersenyum penuh harapan, “Aku berharap ini berhasil, karna aku dapat tenaga relawan nyatakan cinta dari fansku. Semuanya adik kelas. Hahaha,aku bersyukur menjadi yang mereka sayangi.”


Min Rien tersenyum menampakkan giginya, “Wahh…berita bagus untukku. Itu tandanya aku bisa jadi penonton!!”


Sehun tertawa gemas dan mencubit pipi adiknya, “Kau ini!!!”


---TT---


“Ketua kelas silahkan memberi penutupan.” Kata sonsaengnim setelah mengakhiri catatannya di papan tulis. Namun dia hanya mendengar suasana kelas yang sibuk mencatat. “Ketua kelas Oh Sehun.” Panggilnya sekali lagi tidak ada jawaban dari siapapun, barulah dia berbalik kepada murid-muridnya. “Ketua kelas.” Semua murid saling menoleh,mereka tidak bisa menjawab apapun selain diam. “Siapa yang bertanggung jawab tidak ada ketua kelas?” dia menunggu salah satu bersuara untuknya. Sangat lama suasana kelas hening, membuatnya harus mengintruksi. “Deret depan silahkan beri jawaban!”


“Adiknya saja sonsaengnim,” salah satunya akhirnya menjawab. “Ya, dia juga mantan ketua kelas bukan.” Imbuh deret depan lainnya. Sonsaengnim mengangguk sambil melipat tangan didada.


“Oh, Min Rien…Baiklah, ketua kelas silahkan memberi penutupan.” Perintah sonsaengnim agak geram.


Min Rien berdiri agak canggung. “Semua, beri hormat.” Dia dan murid lainnya memberi hormat. “Ucapkan terima kasih.” Lalu seluruhnya mengatakan dengan serentak. Sementara dibalik dinding sana, Sehun menunggu keadaan agar sonsaengnim benar-benar sudah keluar.


“Tidak ada tugas kan? bisa bantu aku sekarang? Masih mau jadi partnerku bukan?” tanya Sehun beruntun, lawan bicaranya tidak menjawab namun memberi anggukan dan senyum penuh makna padanya.


---TT---


Dulu, dia adalah malaikat dalam cinta dihatiku. Aku menyukainya karena dia berkepribadian unik. Semua hal tentang dia ku ceritakan pada eonnie, eonnie sampai tertawa gemas mendengar aku menyukai orang seperti dia. Setahun yang lalu, eonnie tertabrak hingga tewas oleh pasangan suami istri yang sedang mabuk. Mereka berdua sangat menyesal dan benar-benar merawatku sejak itu atas permintaan terakhir eonnie sebelum tiada. Diluar kamar otopsi, mereka bercerita bahwa mereka memiliki seorang putra yang seumuran denganku. Dulu, putra mereka mengharapkan adik perempuan tapi ibunya terlanjur mandul. Namun, setelah mereka menyebutkan siapa nama putra mereka. Sebuah hantaman panas langsung memukul hatiku. Bagaimana pun awalnya dia orang lain,orang yang kusuka. Tapi sekarang dia jadi kakakku. Mau tidak mau, perasaan itu harus ku matikan meski berat. Mungkin ini jalan Tuhan yang terbaik agar aku bisa dekat dengan orang yang kusukai.


---TT---


Min Rien sudah membawa Luhan ke tengah lapangan sekolah dengan mata yang tertutup kain yang diberikan Sehun sebelumnya. Bergegas itu pula Sehun menyusul kearah Luhan, segera itu pula Min Rien harus naik keatas untuk menaburkan sesuatu. Lautan murid-murid yang penasaran berkumpul menyaksikan dari lapangan maupun dari balkon-balkon bagaimana orang terkenal menembak cintanya.


Sehun mendehem, seketika itu semuanya diam mengamati mereka. Sehun mulai bersiap mengatakan. “Luhan, sekarang aku sungguh menyukaimu. Bisakah kau jadi  kekasihku?” Sehun mengeluarkan setangkai bunga mawar dari blazzernya, “Aku sangat menyukaimu Xi Luhan. Jika kau ingin membuka mata, terimalah bunga ini.”


Luhan menerima bunganya dan mengembang senyum. “Terima kasih banyak Sehun-ah. Bisa ku buka mataku?”


“Tunggu.” Sehun segera membukakan begitu Luhan hendak membukanya sendiri. saat kainnya terbuka. Mulailah satu persatu kelopak bunga mawar merah jatuh dari atas semua sudut balkon. Indah! Bahkan penggemar Sehun yang ikut menaburkan juga berteriak betapa manisnya cara yang Sehun buat.


Luhan berkali-kali tersenyum melihat sekelilingnya. Selain ada kelopak bunga berjatuhan, ada pula sederet tulisan tangan yang terpajang menawan di dekat balkon dengan tulisan “percayalah aku menyukaimu” “Luhan I love you from Sehun” “jangan ragukan perasaanku, arayo!”


“Boleh ku peluk dirimu Luhan?” Sehun mengatakannya dengan malu-malu. Setelah itu tanpa berkata, Luhan pun memeluk Sehun. Seraya itu pula teriakan dari murid-murid yang menyaksikan untuk “Jadi pacarnya~”


“Luhan,jadilah kekasihku.” Sehun menanyakan itu sekali lagi. tapi entah, Luhan tiba-tiba melepaskan pelukannya dan lari meninggalkan atmosfer kebahagiaan itu. hujan kelopak bunga pun ikut berhenti seperti perasaan Sehun yang kecewa menatap perlakuan Luhan yang pergi. Murid-murid juga berteriak menyanyangkan moment seperti ini harus berakhir dengan kecewa.


Sehun mendehem, ingin mengatakan sesuatu. Kali ini dia nyalakan microfon kecil yang dipinjamnya dari club dance disekolahnya, itu akan menyambungkan speaker khusus yang ada diarea lapangan. “Tidak apa teman-teman. Terima kasih telah menyemangatiku sampai sekarang. Aku bahagia dia mau menerima mawarku. Meski begitu, ini tidak akan mengubah perasaanku padanya. Aku akan tetap menunggumu XiLuhan.” Sorak-sorak semangat dan “uu sosweet” dari para penggemarnya membuat Sehun merasa lebih tenang.


Kemudian Sehun segera mencari seseorang yang selalu menenangkan hatinya. Anak itu sedang berjalan tertunduk lemas sambil memeluk keranjang bunganya. Sehun langsung memeluknya dari belakang,membuat orang itu terkejut.


“Min Rien-ah...pukul aku kalau ini memang berakhir.” Ujar Sehun mendekap erat adiknya itu.


Sejenak Min Rien diam, lalu memberikan usapan dipipi Sehun yang diatasnya. “Sudahlah kak, masih ada jalan lain. Setelah ini ada perayaan wisuda bukan. Berikan saja kejutan saat itu padanya, aku yakin ini yang terakhir akan berhasil.” Min Rien menjatuhkan keranjang bunganya dan membalikkan badan memeluk Sehun lebih erat.


“Terima kasih sudah menguatkanku. Kau adik yang sangat berarti untukku…”


---TT---


Tepuk tangan riuh bergemuruh setelah Sehun menampilkan aksi pianonya di malam itu. “Bagaimana teman-teman, apa perfomku menghibur?” tanya Sehun dari micnya.


“Jjang!!” “Daebak!!” “Kereenn sekali!” “Sangatt!!” begitulah kata mereka dengan antusias


“Terima kasih atas dukungan kalian. Aku bisa begini karena nada-nada yang kususun tadi memiliki makna dan inspirasi. Semua itu ku dapatkan setelah banyak mengkhayal dari seseorang. Orang khusus yang bernama Xi Luhan.”


“Waaaahh sosweett…”


Sehun terkekeh kecil, “Sekali lagi terima kasih. Sarangnda.” Sehun meninggalkan panggung dan berjalan ke salah satu  balkon yang ada dikawasan penginapan itu. Sehun mengamati betapa antusias adiknya itu membantunya tapi tunggu! Dia tidak sendirian, tapi bersama…seorang namja. Ah!itu Kai. Tebak Sehun.


“Sehun mencari siapa?”  tanya seseorang ada dibelakangnya.


Sehun terkejut, langsung membalikkan badan orang itu. “Eh Luhan. Hehe. Emm…kau tidak sibuk kan. mau ikut aku?” Luhan mengangguk agak ragu. “Sebentar,kututup dulu matamu.” Sehun mengambil kain dari jasnya dan memasangkannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada pesan dari adiknya mengatakan –cepatlah,ini sudah siap--


Sehun bersama Luhan melangkah ke balkon itu. dengan senyum, Sehun menyambutnya bahagia. Perlahan, ia membukakan penutup dimata Luhan. Dan, Luhan tersenyum sangat manis dan lebar. Mengedarkan semua pandangannya yang takjub akan keindahan di depan matanya. Banyak lilin-lin didalam gelas terjajar rapi dipinggiran setiap sudut. Disetiap lantai juga ditaburi kelopak mawar merah dan lampu-lampu sedikit  redup namun cerah yang memberi nuasna romantis. Ditengah sana terdapat juga bangku berwarna putih yang klasik,diberi sedikit hiasan dibagian pinggir dengan posisi yang pas hingga mengekspos tepat dibawah langit bertabur bintang.


Sehun tersenyum pada Luhan dan memberi isyarat mengajaknya bergandengan tangan. Luhan menerimanya. Mereka berjalan menuju bangku itu dan ternyata disana ada segelas bubble tea dengan dua sedotan. Luhan tersenyum kecil menatap semua ini.


“Bagaimana menurutmu?” kata Sehun setelah mereka duduk.


“Indah…sekali. Kau, sangatt dramatis.” Luhan terkekeh kecil.


“Bukan dramatis, tapi romantis. Inilah caraku yang murni.” Tiba-tiba Sehun mengajaknya berdiri. “Sekarang ku tanya lagi, apakah kau mau menjadi kekasihku?” Luhan memberi senyum penuh makna serta matanya berputar-putar, itu membuat dirinya merasa diberi harapan untuk tidak. “Apa kau tetap tidak menerimaku setelah kubuatkan keindahan seperti ini?” Sehun mencoba tersenyum kuat. Tiba-tiba Sehun terkejut mendapatkan ciuman singkat dari Luhan. “Terima aku?” Luhan mengangguk pasti dan Sehun giliran memberikan ciuman, tapi tidak sesingkat Luhan tadi.


“Mari kita minum ini, berdua yah.” Pinta Sehun setelah menancapkan dua sedotan itu ke gelas bubble teanya. Mereka meminumnya bersama sambil menatap wajah mereka yang sangat dekat. Mereka tersenyum bersama lalu meminumnya lagi ditempat beratapkan malam yang indah.


---END---


4 komentar:

  1. Ahahahaha xD bagus ceritanya, saya suka (y) tapi kurang ada penjelasan kuat tentang Martha yang langsung suka sama Jin. Itu aja sih... Bahasanya rapi kok...
    keep writing ok? hwaiting!!

    BalasHapus
  2. iyah iyah makasihh pujiannya sm kekurangannya yah makasih ^__^

    BalasHapus
  3. Ah, baka! Aku baru sadar klo aku salah tempat komennya >_< mianhayeo, gomen nasai
    Sudah ku komen ditempat yg tepat kok... Silahkan check :<

    BalasHapus
  4. komen yg salah itu yang kayak gimana se Jin :D aku bingung sama maksudmu :xD

    BalasHapus